hari ini double up.
••
Ada kalanya Jordan jadi manusia nyebelin. Gak melulu dia pendiem, gak melulu dia jadi cowok idaman adik tingkat. Apalagi kalau lagi ngumpul sama dua teman dekatnya, Gellar dan Echan, sejujurnya ngomong sama Jordan adalah hal yang paling melelahkan.
Ada kali lima belas menit mereka berunding perkara siapa nebeng siapa. Pasalnya, Gellar dan Jordan sama-sama bawa motor—iya, tahu, tumben banget. Sedangkan Echannya enggak.
Terus rencananya, mereka berdua—Jordan dan Echan—mau ke apartemen Gellar. Lebih tepatnya dipaksa cowok itu. Gak ada alasan khusus, murni karena Gellar ogah gabut abis pulang ngampus.
"Ini kenapa perkara nebeng doang jadi ribet, sik?" Gellar mengumpat. "Lo juga, Chan. Makanya biasain bawa motor sendiri. Gak nebeng mulu ke kanan-kiri."
"Napa jadi nyalahin gue?! Nih, si Jordan otaknya gak mau diajak simpel."
Jordan yang ditunjuk-tunjuk cuman mendengus.
Semuanya berawal dari Gellar yang bilang dia gak bisa nebengin Echan karena dia harus jemput Tita. Sementara Jordan ogah disuruh boncengin Echan karena dia lagi mager nyetir, tapi Echan juga gak mau disuruh nyetir.
"Lo takut belang makanya gak mau nyetir?"
Echan melempar gumpalan tisu yang ia pegang ke wajah Jordan karena ditanya begitu.
"Apaan?" Jordan menyahut sambil menatap aneh. Pasalnya, Echan cuman ngelempar tisu tapi gak mau jawab apapun. "Iya? Enggak?"
Yang ditanya nyengir. "Iya, sih."
"Bangsat."
Gellar otomatis mengumpat. Gak paham banget kenapa temannya yang satu itu otaknya paling miring sedunia.
"Potong dah tuh titit lo kalau nyetir gak mau gara-gara matahari."
"Gue belakangan udah makin buseng abis balik dari pantai. Panasan dikit gue yakin abis ini jadi arang."
Gellar dan Jordan mendengus meskipun kalimat Echan bisa dibenarkan.
"Jor, udahlah lo aja. Lo kalau masih mogar-mager gue slepet juga nih."
"Tahu, nih, si Jordan!" Echan ngompor.
Akhirnya Jordan ngalah. Dia mengeluarkan kunci motornya dan berjalan malas-malasan ke arah motor yang ia parkir gak jauh dari tempat mereka berdiri.
"Nah! Gitu, kek, dari tadi!"
**
"Sumpah, kulkas lo kinclong banget ngalah-ngalahin giginya Lucinta Luna!"
Teriakan Echan dari dapur membuat dua orang yang lain jadi menoleh serempak. Hanya sesaat sebelum kembali gak memperdulikan karena sibuk dengan stik game di tangan masing-masing.
"Bentar, bentar. Abis ini gue chat Jena biar bawain makanan."
"Emang dia mau kesini?" Echan nanya.
"Iya, disuruh nyokap nganter apa gitu katanya."
Jordan menaruh stik gamenya. Dia menolehkan setengah badan untuk meraih ponsel di atas sofa sebelum kembali menghadap komputer.
"Gue aja yang ngechat."
Gellar langsung menghentikan gerakan. Dia noleh sambil natap horor temennya.
"Sejak kapan lo punya nomor adek gue?"
"...ha?"
"Lo punya nomer Jena?"
Diem-diem, Echan jadi merapat ke tempat dua temennya karena ikut penasaran. Dia duduk di samping Gellar sambil ngelihatin Jordan.
KAMU SEDANG MEMBACA
kiss me more.
Teen Fiction[21+] "can you kiss me more? we're so young and we ain't got nothing to lose." 23/12/21 - 25/07/22