ke dua

463 43 117
                                    

Terlihat sosok penuh wibawa membawa Katana berlumuran darah berjalan perlahan masuk ke gang sempit.

Sementara di ujung jalan gang itu terdapat, pria dengan karisma yang luar biasa. Seseorang bersurai dwiwarna sedang menunggu di ujung gang sambil membawa pistol.

Entah apa yang telah terjadi tapi mereka seperti sedang bermain petak umpet, yang membuat sanzu semakin kegirangan saat melihat jejak darah dimana-mana.

"Ini menyenangkan ini menyenangkan."

Tak henti-hentinya Sanzu terus bergumam bahagia merasa satu per satu dendamnya mulai terbalaskan, tidak ini belum cukup dia tidak kan puasa sebelum seseorang pembawa kayu bakar antar Ran dan Rindou menerima karmanya.

Setidaknya Shion mendapat balasan, jika Mochi mendapat hukuman seperti itu, makan Shion akan mendapatkan jauh lebih indah dan sahdu.

Jeritan, tarikan, rintihan dan juga suara suara keputusan adalah obat candu bagi Sanzu, bagaikan campuran beberapa sabu seperti ganja dan ekstasi suara itu sungguh indah dan nakal.

Seakan mereka meminta lagi dan lagi, secara bersamaan Sanzu juga ingat bagaimana mereka menyetubuhi dirinya dulu. Mereka menghina dan merendahkan Sanzu, seakan jalang yang harus melayani tuannya.

Setiap kali dia memohon untuk berhenti setiap kali itu pula mereka akan menambah kecepatan, sakit itu yang dia rasakan. Bagaimana pun itu menjadi trauma tersendiri bagi Sanzu mengingat dia terus di gilir, sampai harus di rawat di rumah sakit selama satu bulan.

"Shion apa kabar? Apa kau membawa berita bagus hari ini? Aku ingin dengar."

Suara barito yang keluar dari mulut Sanzu, bagaikan tiupan sangkakala bagi Shion.

Seperti di rencana Sanzu Shion pasti akan main petak umpet dengan dia, namun hal ini justru membuat pria bersurai pink itu merasa bahagia.

Dan benar saja saat dia menembak ke arah tong sampah.

"Aaahhkkk....." Pekik Shion yang langsung lari tunggang-langgang, tak perduli kemana arah dia pergi yang jelas dia ingin pergi dari Sanzu untuk saat ini.

Namun siapa sakan di saat dia berlari sekencang-kencangnya sebuah kaki menghalangi jalannya, yang membuat pemuda itu jatuh mencium kaki Sanzu.

"Kenapa lari."

"Sanzu aku mohon biarkan aku hidup."

"Hahaha tentu."

Sambil menyeringai Sanzu menarik surai Shion, sementara Ran dengan senyum menyeringai mulai memegang gigi bawah sang korban.

"Tentu setelah kau kehilangan mulutmu." Bisik Ran.

Untuk kali ini, Sanzu menyerahkan semua tanggung jawab kepada Ran seutuhnya, karena hubungan Ran dan Rindou hancur tidak lebih akibat mulut dari Shion.

"Aakkkhh....." Pekik Shion.

Krek.... krek....

Menyadari Shion masih bisa memberontak, Sanzu tanpa belas kasih menusuk nusuk perut shion. Tenang Sanzu tidak menusuk sampai tembus, dia hanya memberi luka kecil namun menyakitkan.

Tusukan itu tidak fatal namun kalo di biarkan bisa menyebabkan kematian, menyadari Shion ingin berteriak.

"Tutup mulutmu manis."

Dengan sekali tebas Sanzu menyobek mulut pria itu, sedangkan Ran yang menyadari Shion mulai lengah langsung menarik rahan bawah shion sampai patah dengan tangan kosong.

Kejam dan sadis dua kata yang pantas di berikan untuk nomor dua bonten dan eksekutor, namun itu sepantaran dengan apa yang seharusnya mereka berikan.

"Kau harus menikmati buah yang telah kau tanam tuju tahun yang lalu Shion."

can you love me sanzu (Ran x Sanzu x Rindou) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang