"Pokoknya gue kamar yang paling gede. Titik."
"Jen, lo punya kamar gede, tuh, buat apa? Lo yang di satunya aja."
"Abang sendiri pengen punya kamar yang gede juga buat apa?" tanya Jena balik. "Udahlah, ngalah sama adik sendiri."
Padahal kalau aja Gellar bisa jawab, tentu aja kamar adalah ruang favoritnya untuk berekplorasi. Dia butuh ruang yang luas.
"Ngalah, Ge. Lagian sama aja mau yang mana juga. Beda dikit doang interiornya." kata Tita menengahi.
Gellar menghela nafas, tapi akhirnya juga diem aja. Artinya tentang pembagian kamar udah beres. Maka dari itu, Jena pamit buat rapiin barang-barang di kopernya yang akan ia tata semuanya di kamar baru.
Setelah punggung Jena menghilang, barulah Jordan mengalihkan wajah ke Gellar.
"Echan sama Rea jadi kesini?"
Gellar mengangguk. "Udah di jalan katanya," jawabnya sambil menyandarkan kepala ke pundak Tita, lalu mulai memejamkan mata. "Lo kalau mau makan atau minum pesen dulu aja, kulkasnya masih kosong."
Tita memilih yang paling efektif: nyuruh Rea beliin makanan buat orang banyak sekalian, dengan bilang kalau Gellar yang bakal ganti uangnya.
"Jangan merem," tegur Tita tapi kontras dengan tangannya yang mengusap helai rembut hitam legam milik Gellar, membuat cowok itu malah makin mengantuk. "Lo gak beberes kamar emang?"
"Nanti."
"Berarti minggir. Gue mau bantuin Jena."
Gellar berdecak. "Diem, Ta. Gue mana bisa tidur kalau lo berisik mulu."
Tita akhirnya mencibir.
Kini fokus perempuan itu teralih ke Jordan yang menunduk fokus dengan ponselnya, entah sedang apa.
"Jangan pesen apa-apa. Gue udah nitip Rea."
Jordan yang ngerasa diajak ngobrol jadi mengangkat kepala. Lalu dia menunjukkan ponselnya, memberi tahu kalau dugaan Tita salah.
"Gak."
Tita manggut-manggut. "Lo nginep sini juga, Jo?"
"Lihat nanti."
"Apanya yang dilihat?"
"Kalau Echan nginep, gue nginep."
"Nginep aja semua," tiba-tiba Gellar menyahut dan kembali membuka mata. Cowok itu menjauhkan kepala dari pundak Tita. "Lo juga, Ta. Nginep sini aja."
Tapi Tita menggeleng. "Gak bisa gue, mah. Mungkin balik agak maleman, tapi tetep balik."
Gellar memicingkan mata memrotes. "Kenapa gitu?"
"Gak bawa laptop. Ketinggalan di kosan."
"Pake laptop gue."
"Filenya kan di laptop gue."
"Terus lo mau balik sama siapa, hah? Udah malem. Nginep aja."
"Jangan maksa," Tita bersikeras. "Lo mau tanggung jawab kalau besok gue diusir dari kelas?"
"Besok pagi gue anter ambil laptop."
"Kan belum—"
"Apa? Mau bilang lo belum ngerjain sedangkan besok presentasi? Gak usah ngibul."
Cewek itu bersandar di punggung sofa. Tahu bahwa dia kalah.
**
Echan dan Rea datang membawa makanan satu plastik besar bertepatan ketika Jena keluar dari kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
kiss me more.
Teen Fiction[21+] "can you kiss me more? we're so young and we ain't got nothing to lose." 23/12/21 - 25/07/22