Rindou

663 54 10
                                    

Sanzu terperanjat ketika melihat Rindou berada tepat di belakang Ran, dengan tangan memegang botol kaca yang sudah pecah, Rindou berniat memukul kepala Ran dengan benda itu sekali lagi.

Sedangkan Ran hanya bisa memegang kepalanya yang kini telah berlumuran darah, akibat serangan dadakan dari sang adik.

"Bajingan."

Bukan berniat memukul lagi. Rindou justru mengarahkan pecahan botol itu ke leher Ran, tentu Sanzu yang melihat kejadian miris ini berusaha mencegah namun.

Brak

"Butuh waktu sepuluh tahun kau bocah, berani masuk ke markas kami." Ujar shion sambil tersenyum mengejek, tak lupa dia meludah tepat didekati Rindou seakan semua yang Rindou lakukan hanya buang waktu.

Sebuah pipa besi berhasil mendarat tepat di tengkuk Haitani Rindou, membuat sang empu meringis kesakitan akibat kerasnya pukulan.

"Cih akan aku jadikan ini hari terakhir kalian tersenyum." Ucap Rindou yang langsung menyerang Ran, namun di halangi Terano yang langsung menendang daku pria berkaca mata itu.

Kerasnya tendangan membuat Rindou terpelanting, yang mengakibatkan pemuda itu meringis kesakitan.

"Rin."

Namun siapa sangka Ran sempat menyebut nama sang adik saat melihat Terano menendang Rindou, Sanzu yang berada didekat Ran tentu merasa sedikit janggal. 'Ran sebenarnya siapa kau mengapa aku merasa semua ini tidak sepenuhnya keinginan mu' namun dia memilih diam karena seluruh tubuhnya mati rasa.

Belum sempat Rindou berdiri, mucho sudah menginjak dada pemuda itu sambil menyeringai dia mulai menendang-nendang wajah Rindou samapi pemuda itu mimisan.

***

"Hentikan hiks aku mohon hentikan."

Sanzu yang melihat keadaan menyediakan dari Haitani bungsu tanpa sadar telah menangis dan memohon agar Rindou tidak di sakiti lagi.

Tapi diluar ekspektasinya mereka malah membalas dengan tawa yang menakutkan, hanya Ran yang diam termenung.

Semua kejam, semua jahat, semua tidak memiliki hati apa mereka benar-benar manusia, tapi mengapa mereka lebih rendah dari bintang. Bahkan seekor binatang tidak sanggup membunuh kawanannya tapi mereka, mereka sanggup, sungguh iblis bermuka malaikat. Menyakiti tapi merasa bahwa merekalah yang tersakiti.

"Ran aku mohon." Pinta Sanzu di bawah kaki Ran Haitani.

"Jika kau tidak muncul di kehidupanku ini semua tidak akan terjadi." Ketus Ran yang langsung mendorong Sanzu menjauh darinya.

"Ini semua salahmu jalang."

Bagaikan pukulan keras di hidup, kata-kata Ran barusan bagaikan ribuan pedang yang tertancap di hati. Tak terlihat namun menyakitkan, apa ini yang dinamakan sakit tak berdarah. Perihnya nyata sesaknya ada.

"Tutup mulutmu curut."

Rindou yang melihat Sanzu meneteskan air mata, dibuat naik pitam baginya tetesan air mata Sanzu adalah ribuan tombak yang menusuk hati.

Dengan menghela nafas berat Rindou mulai membahas serangan Mucho, bagi Haitani bungsu bertarung satu lawan satu tidak terlalu sulit melainkan ini sangat mudah, terlebih ini adalah kelebihan yang dia miliki.

Krek... Krek... Krek...

Tak butuh waktu kurang dari satu menit Mucho sudah tidak sadarkan diri, dengan kondisi tukang leher yang patah.

Melihat rekannya tak sadarkan di Shion dan Terano berniat menyerang Rindou dengan pipa besi ditangan mereka, namun pergerakan mereka dihentikan oleh Ran, cukup lebih baik dia yang terluka dari pada sang adik yang tersiksa. Tapi ini sama saja menyiksa batin Ran, situasi ini tidak menguntungkan bagi siapapun, baik Ran Sanzu maupun Rindou.

Sambil memainkan kepang rambutnya dengan tongkat besi, Ran berjalan mendekati kearah Rindou. Terlihat raut wajah tak berdosa, itu terpancar jelas dari sorot mata.

"Kenapa kau begitu heboh Rin." Ucap Ran yang sedang mengarahkan tongkat besinya tepat di wajah sang adik. "Apa kau marah karena tidak aku ajak berbagai?" Lanjut Ran dengan senyum simpul di wajah.

Sambil berdecak pinggang Ran menunjukkan seakan-akan ini semua tidak ada apa-apanya.

"Anjing kau curut, apa kau buta Sanzu saat ini sedang kritis, lihat seluruh tubuhnya penuh luka." Ucap Rindou yang terlihat begitu kecewa, sedang Ran bingung mengapa sang adik memanggil namanya dengan kata-kata binatang .

"Lihat." Tak bisa membendung rasa kecewanya Rindou menunjukkan bagian selangkangan Sanzu yang penuh darah, bisa Rindou simpulkan itu darah dari lubang anal sang pujaan hati.

"Lihat perbuatan mu setan."

Seketika atmosfir berubah menjadi dingin, Ran tau ada yang salah dengan Rindou, dia tau betul Rindou tidak akan memanggil dia dengan sebutan yang kurang pantas, karena Ran tau Rindou begitu menyayangi dan menghormatinya. Bahkan dimata sang adik setiap kesalahan kakaknya adalah pelajaran baru bagi dirinya, sebab itu Rindou tumbuh menjadi berandalan, itu tidak lebih tidak kurang karena pengaruh Ran.

"Katakan, sebenci itu kau dengan kakak mu ini Rin." Ucap Ran yang terlihat bingung dengan berubah sifat dari sang adik. "Apa sebegitu berartinya jalang itu di hidupmu?" Lanjutkan sambil menunjuk Sanzu.

"Berhenti berakting, dan menutupi wajahmu dengan topeng." Jawab Rindou yang terlihat begitu meremehkan Ran.

"Sudah cukup hidupku penuh dengan sandiwaramu." Lirih Rindou meskipun masih bisa di dengar oleh semua orang disana.

"Sandiwara apa yang kau katakan?" Terlihat Ran begitu kebingungan dengan perkataan Rindou, dia takut kehilangan sosok yang selama ini menjadi teman hidupnya.

"Hahaha, Bahakan orang bodoh saja tau." Kini Rindou memicingkan matanya seolah Ran sudah tau arah pembicaraan mereka.

"Rin berhenti memberi isyarat dan katakan langsung, kakak tidak suka sesuatu yang bertele-tele." Takut jelas itu ada tapi dia juga tidak ingin terus menerus kalut akan rasa ini.

"Begitu juga dengan ku, aku tau kau pasti juga tau kalo mommy bukan ibuku." Bagaikan Sambaran petir di siang hari, Ran tertegun tak bergerak mendera pernyataan Rindou barusan ini tidak mungkin, ini pasti mimpi. Mimpi buruk yang selalu datang kealam mimpinya, mimpi yang akan segera berakhir jika dia bangun dari tidur, namun kenyataannya kali ini adalah kenyataan bukan mimpi belakang.

"Bagaimana bisa aku hidup selama lima belas tahun bersama orang yang telah membunuh ibu biologis ku." Rindou hanya bisa menertawakan hidupnya, sebegitu menyediakan hidup yang selama ini dia jalani .

"Bahkan semua sudah tau, termasuk kau." Ucap Rindou sambil menatap mata Ran.

"Rin maaf tapi." Tutur Ran.

"Tiada maaf bagimu." Tegas Rindou.

Sanzu yang mendengar kebenaran dari Haitani bungsu itu tidak bisa menyembunyikan ekspresi ketidak percayaan, itu membuat Ran yang memang sudah terpengaruh oleh teman-teman barunya meluapkan rasa kecewa akan pengorbanan yang dia lakukan telah sia-sia, dengan langsung memukul pria bersurai broken white itu.

Namun untungnya Rindou datang dengan tepat, pria itu melindungi tubuh Sanzu. Sambil meringis kesakitan sempat-sempatnya dia tersenyum di hadapan Sanzu.

"Ciyo aku menyukai mu."

Sebuah cincin putih dengan satu berlian kecil berwarna biru di sempatkan, ke jari manis Sanzu. Sedangkan sang empu hanya menangis.



















Oke tinggal satu sampai sini dulu.

Gak nyangka udah hampir sepertiga dari cerita bentar lagi Sanzu mode bonten lahir. Adegan Gore juga akan muncul serta semua penderita akan ada balasannya.

Command and like aku tunggu

Bye bye

can you love me sanzu (Ran x Sanzu x Rindou) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang