Gellar menghela nafas menatap Tita yang wajahnya makin bete sejak menerima chat dari Sadam yang bilang kalau cowok itu pulang duluan. Tita punya feeling kayaknya Sadam itu emang sengaja ninggalin dia sama Gellar, mengingat Sadam emang ambil posisi di garda paling depan yang selalu bilang ke Tita buat berdamai dengan masa lalu.
"Ta, at least kalau lo gak mau balik sama Gellar, kalian harus baikan. Gak baik marahan sama orang lama-lama," gitu yang diucapin Sadam dulu, tapi gak pernah benar-benar didengarkan oleh Tita.
Sekarang, setelah dua orang tersebut menghabiskan makanan yang dipesan, walau tidak semuanya habis, tentu aja Gellar gak menyia-nyiakan kesempatan dengan menawarkan tumpangan pada Tita untuk pulang bersama.
Sayangnya ditolak mentah-mentah.
Tita dan gengsinya.
Padahal Gellar tadi udah yakin banget karena dia mampu ngelihat Tita yang mulai luluh pas dia meyakinkan Tita kalau mereka berdua bisa memperbaiki kerusakan di antara mereka secara perlahan, berdua lagi, memulai dari awal.
Kini mereka berdua udah di luar kafe. Parkiran yang padat dan beberapa orang yang berdatangan membuat Gellar harus menyeret Tita ke tembok di samping kafe agar tak bertabrakan dengan yang lain. Cowok itu mengangkat satu kaki untuk menapak di dinding belakangnya. Punggungnya bersandar disana, mengamati Tita yang berdiri dengan gelisah entah apa maunya.
Gellar menjepit batang rokok yang udah dia keluarkan dari dalam kotak kemasan. Kepalanya merunduk kecil sambil mendekatkan ujungnya ke pemantik yang dinyalakan.
Sembari mengantongi kembali korek apinya, dia menghisap dalam, menghembuskan asap ke arah berlawanan dengan posisi berdiri Tita.
"Terus aja, Ta. Terusin keras kepalanya," komentar Gellar membuat Tita memicingkan mata ke arah dia. "Lo tahu gimana gue bisa lebih keras kepala kalau udah pengin sesuatu."
"And what does that mean?"
Gellar mengedikkan bahu. Dia berjalan melewati Tita begitu saja sambil berkata, "masuk mobil sekarang."
"Nyuruh?!"
"Masuk atau gue gendong paksa. Cuman itu pilihannya."
Gellar paham kunci ngadepin keras kepalanya Tita. Dia hanya harus harus sedikit lebih keras tapi tetap tenang seolah gak terganggu dengan sikap cewek itu. Biar Tita makin panas dan mencak-mencak sendiri.
Jadi ketika dia udah masuk mobil dan memasang sabuk pengaman, dia terkekeh geli mendapati Tita berdecak sebal sebelum akhirnya berbalik dan mendekat ke mobilnya. Cewek itu mengetuk kaca gak sabaran sambil berteriak. "Bukain!"
Gellar dengan senang hati menekan tombol untuk membuka kunci.
Tita masuk dengan muka tertekuk tapi makin dia begitu, makin Gellar gemas bukan main. Dia cuman bisa mengusap rambut perempuan itu sekilas sambil terkekeh. Mau nyium juga takut digampar.
"Jangan ngamuk-ngamuk mulu. Gak capek apa lo?"
Tita gak mendengarkan juga gak merespon. Dia cuman diem aja sambil menarik sabuk pengaman untuk dipakai.
"Pulang kemana?"
"Menurut lo?"
Gellar menelengkan kepala, pura-pura gak tahu. "Ke apart gue?"
"Haha, talk to my ass."
"Ugh, i'd love to, Ta. I'd love to talk with your ass."
Tita memutar bola mata.
**
"Lo sengaja."
Adalah kalimat pertama yang keluar dari Tita setelah mereka diem-dieman lama banget. Gellar jadi menoleh sekilas sebelum mengganti persneling.
KAMU SEDANG MEMBACA
kiss me more.
Teen Fiction[21+] "can you kiss me more? we're so young and we ain't got nothing to lose." 23/12/21 - 25/07/22