Happy Reading!
Typo bertebaran!
***
Tak terasa waktu pulang sudah tiba. Namun siswa-siswi kelas X Mipa 4 terlihat masih betah berada di dalam kelas walaupun guru yang mengajar sudah keluar sejak beberapa saat yang lalu.
Bukan tanpa alasan mereka semua betah berada di dalam kelas. Hal itu lantaran mereka tengah menunggu salah satu teman mereka yang tengah mengambil hasil ulangan mereka di ruang guru.
Namun ada juga beberapa anak yang masa bodoh dan memilih untuk langsung melenggang pergi ke luar dari kelas.
"Tuh Udin sama Edo dateng!" Ujar Sindi saat melihat kedatangan Udin dan Edo yang membawa beberapa lembar kertas yang mereka yakini adalah kertas lembar jawab yang berisi jawaban mereka.
Mendengar ujaran Sindi, sontak saja mereka langsung mengerubungi Udin dan Edo guna mengambil lembar jawab milik mereka.
"Punya gue mana woy!"
"Heh, itu punya gue yang di bawah!"
"Buruan bagiinnya, Din. Gua mau buru-buru pulang nih!"
"Heh, jangan rebutan gitu nanti sobek kertasnya!"
Berbagai macam ucapan terdengar tengah memperebutkan lembar jawab milik mereka masing-masing.
"DIAM!" Sentak Udin yang jengkel lantaran kertas di tangannya menjadi tak beraturan. Bahkan beberapa di antaranya ada yang jatuh ke lantai karena teman-temannya berebutan dengan tidak sabaran.
"Kalian minggir dulu napa! Engap tau ngga, gue dikerubungi sama kalian? Mana bau kalian macem-macem. Ada yang kecut, asem, ada juga yang bau ketek!" Ujar Udin mengeluarkan unek-uneknya.
Bagaimana tidak kesal, ia yang baru saja datang langsung dikerubungi oleh teman-teman sekelasnya sehingga ruang ia untuk meraup oksigen menjadi menipis.
"Buruan makannya, Din!" Keluh Sindi nampak tak sabaran.
"Makannya kalian sabar, jangan rebutan! Ntar sobek siapa yang disalahin? Gue lagi!" Sewot Udin.
"Daripada kalian meributkan sesuatu yang justru malah tambah membuang-buang waktu, saran saya lebih baik kita biarkan Udin yang membagikan kertasnya satu per satu," ujar Adeeva memberi saran.
"Nah, bener tuh kaya Ayang gue!" Timpal Dirga.
"Diem yah, gue yang bagiin. Jangan pada rebutan lagi. Gue sebar nih kertas, baru tau rasa lo semua!" Ujar Udin.
Setelahnya, cowok dengan rambut kribo itu menyebutkan satu per satu nama yang tertera pada masing-masing kertas.
Tak lupa ia juga menyempatkan diri untuk melihat nilai yang diperoleh oleh teman-temannya itu. Membuat ia mendapat protestan tidak terima oleh temannya yang lain.
"Woy, Din! Jangan lihat nilai kita dong!""Iya anjir, malu lah. Nilai gue pasti kecil," ujar Sindi menyetujui ucapan Syela.
"Yaelah, nilai kita-kita pasti ngga bakal beda jauh. Paling beda satu sampe tiga angka," ucap Elang santai.
"Eh anjir, nilai Deeva seratus!" Pekik Udin saat melihat kertas jawaban milik Adeeva yang menunjukkan nilai sempurna.
"Seriusan lo, Din?" Tanya Sindi tak yakin.
Pasalnya di mata pelajaran matematika yang diampu oleh pak Eko, belum pernah ada siswa atau siswi yang mampu mendapatkan nilai sempurna.
Hal ini bukan tanpa alasan, pasalnya pak Eko adalah tipe guru yang amat sangat teliti. Ia selalu mengoreksi dengan teliti setiap jawaban yang dituliskan oleh para muridnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jenius Girl (On Going)
Teen Fiction⚠️Revisi setelah tamat. ⚠️Cerita ini dapat menyebabkan nyengir-nyengir dan bengek secara berkelanjutan. ⚠️Bagi Anda yang alergi dengan humor receh, bisa lambaikan tangan ke malaikat izrail. ⚠️Sekian, terima vote komen. Bagaimana jika kamu yang nota...