Meskipun semalam tidur lebih larut, pagi ini dia tetap terbangun dalam keadaan segar. Sangat antusias dan tidak sabar untuk mengikuti kemah hari ini adalah penyebabnya. Bahkan pagi ini dia bersiap dengan lebih bersemangat. Pakaian serta keperluannya yang lain telah disiapkan kemarin, dibantu oleh Bu Nawa-asisten rumah tangga yang dipekerjakan oleh sang papa. Pakaian yang nyaman digunakan untuk banyak bergerak, celana, sweater, serta beberapa keperluan lainnya sudah dia cek berulang kali untuk memastikan tidak ada yang terlupakan.
Sekarang Ayli berdiri di depan meja riasnya. Dari cermin, dia bisa melihat tubuhnya yang telah terbalut seragam olahraga sekolahnya yang berwarna biru. Atasannya yang berwarna lebih cerah, sedangkan bawahannya celana training berwarna gelap. Semua siswa memang dititahkan untuk memakai seragam olahraga ketika berangkat.
Siap dengan segala hal, Ayli pun meraih sling bag berwarna hitam yang dia isi dengan ponsel, charger, earphone, dan dompet berisi uang secukupnya. Ah, ada pula vitamin serta obatnya yang diwajibkan oleh sang papa untuk dibawa. Tas punggung berisi pakaian serta keperluannya telah berada di bawah, diletakkan dari semalam di sana agar tidak menyusahkan Ayli. Jadi, sekarang dia bisa melangkah keluar kamar dengan santai.
Menuju ruang makan, papanya telah sibuk dengan tablet di tangan. Ayli mendudukkan dirinya di sisi kanan lalu meraih selembar roti untuk sarapannya. Roti itu diolesi dengan selai cokelat.
Sebastian akhirnya mengalihkan pandangannya dari tablet. "Gak ada yang kelupaan, 'kan?" Dia bertanya, entah untuk keberapakalinya.
"Semua udah siap, Papa." Gadis itu juga sedikit lelah dengan pertanyaan sang papa.
"Kalau gitu kita berangkat sekarang."
Ayli mengikuti langkah sang papa, beranjak dari kursinya. Ketika melewati ruang tamu, tas punggung miliknya sudah tidak ada di sana. Pasti sudah dibawa oleh sang papa, pikirnya dengan tenang. Jadi, dia segera melanjutkan langkahnya ke luar.
Setelah gadis itu memasang sabuk pengaman dan menyamankan posisi duduknya, Sebastian langsung melajukan mobil. Dalam hati dia berdoa agar mereka terjebak macet yang parah sehingga putrinya itu terlambat untuk ikut serta ke dalam bus. Benar-benar masih tidak rela putrinya mengikuti kemah selama tiga hari.
Setelah memberikan tanda tangannya, dia merasa menyesal, tetapi masih merasa tidak tega pada sang putri. Lagipula gadis itu sudah berjanji untuk tidak ikut kemah seperti itu lagi dua tahun ke depan. Jadi, pada akhirnya pria itu berusaha menguatkan diri.
Namun, terlihat doanya itu tidak terkabul. Jalanan di pagi ini masih bebas dari kemacetan. Pun tidak terlalu banyak kendaraan yang melaju di jalanan. Alhasil mobil sampai di sekolah sepuluh menit lebih awal dari jam yang sudah ditentukan oleh panitia Kemah Keluarga.
Tampak seperti belum ingin keluar dari mobil, netra Ayli terpaku lurus, menatap ke depan. Tepatnya menatap objek yang berjarak beberapa meter di sana.
"Mama." Gadis itu berucap pelan, tetapi masih bisa didengar oleh Sebastian. Berikutnya pria itu mengikuti arah pandang Ayli.
Di depan sana, mantan istrinya berdiri sambil menatap ke arah mobilnya. Kara, wanita itu, terlihat bersama putra sambungnya-Javiar. Tidak ingin menghiraukan keberadaan wanita itu lebih lama, Sebastian kembali beralih pada putrinya.
"Papa bantuin bawa tasnya ke dalam, ya," ujar pria itu. Dia tidak menawarkan, karena memang tidak ingin putrinya membawa tas besar itu sendirian.
"Tapi Ayli bisa sendiri."
"Papa gak terima penolakan. Kita keluar sekarang."
Detik berikutnya, kedua ayah dan anak itu keluar dari mobil bersama. Sebastian lanjut membuka pintu bagian kursi penumpang belakang untuk mengambil tas milik Ayli. Ketika berbalik dan selesai menutup pintu, terlihat Kara yang melangkah menghampiri mereka. Javiar ikut di samping wanita itu. Dengan langkah tegas, Sebastian segera menempatkan dirinya di samping Ayli.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Our Princess
Teen FictionMerupakan putri tunggal dari sang papa, apalagi papanya itu orang tua tunggal, membuat Ayli harus menerima semua aturan yang dibuat. Sebenarnya bukan hanya status sebagai putri tunggal dari sang papa yang dia sandang, tetapi juga cucu perempuan satu...