Words from A True Lover

21 2 0
                                    


You said I'm too late to be your first love
But I'll always be your favorite - Because I Liked A Boy, Sabrina Carpenter

—Words from A True Lover

Semua terdiam menatap kue ulang tahun yang sudah hancur tak berbentuk.

"Sekarang jujur-jujuran aja, lah! Siapa yang rusakin kuenya?" Rubi angkat bicara setelah cukup lama diam.

"Ini hasil kerja Teresa, loh. Dikira kagak capek bikin ginian?"

Semua bersitatap, kecuali Fanny. Ia hanya menatap lurus ke depan tanpa terlihat mencurigakan.

"Lo, kan? Lo gak suka, ya, Teresa rayain ultah Ivan?" Rubi menunjuk Lexi terang-terangan.

Ravendra pergi tanpa pamit dari ruangan tengah. Ia benci perdebatan dan saling tunjuk menunjuk seperti ini. Agatha sudah pergi ke kamarnya sejak masalah ini muncul.

"Loh? Kok jadi ke gue?" Lexi tak terima, alisnya menajam menahan kekesalan.

"Ya terus siapa lagi yang mungkin ngerusakin?" tanya Teresa. Ivan menoleh pada Teresa, tak menyangka gadisnya juga berpikir bahwa Lexi pelakunya.

Sebab, Ivan tahu bukan Lexi. "Guys ... gak masalah, kok. Kuenya tetep bisa dimakan."

"Ini bukan soal kuenya masih bisa dimakan atau kagak, Van. Ini soal siapa orang munafik yang gak ikut bahagia sama ulang tahun lo," ujar Rubi.

"Jangan karena dulu gue gak suka sama hubungan mereka kalian bisa seenaknya kayak gitu! Buat apa gue mati-matian bantu Teresa bikin kuenya kalau ending-nya gue hancurin? Gue gak sebodoh itu kali." Lexi menjelaskan kemudian melipat tangannya di depan dada.

"Dulu? Bukannya sampai sekarang lo masih gak suka sama hubungan mereka?! Lo yang waktu itu halangin Teresa buat ketemu Ivan di acara bisnis papanya!"

"Itu karena gue masih berpikir kalau Teresa gak cocok sama Ivan dan keluarganya mungkin gak akan terima Teresa! Sampai akhirnya gue tahu pengaruh baik Teresa buat Ivan sama keluarganya. Dan please stop lihat gue sebagai Lexi yang itu, karena manusia berubah! Please stop lihat gue dari masa lalu gue, karena sekarang gue sadar gue gak bisa memaksakan seseorang buat jatuh cinta sama gue, tapi gue bisa buat orang yang gue cintai bahagia. Selama ini gue cuman mau Ivan bahagia lagi dan hal itu terjadi setelah dia ketemu Teresa. Makanya gue rela ngehabisin waktu gue buat bantu hubungan mereka, karena bukan gue yang bisa buat Ivan bahagia."

"Gue gak akan lakuin hal yang buat Ivan gak bahagia, bukan gue pelakunya," tutur Lexi untuk yang terakhir kali, sampai akhirnya dia pergi untuk pulang.

Tak ada yang menyadari kalau setelah Ravendra berjalan ke luar, Fanny ikut menyusul. Ada perasaan tak terduga di hatinya, seolah rasa balas budi dan rasa kasihan yang membuatnya penasaran dengan sosok Ravendra. Selain itu, ia menghindar karena merasa bersalah dan malu.

"Lo yang hancurin kuenya, kan."

Pernyataan Ravendra sontak membuat Fanny terkejut.

"I'm good at reading people," ujar Ravendra lagi.

"Gak apa, semua orang pernah ngelakuin hal jahat, kok." Ravendra memandang gadis berikat ekor kuda di sampingnya, kemudian tersenyum.

Keduanya saling bertatapan untuk sejenak sebelum akhirnya Ravendra memalingkan wajah, tetapi Fanny tetap memaku tatap pada wajah yang pahatannya begitu menghipnotis mata.

Keduanya saling bertatapan untuk sejenak sebelum akhirnya Ravendra memalingkan wajah, tetapi Fanny tetap memaku tatap pada wajah yang pahatannya begitu menghipnotis mata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
If We Didn't MeetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang