a. big fat [idiom]
-used for emphasis
b. big fat liar
-It is another way of saying "You're a big liar."
***
"Ngapain di sini lo?" Teresa tak pernah menyangka manusia di depannya siang ini adalah Ivan. Berdiri kaku dengan celana jeans pendek.
"Bukannya lo di luar kota?"
"Tante Dian bilang rumah gak pernah dikunci kalo kamu lagi sendiri, terus Tante Dian izinin aku buat datang ke sini nemuin kamu. Jadi aku datang, deh." Senyuman tak bersalahnya itu terbit-somehow itu menyebalkan dan menggemaskan dalam waktu bersamaan.
"Harusnya lo di luar kota, kan? Lo juga gak ngasih tahu kalau balik ...."
"Aku mau temuin kamu. Mau bilang maaf ...."
"Aku udah denger dari Lexi, aku tahu dia yang buat kamu telat. Maaf karena terlalu sibuk packing untuk ke luar kota jadi gak bisa naruh perhatian penuh buat kamu, Sa. Aku gak pegang hp-ku." Ivan tak berani mendekati Teresa yang masih berdiri di depan pintu dengan penuh amarah. Takut tiba-tiba diajak gulat.
"Pulang. Gue gak mau lihat muka lo."
"Rok kenapa basah? Ada apa di sekolah?"
"Pulang, Van. Percuma lo minta maaf, lagian perkataan Lexi bener, kan?"
"Hah? Bener gimana?"
"Gue cuman bakal malu-maluin lo kalau datang ke sana. Untung lo gak lihat penampilan gue kemarin!"
"Lexi bilang kamu cantik kemarin!" Ivan berucap jujur. Wajahnya nampak kebingungan.
"Bohong! Lo sendiri tahu omongan dia gak bisa dipercaya!"
"Sa, aku tahu Lexi serius dan bohong gimana."
"Iya karena lo lebih kenal Lexi, kan?! Gue gak tahu apa-apa soal kalian berdua. Ya, kan?" Teresa mencengkeram pagar tangga.
"Aku mau kita damai, udah itu aja. Gak usahlah bahas yang gak perlu, Sa."
Entah apa yang Ivan lakukan selama di luar kota, tetapi sorot matanya redup dan lelah.
"Gue sadar kalau gue sama lo emang beda lingkungan, Van. Jadi gue gak nyesel gak ikut pertemuan itu-karena kalo gue datang, gue pasti buat malu lo!"
"Udah, Sa ... jangan dibahas lagi."
"Emang bener, kan? Emang bener omongan Lexi itu. Gue ngerasa bodoh banget kemarin-kemarin pake mau datang-" Teresa menutup mata, tak sanggup melanjutkan kalimatnya.
Teresa merasa malu kalau mengingat yang waktu itu. Dirinya berjalan konyol dengan baju mewah di depan gedung yang tak mengizinkan dirinya masuk.
Ivan mendekat takut-takut, pada akhirnya ia membawa Teresa ke pelukannya.
"Aku gak suka denger kamu bicara gitu, Sa. Kamu gak malu-maluin. Aku juga gak bisa milih buat lahir di keluarga mana, tapi pada akhirnya kita sama aja manusia, kan?" Ivan mempererat pelukannya, tubuh mungil itu membalas pelukan dengan sedikit ragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
If We Didn't Meet
Ficção AdolescenteGara-gara americano yang tak sengaja mengotori sepatunya, Teresa berjumpa dengan Ivander Gabrian Adhitama dalam skenario alam semesta yang gemar menjadi mak comblang di panggung sandiwara ini. If We Didn't Meet berbicara tentang persahabatan, cinta...