Our Princess 25 :: Tidak Menuruti

2.8K 206 4
                                    

Pemandangan yang memenuhi penglihatan gadis itu sejak hampir 30 menit mendudukkan diri di deretan bangku yang tersedia adalah orang-orang yang sibuk berlalu-lalang di sekitarnya. Ada pula sang papa di sampingnya, sibuk dengan ponsel. Bosan melandanya, tetapi sudah tahu ini yang akan dialaminya setelah dengan keras kepala meminta untuk ikut.

"Ayli."

Gadis itu menoleh kala namanya dipanggil. Sang papa sudah tidak lagi terpaku pada ponselnya, malah kini menatap dirinya dalam dan lurus.

"Kenapa, Papa?"

"Ingat, ya, makan yang teratur. Kamu boleh minta Bu Nawa masakin makanan kesukaan kamu berapa pun. Makan cemilannya dikurangin dulu, ya, tunggu Papa pulang."

"Tapi, kan, Papa yang ngasih Ayli waktu cemilan. Gak boleh gitu."

"Bukannya larang kamu makan cemilan, tapi dikurangin dulu sampe Papa pulang."

"Emangnya Papa pulangnya kapan? Minggu depan juga Ayli udah ujian semester."

Sebastian terdiam. "Papa usahain pulang cepat, gak lama-lama." Ya, dia berharap bisa demikian. Dia tidak bisa dan tidak ingin meninggalkan putrinya sendirian walaupun nyatanya juga ada asisten rumah tangga. "Ay, gimana kalau tinggal di rumah utama aja selama Papa pergi? Di sana bakal ada lebih banyak orang, jadi Papa gak terlalu khawatir tinggalin kamu sendirian."

Ayli menghela napas panjang, kemudian menampilkan senyuman untuk menenangkan papanya. "Papa, Ayli udah besar jadi gak perlu diawasin lagi. Jadi Papa gak perlu khawatir, tenang aja. Kan, juga ada kakak-kakak."

"Kalau gitu nginap di tempat Mama, gimana? Ada Javiar juga, kan." Sebenarnya Sebastian tidak ingin memberi izin, ataupun penawaran semacam itu, tetapi untuk sekarang hal itu layak untuk disodorkan pada Ayli. Siapa tahu dia berubah pikiran setelahnya.

"Nggak, Papa. Ayli mau di rumah aja. Semua bakal baik-baik aja sampe Papa pulang."

Kemarin, saat dirinya baru pulang sekolah, sosok Sebastian yang sudah berada di rumah mengejutkannya. Tidak biasanya sang papa berada di rumah saat matahari masih gagah bertahta di langit. Begitu sang papa mengunjungi kamarnya sebelum tidur, barulah dia mengetahui alasan di baliknya.

Sebastian akan menggantikan Gama untuk menemui para pemilik saham lainnya di Australia.

Biasanya enam bulan atau satu tahun sekali Gama yang akan pergi. Akan tetapi, kali ini pria itu memiliki tanggung jawab lainnya di luar kota. Karena itulah Sebastian harus pergi menggantikannya.

Sebenarnya Sebastian pun tidak ingin pergi. Sangat tidak bisa dia meninggalkan putrinya sendirian. Namun, mengingat kembali bahwa itu harus dilakukan agar bisa selalu memanjakan putrinya, dia menyetujui untuk menggantikan kakaknya.

Karena itulah sekarang kedua ayah dan anak itu berada di bandara, sedang menunggu jadwal penerbangan yang tersisa dua puluh menit lagi.

"Papa gak usah liatin Ayli gitu. Ayli tetap mau di rumah aja, lagian ada Bu Nawa juga," ujar Ayli begitu memalingkan pandangan dari layar ponsel. Meskipun sudah menyuarakannya, sang papa tidak mendengarkan dan tetap memberikannya tatapan yang sama.

"Kalau Papa gak mau Ayli sendiri, Papa kerjanya cepat biar bisa pulang cepat juga." Dia berimbuh. "Nah, sekarang udah waktunya Papa berangkat."

Pengumuman yang terdengar ke penjuru bandara menjadi pemisah keduanya.

Dengan enggan Sebastian bangkit dari bangku. Dia menyempatkan untuk mengurung Ayli sejenak dalam pelukannya sembari memberikan kecupan-kecupan singkat di puncak kepala gadis itu.

"Ingat makan ya, Ay."

"Iyaa, Papa." Ayli membalas dengan gemas. Pertanyaan itu terlontar entah untuk keberapakalinya.

[✓] Our PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang