Seorang pemuda terlihat sedang berlari, dalam benak dia tidak pernah berharap bisa bebas. Lebih baik membusuk dari pada lari dari bekas korban.
Sedangkan dilain tempat seorang pria bersurai pink terlihat sedang menyerat ketananya, sambil terus berguna, dia terlihat sangat bahagia. Butuh waktu tuju tahun lebih pria itu menunggu momen epic ini.
"Mochi jangan bersembunyi, bukanya kau suka dengan mulut indah ini! Hahahah......" Walau pemuda itu terdengar menggunakan nada bicara normal, namun bagi seseorang yang dia sebut itu bagaikan panggilan dari malaikat kematian.
Pria berusia pink itu, dengan santainya berjalan perlahan mendekati Mochi. Yang terlihat kesetanan, sementara bagia Mochi secepat apapun dia berlari, baginya itu hanya ilusi optik dimana dia hanya berlari secara slow mohsen sementara pria bersurai pink itu sedang berlari cepat mengejarnya.
"Aku mohon Sanzu biarkan aku hidup." Ucap Mochi dibalik salah satu gerbong kereta.
"Kenapa bukanya kau suka bibir ini." Jawab Sanzu sang langsung menghunuskan katananya ke samping Mochi.
Untung Katan itu hanya menggores pipi Mochi, sehingga untuk beberapa menit ini dia masih tertolong.
Sedangkan Sanzu melihat mangsanya lari pontang panting, merasa geli. "Kau tau, kematian orang mencerminkan seperti apa dia sewaktu hidup." Dengan berjalan satai Sanzu sudah mempersiapkan senjatanya. "Jadi jangan pergi dan datanglah ke pelukanku."
Mucho terus berlari dan lari, tak perduli arah jalanya yang penting sekarang dia jauh dari Sanzu, sungguh Sanzu saat ini telah berubah dia yang dulu menggunakan masker dan terlihat lemah.
Kini berubah menjadi malaikat mautnya, bahkan pemuda itu telah menjadi buronan serta pencandu narkoba. "Selama tuju tahun di penjara sebenarnya apa yang telah terjadi?"
Sanzu yang sekarang bukan dia yang dulu, bahkan Mochi tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Kalo dia takut dengan sosok pemuda itu, pemuda gila yang selalu dirundung kini menjadi sosok mesin pembunuh.
Dan ketahuilah selama tuju tahun ini Sanzu sudah membahas semua dendamnya, mulai teman sekolahnya yang tidak perduli saat dia sedang menangis akibat pertengkaran dia dan Mikey. Akibat video pelecehan Haitani kepadanya, sampai saat Sanzu menjadi pusat hinaan di sekolah karena dia membela orang-orang yang telah melecehkannya dan membunuh Rindou.
Sanzu mendatangi mereka satu persatu, mulai hanya mengambil satu bola mata sampai ada jasat yang sudah tidak diketahui identitasnya.
Polisi Bahakan kesulitan dengan kasus orang-orang yang mati dengan mengenaskan itu. Mereka berfikir jika pelaku pasti orang yang berbeda, karena setiap Korba memiliki ciri khas yang berbeda-beda.
Ini karena tidak lain tidak bukan, karena Sanzu membunuh dan menyiksa mereka dengan cara yang berbeda-beda. Dia terus belajar tentang cara menyiksa orang melalui sejarah dunia, itu mengapa setiap korban memiliki bekas luka yang berbeda.
Bahkan Sanzu bisa memastikan bahwa korbannya tidak seratus persen mati kerena ulahnya. Walau ada beberapa yang mati ditangannya, biasanya yang mati ditangannya Sanzu tidak langsung membunuhnya Secara langsung melainkan perlahan namun pasti. Sanzu tidak hanya membunuh secara permanen namun sebelum dia beraksi korbannya diteror sehingga mentalnya down.
Sedangkan korbannya yang tidak seratus persen mati ditangannya, Sanzu cuma membuat mereka sekarat dan setalah itu mereka dia buang atau cuma didiamkan. Sampai korban mati, dan setiap korban pasti ada sebuah pesan tersirat dari pria bersurai pink itu.
Karena bagi Sanzu yang paling salah bukanlah pembully, ataupun orang yang di bully melainkan orang-orang yang hanya nonton saat ada seseorang sedang dirundung.
Kalo boleh jujur mereka lah sebenarnya pembully, mereka tertawa, bergibah dan menyebarkan bumbu-bumbu ketidak pastian, pengkeruh suasana. Jadi sebenarnya seorang pembully atau pun korban pembullyan, tidak lebih tidak kurang hanyalah boneka, bagai pembully sebenarnya karena mereka yang menikmati, dan mereka yang tidak mendapat balasan.
Sebenarnya kenapa Sanzu selalu lolos dari polisi, ini tidak lain tidak bukan karena Sanzu selalu menggunakan senjata yang berbeda di setiap lokasi berbeda, Sanzu juga selalu bisa mematikan semua cctv sekitar lokasi pembunuh tanpa harus menyentuk benda itu.
Senjata yang di gunakan Sanzu juga tidak bisa dikatakan normal, bukan hanya senjata tajam dia juga membunuh korban dengan racun.
Sanzu membunuh korbannya dengan palu, kater, pistol, pipa besi, paku, jarum, lilin, kejut listrik, obat perangsang, racun jenis A sampai C. Jarum serta alat alat lainya, itu dia lakukan cuma kurang dari satu tahun.
"Mochi.... Apa kau tidak merindukan pesona ku." Tanya Sanzu sedang berdiri tepat di belakang Mochi.
"Bukankah kau dulu sangat suka dengan semua bagian tubuh ini." Tanya sekali lagi Sanzu, yang tanpa Mochi sadari sebuah benda tajam menancap menembus tubuhnya.
"Aku mohon biarkan aku hidup."
Bukanya menjawab Sanzu malah mengais di pelukan sang korban. "Kawaii.." satu kata lolos dari mulut pemuda itu, bersamaan dengan katanya yang di tarik keluar, dan mulai di tancapkan lagi ke sisi yang berbeda.
"Aku tidak akan membunuhmu."
Satu hal yang pasti yang mampu bikin Sanzu tenang dan bahagia, ya itu saat melihat sang korban mati secara perlahan. Mendengarkan setiap tangisan, teriakan serta kata-kata keputusasaan agar dia diampuni adalah momen terindah bagi pemuda bersurai dwiwarna itu.
Karena itu Sanzu tidak menusuk oragan fital Mochi, dia hanya memberi akses.
"Wah sepertinya kalo terlalu lama kau bisa kehabisan darah itu tidak akan menarik." Ucap Sanzu.
Sanzu langsung menyeret pria malang itu, dengan cara menarik rambutnya, tak peduli teriakan kesakitan. Sanzu malah bernyanyi ria, sesekali dia juga bilang kalo Mochi akan bertemu dengan seseorang yang mungkin dia rindukan.
Dan setelah jarak kurang lebih dua ratus meter Sanzu sudah ada di belakang kereta.
"Oi... Apa kau melihat, kau pasti melihatnya." Tanya Sanzu kepada seseorang yang sedang duduk di atas gerbong kereta.
Pria itu menatap Sanzu dengan seduh, dia tidak menyangka jika perbuatannya membuat orang polos menjadi mesin pembunuh.
"Lama tidak Mochi." Sapa orang itu yang langsung mengikat kedua tangan Mochi dan tak lupa tali itu di sempatkan ke dalam lubang bekas katana Sanzu.
Sementara Sanzu kini tengah berada didalam kereta yang siap dia jalankan, setelah semua beres tali itu di ikat ke belakang gerbong kereta yang siap di jalankan.
"Ini balasan karena telah membunuh adikku."
"Tidak mungkin itu kau, Ran."
"Ini aku Ran Haitani."
Bukan hanya Sanzu ternyata Ran juga sudah berubah. Kini tampilan pemuda berkepang itu jauh berwibawa, namun sayang dari sorot matanya tidak ada tanda kehidupan.
"Bagaimana mungkin kau dan dia bisa bekerja sama padahal kau juga salah satu orang yang memperkosanya."
Bukanya marah atau emosi Ran malah naik keatas gerbong kereta dengan kamera ditangannya.
"Mochi jangan lupa tersenyum." Ucap Ran yang sambil menelpon Sanzu, sebagai isarat jika mereka sudah siap, dan tak lama suara mesin kereta mulai terdengar.
"Aku mohon biarkan aku hidup."
Oke sampai sini dulu.
Command and like aku tunggu
Oh ya gimana adegannya udah mendalami kagak karakter Sanzu. Hehe semoga kalian suka.
Kalo ada typo kasih tau aku.
See y....
Sebenarnya gua hari ini gak up tapi kerena chapter ini habis ilang ya mau gimana lagi
༎ຶ‿༎ຶ
KAMU SEDANG MEMBACA
can you love me sanzu (Ran x Sanzu x Rindou) End
FanfictionSanzu sangat menyukai Mikey meskipun pemuda itu menyukai Draken, tapi disisi lain mucho menyukai pemuda bersurai broken white itu namun hal itu membuat sanzu bertemu Haitani bersaudara karena salah tebas. niat awalnya pemuda itu ingin membunuh mucho...