Our Princess 05 :: Kantor Papa

7.7K 471 1
                                    

Mobil akhirnya terjejer rapi bersama yang lainnya di parkiran basement. Sebastian melihat sekilas sang putri yang terdiam sedari tadi, kemudian dia keluar dan menghampiri pintu di sisi putrinya. Ketika pintu mobil dibuka pun Ayli masih terdiam sambil menatap layar gelap ponselnya.

"Apa Ayli pulang aja?" Gadis itu akhirnya menatap sang papa.

"Kenapa gitu?"

"Emang Ayli beneran boleh ke kantor Papa sama Om Gama? Sebelumnya Papa gak bolehin kalau Ayli minta."

Sebastian mengembuskan napas pelan. Yang dikatakan oleh putrinya memang benar, dia tidak pernah membolehkan Ayli menampakkan diri di kantor mereka sebelumnya. Itu juga atas perintah Aram. Bukan tanpa alasan mereka melarang Ayli untuk menampakkan diri di kantor. Sebagai cucu perempuan satu-satunya di keluarga Nugrata, bisa saja ada pihak-pihak yang memanfaatkan status gadis itu. Mereka juga ingin Ayli memiliki hidup yang tenang tanpa 'gangguan'.

Namun, kali ini Sebastian telah membulatkan keputusannya untuk membawa Ayli ke kantor. Dia sedang tidak bisa meninggalkan Ayli sendirian di rumah mereka bersama seorang asisten rumah tangga.

"Sekarang boleh. Kan, sebentar lagi kamu ulang tahun," jawab Sebastian sembari mengelus lembut puncak kepala putrinya.

"Masih sekitar tiga bulan lagi baru Ayli ulang tahun ke enam belas. Beneran boleh?"

"Iya, boleh." Sebastian mengangguk dengan mantap untuk meyakinkan Ayli. "Nanti pulang dari kantor kita ke Dokter Jena, ya."

Terdiam sejenak kemudian Ayli pasrah dan hanya mengangguk saja. Setelah diingat-ingat pun hari ini memang jadwalnya untuk bertemu dengan Dokter Jena. Sudah seperti rutinitas setiap tiga bulan sekali.

Tiba-tiba Ayli merasakan tubuhnya melayang keluar dari mobil. Sang papa ternyata menggendong dirinya dalam gaya koala. Niatan untuk protes tidak terlintas di pikirannya, berakhir membiarkan sang papa membawa dirinya ke dalam gedung besar yang merupakan kantor utama Grata Group menggunakan lift yang terhubung dengan parkiran basement itu.

Banyak karyawan yang memperhatikan ketika Sebastian muncul bersama Ayli dalam gendongannya. Beberapa bisikan terdengar setelah itu, tidak menyangka akhirnya bisa melihat sosok putri di keluarga Nugrata.

Karena merasa malu diperhatikan oleh banyak orang, Ayli menyembunyikan setengah wajahnya di pundak sang papa, hanya menyisakan mata bulatnya yang mengedar ke sekitar untuk melihat tempat kerja papanya yang selama ini ingin dia kunjungi. Dia bisa melihat beberapa orang yang menatapnya dengan gemas, itu membuatnya semakin gugup dan malah menyembunyikan seluruh wajahnya di ceruk leher Sebastian.

"Ayli malu diliat banyak orang," bisiknya seraya mengeratkan pelukannya di leher Sebastian.

"Makanya kamu jangan gemesin gitu, nanti kamu malah diculik terus dicubit pipinya." Pria itu mengecup sekilas pipi sang putri. Itu memberikan pemandangan manis bagi para karyawan yang sedari tadi masih memperhatikan sampai mereka menghilang di balik pintu lift.

Tiba di ruangannya yang berada di lantai teratas gedung itu, Sebastian menurunkan Ayli ke sofa yang ada. Kemudian dia berjongkok di depan putrinya yang sedang sibuk merapikan rambutnya yang mencuat di beberapa tempat.

"Papa kerja dulu, kamu tunggu di sini, ya. Kalau ada apa-apa langsung telpon aja."

Mengangguk patuh, lalu Ayli hanya terdiam sambil menatap punggung sang papa yang akhirnya menghilang di balik pintu. Pria itu memiliki jadwal untuk rapat dengan bagian keuangan hari ini. Sebastian sempat mendapat pesan yang berisi pemberitahuan kalau kakaknya telah hadir dalam rapat itu, tetapi tetap saja dia seperti memiliki kewajiban untuk hadir.

[✓] Our PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang