Our Princess 28 :: Isi Kepala dan Hati

2.5K 221 9
                                    

Dia sedang malas.

Sedih.

Marah ....

Atau mungkin sebenarnya tidak.

Ah, entahlah. Semua perasaan tercampur aduk saat ini, dan dia tidak tahu mau mengekspresikan perasaan yang mana. Semua perasaan itu, tidak tepat untuk dirinya saat berada di sekolah-dikelilingi para teman yang sedari tadi sibuk melempar canda dan berakhir tertawa keras.

Teman sekelas mereka yang lain pun tidak begitu menghiraukan. Jam kosong yang hadir pada pelajaran yang sebenarnya berlangsung sampai istirahat kedua dimanfaatkan dengan baik. Ingin bersenang-senang tentu saja, tidak ada untungnya menghiraukan hal lain yang tidak merugikan diri.

Sebenarnya, Ayli tidak pernah menghitung hari semenjak sang papa meninggalkannya untuk mengurus pekerjaan. Namun, beberapa hari belakangan ini entah apa yang mendorongnya untuk membuka kalender dan menghitungnya.

Total, dia sudah ditinggalkan selama 17 hari, menjadi 18 ditambah dengan hari ini.

Cukup lama, tidak seperti ucapan yang dilontarkan pria itu saat akan meninggalkan Ayli di bandara.

Bisa-bisanya itu lebih lama dari yang dikatakan.

Ayli kesal.

Sang papa rasanya telah berbohong kepadanya.

Apanya yang tidak lama? Sudah setengah bulan sang papa pergi dan hanya memberi kabar sesekali.

"Hei, Ay!" Arista menyenggol pelan lengan Ayli dengan sikunya, membuat gadis itu akhirnya menaruh atensi padanya. "Hape lo dari tadi getar. Gak mau diliat dulu?"

"Oh ..., makasih ya, Ris."

Ayli membuka ruang percakapan grup yang diisi oleh dirinya dan para kakak. Keenam laki-laki itu sedang bertengkar untuk berebut mengantarnya pulang nanti. Terlihat mereka menandai dirinya agar mendapatkan jawaban pasti.

Namun, karena sedang tidak berada dalam kondisi mood yang bagus, Ayli menolak mereka semua. Untuk saat ini, dia lebih memilih untuk pulang dengan sopir dari rumah utama.

Jawabannya tentu membuat keenam laki-laki itu kecewa. Kemudian saling menyalahkan, merasa bahwa penolakan dari Ayli disebabkan oleh salah satu dari mereka yang dari tadi mendesak-menandai Ayli berulang kali di grup itu.

Malas meladeni mereka lebih jauh-atau melerai keributan mereka, Ayli memilih untuk menonaktifkan notifikasi dari grup itu dan memasukkannya ke dalam arsip setelah menuliskan pesan kalau dirinya akan menghabiskan waktu istirahat bersama teman-temannya. Kemudian dia kembali menaruh perhatian pada cerita yang sedang dibagikan Nisa.

"Lusa nonton, yuk!" ajak Nisa sembari mengedarkan pandangan pada mereka yang ada di situ. "Udah males gue liat spoiler cuplikan di Instagram. Nonton langsung, yuk!"

"Boleh, deh. Gue juga pengen nonton itu film." Raia menyahut tanpa mengalihkan perhatian dari layar ponsel. Jarinya bergerak lincah, tampak membalas pesan seseorang sebelum kembali meletakkan benda pipih itu di atas meja dalam keadaan terbalik.

"Gue juga mau!" Arista menjawab ajakan itu dengan penuh semangat. "Gue juga udah malas dengerin temen gue nyebar spoiler mulu."

"Oke, kalau gitu gue juga." Yuna turut memberi balasan positif.

"Nah, Ayli, mau ikut gak?"

Keempat pasang mata itu menatap Ayli, menunggu jawaban. Berharap juga memberikan balasan positif.

"Lagi mageer, tapi mau juga." Gadis itu mengembuskan napas dengan kasar.

"Gue jemput ke rumah lo gimana, Ay?" tawar Arista.

[✓] Our PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang