—War Is Over
"De, if I run away from this house one day, which place will you come to first?" Ravendra bertanya saat Ivan duduk di depan meja belajarnya.
Usianya waktu itu hanya 15 tahun.
"Rumah oma sama opa," jawab Ivan spontan.
"Kenapa ga cari gue ke panti asuhan?"
"That's absurd. Siapa yang kabur dari rumah malah datang ke panti?" tukas Ivan.
Ia sampai berhenti menghafalkan unsur-unsur kimia di tabel periodiknya.
"Bukannya itu cara paling mudah kabur dari rumah, ya? Kita ga perlu cari makan, di sana udah dikasih," papar Ravendra dengan percaya diri.
"Ilegal, Bang. Kalau gue kabur ke panti terus mau tinggal di sana yang ada ortu kita yang ditelepon."
"Bilang aja dibuang."
Ivan melotot tak percaya. "Durhaka. Tau-tau di sana disiksa lo."
"Sembarangan!"
" , seorang anak laki-laki berusia 15 tahun kabur dari panti asuhan di Palembang, Sumatera Selatan, karena merasa tidak nyaman dan sering dimarahi. Setelah beberapa hari, dia ditemukan tidur di sebuah warung pecel lele di dekat gerbang Tol Keramasan." Ivan membacakan online news yang terpampang di layar komputernya.
"Lo mau berakhir di warung pecel lele, Bang?" tanya Ivan sambil terkekeh.
"Sialan."
"Lo masa gak tahu soal ginian. Kok bisa sih pinteran gue." Ivan menutup mulutnya. "Ups, canda."
"Emang selalu lo yang lebih pinter kali. Lo aja yang gak sadar."
Ivan kembali menatap tabel periodiknya sambil mengulang kalimat Ravendra yang terakhir.
Am i? Am I smarter than him?
"Tapi kalau suatu saat gue pergi, De. Cari gue ke panti asuhan ... gue buktiin kalau kabur ke panti itu bisa."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
If We Didn't Meet
Teen FictionGara-gara americano yang tak sengaja mengotori sepatunya, Teresa berjumpa dengan Ivander Gabrian Adhitama dalam skenario alam semesta yang gemar menjadi mak comblang di panggung sandiwara ini. If We Didn't Meet berbicara tentang persahabatan, cinta...