Siapa Alexis?

43 12 0
                                    

Mulmed: Ivander Gabrian Ganteng Adhitama

***

22. Siapa Alexis?

"Tangan lo mau gue masukin ke hoodie boleh, Sa?"

"Boleh, ya?"

Gengsinya yang terlalu tinggi membuat bibir Teresa terus bungkam. Jantungnya mulai berdebar hebat saat perlahan tangan kecilnya itu menyentuh pinggang Ivan.

Ivan sendiri berpikir kalau urusan dipeluk Teresa tak akan membuat efek gila apa-apa.

Namun, ia salah besar!

Saat ini jantung Ivan lagi-lagi berpacu dengan begitu cepat. Rasanya senang, senang sekali. Ini yang selalu ia mimpikan. Sungguh!

Ivan mengambil napas panjang, kemudian membuangnya perlahan. Tangannya mulai mengambil tangan Teresa, memasukkannya ke saku jaket.

"Biar gak dingin ...." Ivan bersuara lembut setelah membuat Teresa lagi-lagi menjadi gila karena perlakuannya.

"Hmm ...."

Teresa hanya merespon seperti itu. Padahal di dalam jiwanya, ia tengah kesurupan.

Di atas motor, keduanya saling diam. Sibuk dengan pikiran masing-masing.

Kalau waktu itu Rubi tidak datang bulan mendadak, apa mungkin Ivan dan Teresa bisa ada di posisi ini?

Pikiran Teresa melayang-layang pada pertanyaan itu.

***

Motor Ivan berhenti mendadak di depan pusat perbelanjaan besar yang tak jauh dari SMA Lentera Angkasa.

"Ngapain berhenti?" Teresa melepas tangannya dari jaket Ivan, kemudian turun.

"Ke sini dulu, yuk!"

Manik mata hitam pekatnya menatap ke gedung pusat perbelanjaan yang diisi banyak orang.

"Buat apa?"

"Beli jajanan buat lo, lah! Sekalian oleh-oleh buat tante Dian," tutur Ivan.

"Dih! Gak usah, ah!"

"Eh! Gak papa! Ayo!"

Ivan berjalan semangat, senyuman di bibirnya itu tak pernah berhenti merekah saat berhadapan dengan Teresa.

"Gak usah, Van!" Teresa menarik baju Ivan sehingga cowok itu terkekeh sampai menghentikan langkahnya.

"Kenapa? Pegel?"

Teresa mengangguk cepat. "Lagian udah malem!" dalihnya.

"Makanya ayo masuk!" paksa Ivan lagi.

Teresa memutar bola matanya jengah. Opsi untuk menolak hanya muncul di saat-saat tertentu ketika Teresa bersama Ivan.

"Dasar tukang maksa."

Ivan tersenyum senang.

"Aku tahu kamu kuat sama tukang maksa ini."

If We Didn't MeetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang