Look, how beautiful she is.
- IvanNamanya Teresa Veena Wulandari. Perempuan sungguhan yang tiap hari asik berkutat di depan komputer untuk sebatas menghibur diri dari penatnya drama hidup dan drama teman-temannya.
Suara hatinya selepas bertemu Ivan persis seperti lirik lagu yang pernah dinyanyikan Elvis Presley. "But i can't help falling in love with you."
Orang bijak pernah bilang cuma orang bodoh yang terburu-buru. Teresa mengaku dirinya bodoh karena terlalu terburu-buru jatuh hati.
***
— Talkshow di Kereta
Group Chat Four Musketeers
Fanny:
Sa, di mana?Teresa:
Matrial.Kirana:
IH NGAPAIN?Teresa:
Lagi daftarin lo semua buat jadi janda karena ninggalin gue sama cowok sialan gk jelas! TERUTAMA LO YA FAN!Fanny:
Serius anjir lo gak diapa-apain kan?Rubi:
Gue kan gk tau lo ktmu cowok:( ganteng gk?:(***
Teresa duduk di kursi kereta dengan wajah kusut. Berhadapan dengan Doni juga Kirana.
"Lo sampe dibeliin sepatu?! Kenalan dulu, lah!" Rubi dengan semangat hendak menginjak sepatu tadi sambil menyeringai jahat, tetapi Teresa gesit menghindar.
"Bukan gimana-gimana, Bi. Kalau sepatunya seratus ribuan gue oke-oke aja. Ini harganya lo gak perlu tanya. Intinya lebih baik lo injek-injek si Doni, daripada ni sepatu yang diinjek-injek."
"Okey, jadi sepatu ini lebih berharga gitu daripada aku?" tutur Doni.
Hobi Teresa dan kawan-kawannya beberapa bulan terakhir adalah menjadikan Doni sebagai bahan lawakan mereka yang untungnya tak pernah mengambil hati ejekan itu.
"Sa! Udah, ih!" Kirana menegur sambil tangannya mengusap-usap punggung Doni.
"Maafin, ya? Mereka emang ngeselin," bisik Kirana ke telinga Doni.
"Jadi kalung lo dicopet sama cowok itu?" Fanny angkat suara setelah terdiam lama.
Teresa mengangguk cepat. Rasanya angin sepoi-sepoi dari luar tak ikut menyejukan hatinya. Dongkol sekali kalau mengingat Ivan.
"Dipinjam semalam lebih tepatnya! Besok dia balikin, kan." Rubi membenarkan, Teresa tak aneh dengan respon itu.
Ia dan Kirana begitu antusias mendengar cerita Teresa. Tak henti-hentinya menanyakan bagaimana rupa Ivan. Seolah-olah rupa adalah yang paling penting sealam semesta.
KAMU SEDANG MEMBACA
If We Didn't Meet
Fiksi RemajaGara-gara americano yang tak sengaja mengotori sepatunya, Teresa berjumpa dengan Ivander Gabrian Adhitama dalam skenario alam semesta yang gemar menjadi mak comblang di panggung sandiwara ini. If We Didn't Meet berbicara tentang persahabatan, cinta...