"Mama kemana?" tanya Jeff pas dia dibukain pintu oleh anak keduanya, Jena, alih-alih sang istri seperti biasanya.
"Di kamar," Jena menyingkir dari hadapan sang ayah. "Papa, sih, pulang telat. Aku sama mama jadi dinner duluan."
"Besok, deh, diganti dinner ke luar, ya?"
Jena manggut-manggut aja. Toh sebenarnya bukan masalah besar walaupun Jeff gak ikut makan malam bersama. Maksudnya, ini bukan kali pertama. Baik Hanna maupun Jena tak keberatan asal alasan Jeff tidak ikut makan malam memang betul karena pekerjaan, bukan sesuatu yang lain apalagi yang mencurigakan. Amit-amit.
"Aku ke kamar dulu, Pa."
Jeff mengangguk. Diberinya kecupan di sudut pelipis sang anak sebelum mengusap kepalanya dengan sayang.
"Good night, Nak."
"Night, Pa."
Jeff membelokkan langkah kakinya ke arah kiri, ke kamarnya sendiri, setelah memastikan Jena masuk kamar dan mengunci pintu.
Pria itu tak perlu repot-repot mengetuk pintu kamar istrinya saat ia sudah sampai di depan ruangan. Dia langsung memutar knop dan masuk. Mendapati istrinya baru keluar dari kamar mandi dengan handuk lebar yang dililitkan sekeliling tubuh alih-alih menggunakan handuk kimono yang lebih tertutup, tak ayal membuat Jeff jadi bersiul menggoda.
Hanna menoleh. Kemudian mendengus.
Jeff ini emang suka gak inget umur. Seringai dan kilatan jahil di matanya setiap kali Hanna memakai pakaian terbuka gak pernah luntur di makan waktu.
"Baru mandi apa mau mandi?" tanyanya sambil melepaskan dasi yang terasa mencekik leher.
"Kalau rambutku udah basah gini artinya gimana?"
"Aku mandi sendirian berarti, ya?" Jeff membiarkan Hanna membantunya melepas dasi dan jas, sementara laki-laki itu melepaskan jam tangan yang ia pakai. "Apa kamu mau berbaik hati bantuin aku mandi?"
"Udah, gak usah aneh-aneh. Cepetan mandi, habis ini kita bahas soal Gellar."
Jeff menghela nafas.
**
Ketika Jeff keluar dari kamar mandi, dia sudah menemukan istrinya di atas tempat tidur, bergelut dengan buku Psikologi dan selimut yang menutupi pahanya. Piyama berwarna khaki dengan lengan serba panjang itu membuat Jeff bisa mengambil kesimpulan : dia gak akan bisa mengambil kesempatan apapun untuk menggoda sang istri malam ini.
"Tadi Gellar pulang jam berapa?"
Jeff memulai pembicaraan sambil naik ke atas tempat tidur. Dia menyibakkan selimut lalu masuk ke dalam. Satu tangan ia gerakkan untuk merengkuh tubuh Hanna, memintanya untuk bersandar di dada.
"Sore."
"Jadinya gimana?"
"Ya gitu."
"Beneran udah kamu bilang kayak itu?"
Hanna mengangguk. Dia menutup bukunya, melepas kacamata, menaruh benda-benda itu di atas nakas, lalu menjauh dari jangkauan Jeff agar keduanya bisa berhadapan.
"Iya. Kalau dari aku pribadi, aku udah gak papa."
"Kenapa bisa begitu?" Jeff mengernyitkan alisnya dalam-dalam. "Karena seingetku, terakhir kali kita bikin dua anak itu putus, itu karena keputusan kamu udah bulet. Gak bisa diganggu gugat."
Sebenarnya, yang aneh memang Hanna. Wanita itu adalah orang pertama yang membuat Gellar dan Tita jadi harus putus kala itu. Sementara Jeff, seperti biasanya, hanya iya-iya saja, terserah apa kata istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
kiss me more.
Teen Fiction[21+] "can you kiss me more? we're so young and we ain't got nothing to lose." 23/12/21 - 25/07/22