"Kaget, loh, tiba-tiba lo nyuruh gue nyamperin."
Tita meringis mendengar komentar Sadam setelah mereka berdua berada di dalam mobil. Tita tahu banget, sih, sekaget apa Sadam. Masalahnya, dari awal dia emang bukan nunggu Sadam. Tadi pas Gellar nyamperin, dia baru mau buka aplikasi ojek online. Tapi Sadam lewat, dia langsung aja ngelambai-lambai minta Sadam nyamperin ke arahnya.
Bilang kalau Tita keterlaluan karena memainkan drama seperti ini. Yang ia lakukan hanya spontanitas tanpa rencana. Dia gak sanggup berbicara dengan Gellar setelah apa yang terjadi kemarin. Gellar minta putus? Oke. Gellar minta mereka untuk punya jarak setelahnya? Baik. Bukannya Tita melakukan apa yang Gellar harapkan dari hubungan mereka?
"Sori, ya. Gue turunin di halte depan, deh, gak papa."
"Ya kali."
Sadam menghentikan mobilnya tepat ketika rambu-rambu lalu lintas di depan menunjukkan warna merah, menginjak rem, kemudian menoleh pada gadis di sampingnya.
Gak perlu Sadam bersuara untuk membeberkan fakta yang dia ketahui bahwa Tita sedang gak baik-baik aja dengan Gellar. Kelihatan jelas dari bagaimana dia memilih Sadam alih-alih ikut Gellar pulang, kelihatan dari wajah pucat dan tak bersemangat, serta mata yang bengkak.
Dan itu diperjelas ketika kemudian ruangan mobil yang hening langsung terisi dengan dering ponsel. Bukan ponselnya, tapi ponsel Tita yang kebetulan berada di pangkuan cewek itu. Dengan cahaya ponsel yang terang, dalam sekali melirik Sadam bisa membaca nama Gellar yang muncul disana.
Tak perlu menunggu lama hingga di satu detik kemudian Tita langsung menolak panggilan dan mematikan ponselnya secara total.
"Gak mau tanya atau komentar apapun?"
Ditanya begitu, Sadam malah terkekeh. "Enggak. Gue gak mau penasaran sama sesuatu yang bukan ranah gue buat tahu. Beda cerita kalau lo mau cerita duluan. I'm all ears, girl."
"You can laugh at me."
"Buat apa?"
"Karena hubungan gue sama Gellar selawak itu. Baru kapan hari gue nolak lo."
"Don't tell me—"
"Iya, gue gak berhasil sama dia."
Sadam tidak perlu Tita menjelaskan lebih lanjut alasan mengapa bisa jadi begini, apa, kapan, mengapa, dan bagaimana. Dia cukup bisa menarik kesimpulan dari sini.
Lalu apakah Sadam bisa tertawa di atas angin karena kini semuanya terbukti bahwa seharusnya Tita bersamanya saja? Tidak. Sadam tidak terlahir sebagai tokoh antagonis dalam kisah Tita dan Gellar. Alih-alih bisa mengambil kesempatan dengan kembali mendekati perempuan ini, Sadam mengerti bahwa Tita hanya sedang butuh jarak dengan Gellar, bukan berarti mereka berdua benar-benar berpisah.
"Mau mampir ke kedai es krim?" tawar Sadam mengalihkan fokus perempuan itu.
Tita senyum dan mengangguk.
**
"Cari Tita, ya?"Gellar menghentikan ketukannya di pintu Tita, kini menoleh dan mendapati perempuan yang baru keluar dari kamar yang terletak tepat di samping kamar Tita mengajaknya berbicara.
"Iya."
"Dia udah pindahan. Entah sejak kemarin atau baru pagi tadi. Kata temen gue sempet lihat bokap-nyokapnya bantuin dia pindahan gitu."
Gellar tertegun. Kenapa gadis itu sampai pindah?
"Pindah kos kemana?"
"Gue gak tahu."
KAMU SEDANG MEMBACA
kiss me more.
Teen Fiction[21+] "can you kiss me more? we're so young and we ain't got nothing to lose." 23/12/21 - 25/07/22