Meet vs Encounter
Meeting is planned, encounter is an unplanned thing orchestrated by the universe, which loves to play matchmaker.
Sometimes, unexpected encounters that bring the most interesting plot twists in life.
***
Detik ini toko sepatu.
Teresa sempat membuka ponsel waktu menunggu pramuniaga toko muncul. Notifikasi menyebalkan mendadak muncul di layar ponselnya.
"Viral! Pasangan menikah setelah 3 hari bertemu!"
Untuk sesaat Teresa tercenung sambil menatap Ivan yang sedang mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Kemudian ia menatap ponselnya kembali.
Ih amit-amit!
"Hai, Kak. Mau cari sepatu apa?"
Teresa tersenyum canggung sambil mematikan ponselnya. "Rata-rata berapa, ya?"
Sadar diri.
"Range harganya versatile, Kak. Tapi rata-rata 700-an, Kak."
Hah?
Jantung Teresa berhenti berdetak waktu mendengar apa yang diucapkan pramuniaga tadi, bahkan uang sakunya sebulan pun belum menyentuh angka itu.
"Kak, itu aja. Gak perlu dimasukkin kotak, mau dipakai langsung. Boleh, ya? Sorry agak manja permintaan saya." Ivan berucap sopan, telunjuknya menunjuk sepatu beige di rak ke dua.
"Boleh, Kak."
"Pembayarannya di sana, Kak."
"Saya bayarnya di sini boleh, Kak? Takut ada yang kabur." Ivan melirik Teresa yang menatapnya jengah.
"Boleh, Kak. Sebentar, ya."
Selesai menggesek ATM, Ivan berjalan dengan menjinjing sepatu. Tak lupa ia tetap menjaga ketat sebelah sepatu Teresa yang kotor sebelum perempuan itu mengambil kesempatan untuk menjambret.
"Duduk."
"Gue bisa pake sendiri."
"Duduk."
"Gue gak bakal kabur kali, gue juga punya rasa malu. Sini, gue yang pake!" ucap Teresa bersikeras.
"Duduk, please?"
"Ah lama!" Teresa duduk, demi apa pun saat ini ia ingin merobek wajah lelaki di hadapannya. Teresa memperhatikan Ivan yang dengan apik memakaikan sepatu ke kedua kakinya, meneliti tiap lekuk wajah lelaki di depannya dengan dahi mengkerut.
"Tuh, udah selesai," gumam Ivan.
Bibir kecilnya tersenyum manis kemudian duduk di sebelah Teresa.
"Gue gak minta lo beliin gue sepatu, jadi kalau pengen sepatu ini balik boleh minta balikin sekarang."
"Gak, gue ikhlas."
Teresa memutar bola mata.
Sombong.
"Gue cabut." Teresa berdiri.
"Eh tunggu!"
Tangan yang besar dan sedikit kasar itu menggenggamnya, sekujur tubuh Teresa tertahan dan bulu kuduknya meremang.
"Lo gak mau makan siang dulu?"
"Jangan karena lo udah bayarin belanjaan gue tadi lo jadi bisa seenaknya ajak gue, ya." Teresa berkacak pinggang. "Lo udah jadi pembawa sial buat gue hari ini. Selanjutnya lo mau jadi apa lagi?"
Ivan malah tersenyum mendengar kalimat itu, seolah ada maknanya.
Gila.
"Jadi masih ada kata selanjutnya?" Ivan bersorak bahagia, sampai suaranya mengalahkan musik The Weekend yang bergema di mal ini.
"Kalau gitu selanjutnya gue mau jadi partner nge-date lo! Besok ketemu di Taman Komplek Mawar, ya!"
Semua terjadi di luar kendali waktu Ivan tiba-tiba menarik kalung yang tersemat di leher Teresa. Gadis itu meringis cukup lama sampai akhirnya ia tersadar kalau kalungnya baru saja dicuri. Waktu matanya terbuka, Ivan sudah berada di depan gerai bubble drink dan terus menjauh sampai hilang dari pandangan Teresa.
Lantas Teresa harus apa? Mengejar orang asing di wilayah seluas ini?
Ia hanya bisa terduduk pasrah sambil meraba lehernya yang sudah tak berhiaskan kalung dari ayahnya.
Ini kalau bapa tau kalungnya hilang gimana yaelah.
Gadis itu meremas pahanya cemas, Save Your Tears yang bergema membuat Teresa semakin gundah gulana.
"Taman Komplek? Tau dari mana kalau gue di sana?" Teresa bergumam sendirian ketika mengingat kata-kata laki-laki sialan itu.
Di sisi lain, siapa yang tahu kalau Ivan akhirnya menemukan hari ini. Hari yang selalu ia tunggu-tunggu. Hanya dirinya yang tau betapa bahagianya ia dipertemukan dengan Teresa.
Universe knows how to spice things up.
***
CarotaOct's notes:
Hari apa yang selama ini kamu nantikan, tapi belum terjadi?
But if the day you've been waiting for still hasn't arrived, then wait with patience. Selama masih layak untuk ditunggu, semua itu bukan hal sia-sia.
Akhir kata, jangan lupa vote dan have a great day!
KAMU SEDANG MEMBACA
If We Didn't Meet
Novela JuvenilGara-gara americano yang tak sengaja mengotori sepatunya, Teresa berjumpa dengan Ivander Gabrian Adhitama dalam skenario alam semesta yang gemar menjadi mak comblang di panggung sandiwara ini. If We Didn't Meet berbicara tentang persahabatan, cinta...