Gara-gara americano yang tak sengaja mengotori sepatunya, Teresa berjumpa dengan Ivander Gabrian Adhitama dalam skenario alam semesta yang gemar menjadi mak comblang di panggung sandiwara ini.
If We Didn't Meet berbicara tentang persahabatan, cinta...
Ingatan soal makan malam waktu itu membuat Teresa lupa caranya tidur. Dirinya tak menyangka kalau ia sudah jatuh sedalam ini.
Teresa memandang kumpulan rumah warga komplek yang sepi. Tanpa aktivitas yang berarti di malam ini.
Sudah 20 menit Teresa membiarkan jendela terbuka dan berdiri di depannya. Hawa dingin sampai tak ia rasakan, karena terlalu fokus melamun.
Masa iya gue jatuh cinta sama Ivan?
Dua puluh menit kalimat itu berulang kali terngiang-ngiang di otak Teresa sampai pesan baru yang masuk mengalihkan atensinya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Teresa kesal, tetapi bibirnya tersenyum. Sejurus kemudian ia mengusap wajahnya frustrasi karena tak bisa berhenti tersenyum.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pesan terkirim untuk Ivan. Pesan lain datang.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bodo. Gak usah dibales.
Namun, pesan dari Jena cukup menarik perhatian Teresa. Penasaran soal keadaan Naresh. Ingatan bagaimana mantan kekasihnya berdarah-darah di aspal membuatnya bergidik ngeri.
"Huft ...." Teresa merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.
Pandangannya tertumpu pada langit-langit kamar. Melamun.