kakak

1.5K 132 105
                                    

Takeomi sangat terkejut saat melihat sang adik sudah tidak sadar diri, padahal dia yakin tidak memukul Sanzu dengan kuat tapi kenapa ini bisa terjadi.

"Haru... Oi Haruchiyo." Takeomi terus mengguncang tubuh adiknya itu tapi hasilnya nihil Sanzu masih tetap tidak sadarkan diri, merasa ada yang lembab di tangannya dia berusaha melihat apa itu? Takut kalo itu sesuatu yang tidak ingin dia ketahui, dan benar saja ternyata itu adalah darah yang keluar dari balik hoodie adiknya.

Dengan memijat pangkal hidungnya Takeomi membawa Sanzu ke tempat tidur sang adik, tak lupa dia segera mengambil kotak p3k air hangat handuk serta obat luka, dia sangat menyesal karena telah memukul Sanzu seharusnya dia tanya alasan sang adik bukan main hakim sendiri kalo sudah begini dia lah yang terlihat egois dan kejam.

Setelah mendapatkan apa yang Takeomi butuhkan dia segera membuka hoodie Sanzu, tapi tangannya di tepis oleh sang adik.

"Menjauh dariku, aku tidak ingin kau obati." Bagai hujan petir di hari yang cerah Takeomi bingung harus bereaksi seperti apa.

"Kau tau tubuhku seperti mati rasa jika terus kau sentuh." Sanzu berucap tanpa melihat lawan bicaranya, kalo boleh jujur dia sangat membutuhkan sang kakak tapi jika kakaknya membantu mengobati luka di punggung Sanzu, tamatlah sudah riwayatnya bisa-bisa dia benar-benar tidak menjadi bagian dari keluarga Akasih lagi, walau dia selalu mengaku anak tunggal yang memiliki marga haruchiyo padahal itu nama aslinya.

Sanzu tidak ingin Takeomi melihat jejak percintaan dia dan sih Anabelle serta jamet pengolah, bukannya mengobati luka dia akan mendapat pukul tak lupa siraman rohani dan yang paling dia tidak bisa bayangkan dijauhi oleh Mikey, sungguh lebih baik luka ini dia pendam sendiri.

"Haruchiyo kakak minta maaf." Terlihat Takeomi memohon ke Sanzu ajar dia bertanggung jawab atas luka yang dia berikan, namun hasilnya tetap sama Sanzu tidak ingin Takeomi mengobati lukanya.

"Kakak lebih baik pergi dari sini." Ucap Sanzu sambil mengambil salah satu koleksi pisau miliknya.

"Tidak kak tetap akan mengobati lukamu." Sama-sama keras kepala mungkin ini yang namanya satu genetik, mereka tidak ada yang mau mengalah malah sebaliknya mereka kukuh atas pendirian masing-masing.

"Kakak yang pergi atau aku yang pergi." Ancaman Sanzu memang tidak pernah main-main, sekarang ini sebuah pisau lipat sudah mengarah tepat di jantungnya walau dalam hati. 'kakak oon gak tau apa ini punggung sama bada udah retak semua malah diajak debat.'

Mengetahui ancaman sang adik tidak main-main Takeomi dengan tidak ikhlas pergi dari kamar tersebut, walau begitu dia masih berdiri di depan pintu masuk sampai akhirnya Sanzu menutup pintu itu dengan keras.

***

Sanzu segera melepas hoodie dan memakai celana pendek, hal pertama yang dia rasakan saat kulitnya bersentuhan dengan dinginnya AC dikamar adalah rasa perih, sakit dan sensasi yang bikin candu akan sebuah luka.

"Wahahaha sensasi ini sangat luar biasa antara takut sedih dan bahagia menjadi satu." Ini aneh tapi pemuda bersurai broken heart itu terlihat tertawa kegirangan. Bagaikan anak kecil yang mendapat mainan waktu tahun baru.

Dengan tersenyum psikopat Sanzu mulai mengobati luka-luka di tubuhnya, dia bahkan tidak terlihat kesakitan saat handuk basah menyentuh luka akibat ulah kakaknya, yang dipikirkannya hanya satu membalas perbuatan Haitani bersaudara itu.

"Annabelle, jamet pengkolan akan aku buat kalian bertekuk lutut di kakiku." Terlihat Sanzu sedang membawa sebuah boneka Anna Frozen.

Baru juga menggebu-gebu berfikir cara untuk balas dendam, Sanzu merasa ada keributan didalam tubuhnya dan benar saja kini cacing didalam perut sudah mengadakan demo besar-besaran menyampaikan aspirasi rakyat agar dia memberi makan bagi mereka yang sudah kelaparan akibat disuruh mikir.

"CK, gua pecat Lo." Sanzu berdecak pinggang kalo boleh request bisa kagak manusia itu gak usah makan, jadi waktu sedang ngambek gak mau keluar kamar, dia gak keluar beneran jadi seakan-akan benar-benar ngambek gitu, gak kayak gini ngambeknya haru di pending sementara karena lapar. Yang menyebabkan dia harus mengadakan rapat sebentar dengan beberapa pihak tertentu, yang terutama tuan cacing yang terhormat, didapur.

***

Sebelum keluar kamar Sanzu terlebih dahulu menutup semua luka di tubuhnya tanpa terkecuali termasuk bekas gigitan mahluk tak bersayap.

Dan benar saja baru tiga langkah keluar kamarnya dia sudah disambut sang kakak dengan membawa sekantong jajan, tapi karena gengsi Sanzu memiliki pergi menuju dapur dari pada menerima pemberian kakaknya itu.

"Oke aku ambil makanan yang tahan lama." Ucap Sanzu sambil membawa empat buah apel, dua kaleng soda, satu dorayaki, puding, Genoise cake dan terakhir Sanzu mengambil sisa makanan tadi pagi paha ayam tiga di ambil semua, dengan begini adil, dan tanpa buang waktu pemuda bersurai broken heart itu mengambil langkah seribu masuk kedalam kamar.

Sementara Takeomi hanya bisa tersenyum canggung melihat kerakusan adik laki-lakinya ini, kok muat itu perut.

***

Sementara Mikey terlihat mengawatirkan Sanzu karena kemarin dia tidak pulang ke rumah ataupun menginap ke rumah teman, bahkan dia dan juga Draken sempat pergi ketempat mucho namun pemuda itu tidak mengetahui dimana Sanzu pergi, walau sudah dipukul beberapa kali, jawabannya tetap sama. "Aku tidak tau keberadaan Sanzu, bukankah terakhir kali dia bersamamu Mikey."

"Kenchin, gimana kalo kita ke rumah kak Omi siap tau Haru sudah pulang." Ucap Mikey yang setia mengirim panggilan ke Sanzu, walau hasilnya sama telfon yang anda tujuh tidak bisa menerima panggilan tau diluar jangkauan coba hubungi sebentar lagi.

"Tentu sayang, jadi jangan manyun lagi dong." Ucap Draken sambil mencubit pipi chubby Mikey hingga sang empu meringis.

"Kalo gak mau aku manyun belikan dorayaki dan Taiyaki dong." Ucap manja Mikey yang terlihat seperti anak kucing minta di pungut, tapi aslinya ingin di buang.

"Ya udah tapi janji gak boleh sedih." Ucap Draken yang langsung menarik Mikey ke sepeda motornya.

***

Sedangkan Sanzu saat ini tengah mengunci diri dikamar, ini dia lakukan agar tidak ada yang tau tanda merah dan gigitan di tubuhnya, bukan itu saja, berjalan saja dia masih pincang untung kakaknya gak tanya kenapa dia pincang dan langsung pukul gitu aja.

"Mungkin beberapa hari kedepan aku gak akan sekolah." Sanzu berucap sambil melihat bekas gigitan dilehernya entah itu bekas Ran tau Rindou yang pasti ini memakan waktu lama untuk hilang.

Belum lagi rencana balas dendamnya yang harus dia jalankan sendiri, andai  dia bisa sekuat Mikey dan Baji pasti Haitani sudah jadi samsak di tangannya tapi apa daya dia harus bermain halus atau langsung tebas begitu saja.

"Haitani aku tidak akan pernah memaafkan kalian begitu saja." Saat sedang asik asiknya Sanzu menggambar dia seperti mendengar suar motor berhenti di depan rumahnya, karena penasaran Sanzu mengintip dari balik jendela siapa yang datang.

"Mikey." Dengan menekan ludah kasar Sanzu pergi ke pintu kamarnya dan segera menguncinya dengan rapat tak lupa dia harus menyiapkan mental.








Bingung chapter ini mau dibuat apa, oh ya untuk kisah cinta ranzurin aku buat lebih ribet ya biar ada tantangan gitu, gak langsung duar jatuh cinta harus ada tekanan. Untuk Sanzu aku buat hidupnya penuh perjuangan dan untuk Haitani aku buat mereka itu ya gitu lah.

Common and like aku tunggu

See you next time

can you love me sanzu (Ran x Sanzu x Rindou) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang