Our Princess 34 :: Semoga Sukses

2.2K 192 4
                                    

Matahari telah meninggi saat wanita itu membuka matanya. Semalaman otaknya terus bekerja-memikirkan apa yang terjadi di kantor tempatnya bekerja dua hari lalu, padahal akhir pekan yang tiba seharusnya dia sambut dengan riang.

Ingatannya akan lamaran sang atasan yang sebelumnya sempat dia lupakan, semalam malah memenuhi benaknya hingga membuat Kyara tidak bisa memejamkan mata. Semuanya terasa seperti mimpi. Dia tidak menyangka jika bantuannya pada putri sang atasan berakhir membawanya pada situasi ini.

Kyara tidak pernah berpikir bahwa dia akan menikah lagi. Mengingat pernikahan sebelumnya yang kacau. Namun, bukankah tidak masalah jika memberikan kesempatan pada takdir yang datang padanya?

"Kya? Udah bangun?" Suara sang kakak memasuki rungunya, disertai ketukan pelan di permukaan pintu kamarnya.

Memaksakan diri untuk memisahkan tubuhnya dari tarikan gravitasi ranjang yang nyaman, Kyara melangkah dengan gontai untuk membuka pintu kamar.

"Ada apa, Kak?"

"Kamu beneran baru bangun, Ky?"

"Kalau iya, kenapa?"

"Ya nggak apa-apa, sih, cuma bukan kamu yang biasa aja. Libur masih bangun pagi. Sekarang aja udah hampir setengah sepuluh."

Kyara sedikit terkejut begitu mendengar kalimat terakhir kakaknya. Benar, kali ini seperti bukan dirinya. Bagaimana bisa dia bangun sesiang itu? Sepertinya dia harus menyalakan sang atasan untuk hal ini.

"Jadi, sebenarnya Kakak mau apa ke kamar aku?"

"Nggak ada apa-apa. Tadi disuruh aja sama Tira buat ngecek kamu," ujar pria itu dengan santai. "Kalau udah mandi langsung ke bawah, tadi Tira buat sarapan. Kalau mau makan bisa kamu panasin lagi."

"Iya, Kak."

Baru kakaknya itu berbalik, Kyara langsung menutup kembali pintu kamarnya. Meraih handuk yang tergantung di belakang pintu itu, kemudian dia menuju kamar mandi. Menyegarkan diri tidak begitu lama. Selang beberapa saat, wanita itu telah terbalut pakaian rumahan yang santai, tidak lagi pakaian tidur yang motifnya telah sedikit memudar.

Keluar dari kamar dan menuju ruang makan, Kyara baru menyadari bahwa dirinya kelaparan. Merasa tidak perlu memanaskan masakan kakak iparnya, dia langsung menyendokkannya ke piring. Dia makan dengan tenang sambil memainkan ponsel. Ada pesan dari beberapa teman sedivisinya yang mengajak untuk menghabiskan waktu akhir pekan bersama, tetapi dia harus menolaknya karena sudah memiliki janji.

Ibu jarinya sibuk menggulir layar dengan netra yang melihat sambil lalu apa yang tertampil di explore media sosialnya. Saat itulah layar ponsel miliknya berubah menjadi gelap dan menampilkan sebuah nomor tidak dikenal.

Kyara bisa saja langsung menolak panggilan itu, tetapi sisinya yang lain menyuruh dia untuk menjawabnya. Jadi, ditambah dengan dorongan rasa penasaran, dia menekan ikon berwarna hijau di layar. Kemudian benda pipih itu dia bawa ke rungunya.

"Eum ... halo?"

"Selamat pagi, ini saya. Maaf mengganggu pagi kamu, tapi saya hanya ingin memberi tahu bahwa saya akan menjemput kamu jam setengah dua belas nanti."

Ah, ternyata sang atasan. Keputusan tepat menerima telepon itu.

"Baik, Pak. Saya akan siap tepat waktu."

"Kalau begitu saya tutup."

Tanpa menunggu jawaban lain darinya, pria di seberang sana memutus sambungan itu secara sepihak. Kesal, tapi bukan berarti Kyara ingin berlama-lama berada dalam panggilan bersama atasannya-yang mungkin sebentar lagi merangkap menjadi suaminya.

[✓] Our PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang