My Boyfriend Graduation, Us, Sun and Moon

29 3 0
                                    

—My Boyfriend Graduation, Us, Sun and Moon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—My Boyfriend Graduation, Us, Sun and Moon

Hari Kelulusan SMA Laviska semakin dekat, Teresa terbangun dan menuruni satu per satu tangga tanpa menyadari siapa yang berdiri dengan senyuman di bawah sana.

"Baru bangun?"

Teresa hanya mengangguk, kemudian ia melotot terkejut melihat siapa yang berdiri di depannya.

"Bapa!" Teresa mempercepat langkahnya menuruni tangga.

"Hati-hati."

Kemudian mereka berpelukan dan wangi masakan mama memenuhi dapur kecil milik mereka bertiga.

"Bapa pulang? Emang udah libur?" Teresa bertanya sambil melangkah bersama Bapa ke meja makan.

Dian terdiam, matanya tak berani menatap Teresa.

"Hah? Kenapa bapa pulang, Ma?"

Teresa mendaratkan bokongnya di kursi kayu dan Bapa menyendokkan nasi untuknya. Bersikap seolah tak ada badai yang tengah menghampiri.

"Makan dulu aja, ya."

Teresa cukup peka untuk mengenali perubahan suasana di antara mereka bertiga. Namun, ia memilih menurut dan melahap sarapan pagi mereka terlebih dahulu.

"Oh iya! Kirana mau masuk Universitas Karya Jaya loh, Pa." Teresa berucap dengan mulutnya yang masih penuh dengan nasi.

"Wah! Padahal terakhir ketemu dia mau masuk universitas yang di Malang itu, kan?"

Bapa akan selalu ingat. Percakapannya dengan Teresa.

Itulah kenapa Teresa selalu bahagia berbagi ceritanya.

"Iya ... biasalah biar dia bareng sama pacarnya."

"Wah dia udah punya pacar?"

"Udah, namanya Doni. Mau ambil jurusan sastra Inggris katanya. Keren, ya."

Bapa mengangguk-angguk sambil terus melahap sarapan.

"Tapi masuk universitas gak boleh bergantung sama pacar atau siapa pun. Harus sesuai kemauan dan mimpi, Sa."

"Iya, Pa. Teresa mau ambil jurusan jurnalistik di universitas itu juga nanti!"

Mama tersedak dan seketika membuat pembicaraan mereka terhenti.

"Ada masalah, ya?" Teresa akhirnya mengucapkan kalimat yang ia tahan sejak lama.

Dian saling bertatapan dengan suaminya.

"Ma, ada apa?"

"Bapa dipecat, Sa. Sekarang udah gak ada kerja."

***

Ivan berdiri di depan standing mirror kamarnya.

Ia meneguk salivanya gugup sambil memperhatikan jas Papa menempel tepat di badannya.

If We Didn't MeetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang