terluka

1.8K 138 65
                                    

Sanzu terbangun sekitar jam sembilan pagi, hal pertama yang dia rasakan adalah rasa sakit di sekujur tubuhnya terutama di bagian leher dan juga pantat. Tapi anehnya dia tidak merasa lengket atau sesuatu yang membuat dia kurang nyaman, karena masih ngantuk dia mengucek ucek mata, merentangkan kedua tangan untuk mengumpulkan nyawa yang telah berjatuhan.

"Aahhkk sakit." Dan benar saja saat pemuda bersurai broken heart itu ingin berdiri dari tempat tidur dia harus menahan rasa sakit luar buas di pantatnya.

"Sepertinya badanku habis ketiban gajah." Dengan menghela nafas gusar Sanzu berusaha berdiri untuk mengambil tasnya agar bisa segera pergi dari tempat ini, tapi ini benar-benar sakit bahkan untuk berdiri saja sudah mampu membuat cairan di matanya jatuh. Belum lagi ini baju siapa yang dipakai udah kebesaran jelek norak komplit deh pokoknya udah mirip dengan hidupnya suram, terus kenapa mereka gak ngasih celana kalo gini dia kayak cewek pakai baju selutut, walau sebenar dia gak pakai baju cuma hoodie yang kebesaran.

"Oke seragam dan tasku." Setelah berhasil mengambil barang miliknya Sanzu segera melangkah menuju ke pintu, dia hampir saja bernafas lega tapi itu harus di turunkan karena dia harus menerima kekecewaan, saat hendak membuka pintu ternya pintu itu masih terkunci dengan kunci kartu.

"CK, apa mereka benar-benar ingin menculik ku." Sanzu menekan ludah dengan kasar dia tidak ingin menjadi budak nafsu mereka lagi.

Dalam kepanikan Sanzu terus berusaha membuka pintu di sini dia berharap ada sebuah keajaiban untuknya, walaupun hal itu sangat tabu namun siapa sangka pintu itu terbuka dan memperlihatkan dua pemuda yang sedang membawa beberapa kantong plastik.

"Kak sepertinya aku salah beli deh." Ucap Rindou yang terlihat kurang semangat saat melihat apa yang ada didalam kantong plastik.

"Bukannya sudah aku bilang jangan beli kamu sih ngeyel." Jawab Ran yang tengah memijat pangkal hidungnya.

Sementara Sanzu sekarang berada di balik pintu, sedang mati-matian tengah menahan nafas supaya kedua Haitani itu tidak mencium bau keberadaannya walau bisa dipastikan wajah pemuda bersurai broken heart itu sudah berubah pucat. Tapi untungnya kedua Haitani tidak menyadari bahwa dia sudah tidak berada di atas tempat tidur, terlihat mereka berjalan masuk begitu saja tanpa menutup pintu terlebih dahulu tentu hal itu di manfaatkan Sanzu untuk kabur dari cengkeraman mereka.

Sanzu terus lari menjauh dari kamar itu dia kini tengah berada dalam lift, dia tidak perduli kalo nantinya akan dimarahi kakaknya karena sudah mencuri black card dan juga tidak pulang ke rumah kemarin yang terpenting dia bisa pulang dulu dipukul itu sudah hal biasa.

Dirasa sudah jauh dari hotel pria bersurai broken heart itu terlihat sedang menunggu sesuatu, dia terlihat terus mondar-mandir gak jelas sampai akhirnya.

"Dengan nona haruchiyo." Terlihat seseorang memakai jaket berwarna hijau keluar dari mobil.

"Lo taksi online ya gua pesan." Ucap Sanzu yang lagi garuk tengkuknya yang tidak gatal.

"Iya non." Ucap sang sopir yang langsung mempersilahkan Sanzu masuk, sementara Sanzu hanya cengar-cengir gak jelas.

"Maaf pak panggil gua kak atau mas saja jangan panggil non, gua cowok." Ucap Sanzu yang langsung mendapat tatapan kebingungan dari sang sopir.

"Ooo maaf kalo gitu non, eh salah maksud saya kak." Sanzu hanya tersenyum kecut dia sudah terbiasa dikira cewek padahal dia itu laki-laki sejati.

Setelah kejadian memalukan tadi suasana antar Sanzu dan sang sopir taksi menjadi canggung, bahkan tidak ada yang membuka topik pembicaraan, walau Sanzu sudah berusaha membangun komunikasi dengan sang sopir dengan cara memberitahu alamat rumahnya, tapi sang sopir hanya menanggapinya dengan bilang 'baik jadi itu tujuan anda,' dan setelah itu dia tidak membuka topik pembicaraan udah malas karena dia kacangin.

"Dasar kacang hijau."

Karena bosan dan canggung ditambah lagi jarak Roppongi ke sibuya yang tak cukup lama, Sanzu berfikir mungkin dia akan istirahat nanti kalo sudah sampai tapi kenyataannya, Sanzu kini terlihat mulai memejamkan mata meskipun dia sudah berusaha untuk tetap membuka matanya namun hasilnya dia malah tidur terlelap disana tak perduli sopir yang membawanya orang baik atau laki-laki hidup belang, yang penting tidur dulu lagipula kemarin malam dia juga tidur terlalu larut akibat ulah Haitani bersaudara.

***

Sementara ditempat Ran dan Rindou kini kedua saudara itu sedang saling menyalahkan kenapa bisa mereka kecolongan, ah padahal mereka sudah yakin Sanzu gak akan mungkin bisa jalan untuk beberapa hari ini, tapi kenyataannya pemuda bersurai broken heart itu kini tidak ada di tempat tidur itu bahkan semua barang-barangnya juga tidak ada. Ah kenapa bisa mereka bisa melepaskan kelinci manis mereka padahal kemarin malam itu masih kurang, mereka ingin bermain lebih dalam lagi dan lagi mereka ingin masuk ke pusat kenikmatan yang lebih dari kemarin tapi sekarang kelinci mereka hilang.

"Padahal aku sudah beli dua puluh vibrator" ucap Rindou yang terlihat emosi.

"Percuma semua alat-alat ini." Tidak berbeda jauh dari Rindou, Ran juga terlihat marah dan penuh emosi, bagaimanapun juga dia telah membeli brogol, kalung binatang dan juga pakaian seksi tak lupa jel pelumas. Tapi sekarang semua alat-alat itu hanyalah sampah dan barang rongsok yang tidak berguna.

Untungnya mereka belum memperpanjang sewa kamar hotel jadi tidak terlalu rugi meskipun masih merasa jengkel dan bodoh menjadi satu, namun di balik semua itu mereka tetap tersenyum dengan seksual.

"Rin kau merekam semua kejadian kemarin kan."

"Tentu kak, apa kau mau melihatnya."

Entah apa yang akan di lakukan kedua Haitani itu dengan rekaman mereka dan Sanzu sedang ngeseks tapi itu terlihat tidak bagus untuk Sanzu. Namun lain halnya dengan Ran dan Rindou yang terlihat tertawa penuh kemenangan.

***

Hanya butuh dua puluh menit saja Sanzu akhirnya bisa sampai dirumah, hal pertama yang dia dapatkan saat sudah di depan pagar adalah tatapan sadis sang kakak.

"Darimana kau." Ucap Takeomi yang langsung menyeret Sanzu masuk kedalam rumah.

"K_kak Omi." Dengan menekan ludah kasar Sanzu sudah siap menerima semua konsekuensi yang diberikan sang kakak.

Sanzu meringis kesakitan saat merasakan sang kakak menarik lengan tangannya dengan kasar, belum lagi dia tidak bisa berjalan dengan normal karena rasa sakit di area bawah, tapi Takeomi tidak memperdulikan rintihan kesakitan Sanzu saat dia membawanya ke belakang rumah. "Pakai ini." Sebuah kain penyumbat mulut yang langsung Sanzu pakai begitu saja tanpa ada perlawanan, memang dia tidak salah tapi tetap saja pulang tanpa memberi tau keluarga tidak bisa dibenarkan.

CETER...

CETAR...

CETER...

Terdengar suara cambuk bersentuh dengan kulit, sang pelaku hanya terus mengeluarkan kata-kata penuh emosi dan ketidak mampuannya mendidik sang adik sementara sang korban hanya menangis merasakan kulitnya mulai robek, padahal tubuhnya sudah terasa sakit semua akibat ulah Haitani tapi kini di perburuk oleh kakaknya.

Sudah terhitung sepuluh kali lebih Takeomi  memukul Sanzu dengan cambuk, bahkan tidak ada tanda dia ingin berhenti sampai akhirnya darah keluar dari balik baju itu, awal Takeomi tidak menanggapi itu dengan serius sampai dimana Sanzu tiba-tiba pingsan.

"Haruchiyo."






















Huaaa aku akan buat Sanzu hidup penuh perjuangan, oke Chapter ini Sampai disini dulu.

Common and like aku tunggu.

Jangan menjadi pembaca misterius tinggalkan lah jejak supaya aku tau siapa saja yang membaca book ku ini.

See y...

can you love me sanzu (Ran x Sanzu x Rindou) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang