Happy Reading!
Typo bertebaran!
***
Bel istirahat telah berbunyi beberapa saat yang lalu. Kini Adeeva sudah ada di kantin yang terlihat ramai.
Jika kemarin-kemarin ia ke sini bersama Dirga, kali ini berbeda lantaran bukan Dirga lagi yang menyeret Adeeva ke kantin. Tetapi Syela dan Sindi yang sepertinya hendak mengakrabkan diri dengannya.
"Va, lo cari tempat duduk aja. Biar gue sama Sindi yang pesen makanan, lo mau pesen apaan?" Ujar Syela.
"Samakan saja," balas Adeeva.
"Yaudah, lo cari tempat yah. Soalnya rame banget ini, takut kita ngga kebagian tempat duduk kalo semuanya ikut pesen makan." Adeeva hanya menggangguk singkat, setelahnya ia melangkah dengan pelan di tengah kerumunan kantin ini.
Namun nahas, walaupun ia sudah berjalan ekstra hati-hati, seseorang justru menabrak dirinya sehingga ia sempat dibuat mundur beberapa langkah.
Tapi berbeda dengan orang yang menabrak dirinya, orang itu tampak jatuh tersungkur di lantai. Jangan lupakan juga jus yang ia bawa itu tumpah dan mengotori seragamnya.
"Lo?!" Ujar orang yang tak lain adalah Vivian, sang nenek lampir.
Ia terlihat tampak geram saat melihat seragam sekolahnya kotor. Dan ia semakin dibuat geram karena orang yang menabraknya adalah adik kelas yang sudah berani menantangnya.
Walaupun Adeeva merasa tidak salah, namun saat melihat seragam kakak kelasnya itu tampak kotor, ia pun memutuskan untuk meminta maaf. "Sorry."
Bukannya menerima ucapan maaf dari Adeeva, Vivian justru tampak dibuat murka, "Apa lo bilang? Sorry?! Emang dengan lo bilang kaya gitu, seragam gue jadi bisa bersih lagi, gitu?!"
"Setidaknya saya sudah berniat baik untuk meminta maaf pada Anda walaupun saya tau kalau bukan saya yang salah," balas Adeeva tenang. Tak merasa terintimidasi dengan tatapan nyalang Vivian yang ditujukan padanya.
"Lo bilang ngga salah? Enteng banget yah lo bilang gitu? Lo udah nabrak gue dan bikin seragam gue kotor!" Suara dengan nada tinggi itu membuat siswa-siswi yang berada di sekitar mereka menoleh ke sumber suara.
Mereka seakan lupa dengan tujuan mereka ke kantin untuk mengisi perut. Karena hampir seluruh orang yang berada di kantin itu, serempak langsung memusatkan padangan mereka pada dua gadis yang terlihat tengah adu mulut.
Ah, bukan hanya para siswa-siswi, tapi para pemilik stand makanan pun dibuat penasaran dengan adegan yang selanjutnya akan terjadi.
Bahkan tangan mang Jojo yang hendak menuangkan kuah bakso ke mangkok, terlihat mengapung di udara lantaran sang empu malah fokus memusatkan perhatiannya pada pertujukan yang akan terjadi. Mang Jojo seakan lupa bahwa tangannya itu tengah memegang centong sayur yang berisi kuah bakso yang panas.
Sama halnya dengan Dirga dan kedua temannya. Mereka tampak terlihat menyaksikan itu dengan seksama. Saking fokusnya, bulatan bakso yang hendak cowok itu makan, kini tertahan di depan bibir.
Baru saja Dirga hendak beranjak untuk melerai pertengkaran itu, namun pergerakannya dihalangi okeh Vito. "Mau kemana? Udah di sini aja. Gue yakin kok, si Deeva ngga mungkin mau ditindas si lampir gitu aja," ujar Vito. Akhirnya Dirga pun kembali mendudukkan dirinya di bangku kantin.
Sedangkan kedua teman Adeeva yang baru saja selesai memesan makanan, dibuat bingung kerena tak kunjung menemukan keberadaan Adeeva.
Yang mereka lihat justru sebuah keramaian orang yang seperti tengah mengerubungi sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jenius Girl (On Going)
Teen Fiction⚠️Revisi setelah tamat. ⚠️Cerita ini dapat menyebabkan nyengir-nyengir dan bengek secara berkelanjutan. ⚠️Bagi Anda yang alergi dengan humor receh, bisa lambaikan tangan ke malaikat izrail. ⚠️Sekian, terima vote komen. Bagaimana jika kamu yang nota...