Happy Birthday, Naresh!

40 8 0
                                    

Teresa menyusuri koridor sekolah, sesekali pandangannya menengok kanan-kiri memperhatikan sekitar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Teresa menyusuri koridor sekolah, sesekali pandangannya menengok kanan-kiri memperhatikan sekitar. Dari jauh, muncul gadis dengan tubuh ramping dan rambut digerai panjang berjalan dengan wajah kesal.

Gue rasa gue tahu maksud panggilan ini.

Saat memasuki Ruang Konseling, Bu Retya sudah duduk tegak sambil menatap tajam pada Teresa dan Jena.

"Duduk."

Keduanya menurut.

Tab berukuran besar ditaruh Bu Retya di depan mereka. Meja di depan Jena dan Teresa bak meja kejujuran saat ini.

Sebuah vidio diputar. Sesuai dugaan Teresa tadi, Jena memang orang yang mencuri seragam sekolah Teresa.

"Bisa jelaskan vidio ini, Jena?"

Suara Bu Retya semakin membuat Jena membeku.

"Oh, iya ini saya, Bu. Lagi ambil seragam Teresa," jelas Jena beberapa saat kemudian. Nada bicaranya terdengar lebih snatai tidak tertekan.

Bu Retya mengangguk-angguk.

"Ngambil atau nyuri?" Bu Retya bertanya, satu alisnya terangkat.

"Hah?" Jena mengernyitkan dahi, kemudian tertawa.

"Ibu curiga saya nyuri? Saya perjelas, ya. Saya ambil seragam karena disuruh pemiliknya sendiri."

Jena menunjuk Teresa kasar.

"Gue? Gue suruh lo ngamb-"

"Iya! Lo lupa? Pura-pura lupa, ya? Segitu jelas lo yang nyuruh gu-"

BRAK

Bu Retya menggebrak meja, matanya melotot mendengar Jena dan Teresa yang mulai debat saling memotong pembicaraan.

"Bisa hargai saya yang lagi duduk di sini?"

Teresa meneguk salivanya untuk bersiap dengan wejangan yang harus ia terima.

"Iyaaaah, Buuuu," tutur Jena.

"Apa benar kamu suruh Jena buat ambil seragam kamu, Teresa?"

"Enggak, Bu. Kalaupun saya harus meminta tolong, orangnya bukan Jena. Kita beda kelas dan berjauhan, Bu."

Teresa menerangkan dengan alibi meyakinkan.

"Bukannya gue waktu itu lagi jalan ngelewat kelas lo, ya? Terus lo teriak nyuru-"

"Mulut kamu harus saya solasi dulu?" potong Bu Retya.

"Ya, saya berhak membela diri dong, Bu! Masa saya diam aja saya difitnah!" cecar Jena.

"Lo gila?" timpal Teresa.

"TERESA!"

Teresa menutup mulutnya, membiarkan Bu Retya menyelesaikan masalah dengan cara yang benar menurutnya.

If We Didn't MeetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang