Gara-gara americano yang tak sengaja mengotori sepatunya, Teresa berjumpa dengan Ivander Gabrian Adhitama dalam skenario alam semesta yang gemar menjadi mak comblang di panggung sandiwara ini.
If We Didn't Meet berbicara tentang persahabatan, cinta...
relating to or characteristic of a traitor; treacherous.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Fanny's POV
"Fan, oy!"
Gue balik badan waktu lihat Teresa udah lari-lari rusuh bawa map merah isi berkas-berkas sebagai syarat ujian masuk perguruan tinggi.
We did it.
We finished the university selection test.
I wouldn't say war is over because it's not over yet.
Gue, Teresa, Rubi, Kirana, termasuk jailangkung itu .... We will face to face with the result.
Lulus atau engga.
"Gimana, susah gak?" Teresa nanya sambil neguk air mineral botonya yang tinggal seperempat.
"Lumayan."
Gue selalu bermimpi bisa punya hari yang sepenuhnya berisi bahagia, tapi gue sadar gak ada yang seperti itu. Sama kayak soal skolastik sama literasi tadi, gak semuanya sulit dan gak semuanya mudah bagi gue.
"Gue mau pingsan lihat teks inggris tadi panjang banget, arghhh!!!" Teresa menggerutu.
Literasi Bahasa Inggris emang maut. Lima bulan lalu gue biasain diri gue baca artikel dalam Bahasa Inggris supaya terbiasa sama tipe soal dan vocabulary yang biasa dipakai. As the result, gue gak nemu banyak kesulitan di sub-tes ini.
"Lo udah makan, Fan?"
"Belum."
"Ini Ivan lagi otw, baliknya mau mampir makan siang dulu?"
"Gak usah, Sa. Gue mau langsung pulang."
Gue bersyukur Teresa selalu lebih peduli sama gue daripada yang lain, setidaknya gue tahu gue punya seseorang yang perhatian sama gue.
Kita terus melangkah ke gerbang tanpa bicara.
"Lo pasti butuh waktu tidur setelah setahun lebih belajar buat tes ini."
Gue cuman tertawa kecil. Cuman yang Teresa bilang itu benar, gue memang mati-matian buat hari ini.
Hanya saja, gue gak mau terang-terangan membandingkan usaha gue dengan orang lain.
Gue gak bisa menunjukkan betapa lelahnya gue mengejar sesuatu, karena gue tahu semua orang berusaha kayak gue.
Cuman bedanya, usaha kita beda-beda.
Makanya saat ini, gue gak mau Teresa lihat gue sebagai sosok yang paling capek, karena gue tahu dia juga berjuang dan capek. Apalagi gue denger papanya berhenti kerja dan ekonomi keluarga mereka kurang baik saat ini.
