Sesuai informasi tadi, Tita datang ke apartemen Gellar bareng Jena dan Rea. Jangan ngarep Echan dan Rea bakal canggung walaupun mereka putus bisa dikatakan gak baik-baik aja. Alih-alih begitu, mereka berdua kayak sama-sama biasa aja, gak canggung, juga gak memancarkan aura permusuhan. Yang lainnya jelas bersyukur, karena dengan begini, suasana di tempat tersebut jadi tetap berjalan baik.
"Wih, bawa banyak banget, nih!" seru Echan sambil menaruh stik game, membuat Jordan mengumpat karena tiba-tiba permainan dihentikan. Walaupun dia tahu itu cuman akal-akalan Echan karena temennya itu emang udah ada tanda-tanda kalah tanding.
Jadi mau gak mau, Jordan juga ikut berdiri setelah meregangkan badan. Dia melirik Gellar dan Tita yang lagi di dapur ngambil piring kemudian menjatuhkan pandangan ke arah gadis dengan celana jeans ketat yang membalut kaki jenjangnya dan atasan kemeja longgar.
Penampilan sederhana seorang Jena, tapi jelas kelihatan beda di mata Jordan karena dia terbiasa melihat Jena lebih sering memakai pakaian feminim, sementara kali ini tidak begitu. Jena bahkan mengikat rambutnya jadi satu walaupun tetap meninggalkan kesan manis.
Jena membalas tatapannya sekilas, mereka berdua sama-sama mengunci pandangan sebelum akhirnya Jena yang mengalihkan wajah. Jordan menyeringai kecil. Kapan, sih, dia gak dibuat gemas sama cewek itu?
Sengaja, Jordan mengambil posisi berdiri di samping Jena. Gadis tersebut otomatis geser menjauh satu langkah.
"Bawa apa?"
Jena noleh, memastikan yang diajak ngobrol sama Jordan itu dia. Jena menunduk memperhatikan tas besar di gendongannya.
"Properti tugas kelompok."
"Bawa ke kamar dulu, baru kesini lagi makan bareng."
Jena berdecak. Agak sebal karena Jordan cuman nyuruh dia tanpa berniat membantu. Gak tahu apa, ya, tas segede gaban ini beratnya hampir kayak beras tiga kilo?!
"Bantuin kali."
Suara Echan menyahut membuat yang lain menoleh kompak ke arah yang sama. Jordan mengangkat alis. Echan berdecih.
"Itu tasnya Jena berat."
"Mau dibawain?" Jordan malah nanya ke Jena. "Sini."
"Gak usah, bisa sendiri."
Jena langsung melangkah menjauh, sedikit berlebihan karena langkahnya terlihat gak santai, tapi gak ada yang peka selain Echan. Jadi cowok itu berdiri, menyusul Jena dengan langkah cepat.
"Emang yang cocok jadi adik iparnya si Gellar itu gue," ujar Echan pelan aambil meninggalkan tempat.
Lalu dari kejauhan, Jordan mengamati keduanya yang berinteraksi—terlihat seperti Echan memaksa Jena agar mau menerima bantuannya untuk membawakan tas hingga akhirnya mereka berdua menghilang ke balik tembok.
Jordan menghela nafas, baru sadar kalau dia kecolongan Echan. Lalu terdengar suara decakan kesal dari arah sampingnya. Rea.
"Kenapa?"
Rea meliriknya sekilas, lalu menggeleng dan kembali mengiris bronis.
Ah, temannya ini cemburu ke Jena.
••
Bahkan setelah Gellar makan potongan pizza yang ke dua, Jena dan Echan belum keluar dari kamar. Gak ada yang menaruh curiga dan kekhawatiran apapun, sekalipun Gellar, karena kamar tamu emang terbuka lebar dan terdengar suara tawa dari dalam sana. Artinya Jena dan Echan baik-baik aja.
Tapi jelas Jordan yang gak bisa duduk dengan nyaman. Bahkan gelas soda di tangannya sama sekali belum dia teguk.
Dia berdeham kecil sambil menoleh ke Gellar. "Adek lo di kamar sama cowok. Lo biarin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
kiss me more.
Teen Fiction[21+] "can you kiss me more? we're so young and we ain't got nothing to lose." 23/12/21 - 25/07/22