Our Princess 14 :: Gadis Nakal

4.5K 282 7
                                    

Di tempatnya berdiri sekarang, Javiar sudah tidak bisa tenang setelah mendengar game dadakan yang diumumkan oleh Pak Damar. Ketiga laki-laki yang berdiri di depannya bisa menyadari kekhawatiran Javiar, pun sebenarnya mereka juga khawatir.

"Kalian kenapa, dah, kayak cacing kepanasan?" Aska, anggota kelima di kelompok yang sama dengan Javiar, bersuara untuk menyatakan pemikirannya. Dia cukup heran dengan keempat laki-laki yang juga merupakan teman sekelasnya itu.

"Lo kayak baru kenal mereka aja." Tepukan di pundaknya membuat Aska menoleh. Fajar, anggota keenam di kelompok mereka, juga berada di kelas yang sama dengan mereka. "Ini pasti karena si Putri Bayi. Gue tadi liat dia waktu mau berangkat."

Begitu Fajar menyebut 'Putri Bayi', Aska langsung paham penyebab perilaku keempat anggota kelompoknya seperti itu. Sejak tahun ajaran dimulai, nama seorang Ayli Anzhara langsung melambung di angkatan mereka. Tentu saja karena Javiar dan ketiga temannya yang memperlakukan gadis itu layaknya seorang putri, dan terkadang-atau mungkin seringnya-memperlakukan gadis itu seperti bayi yang perlu dijaga, diawasi dan diurus. Itulah alasan sebutan yang dibuat oleh Fajar.

Karena alasan itu pula, Aska berpikir kalau si Putri Bayi tidak akan ikut Kemah Keluarga ini. Javiar yang terlihat begitu protektif kepada gadis itu, membuat otaknya secara langsung membuat pemikiran bahwa Ayli tidak akan diizinkan untuk ikut. Namun, nyatanya dia salah. Gadis itu sekarang ada bersama mereka di sini, dan membuat keempat temannya diselimuti khawatir setelah pengumuman Perang Bendera.

Selang beberapa saat, setelah Pak Damar memberi aba-aba kepada para kelompok untuk memasuki hutan satu per satu, Javiar dan ketiga laki-laki lainnya langsung memisahkan diri untuk menghampiri Ayli. Aska dan Fajar dengan pasrah hanya ikut saja karena mereka satu kelompok dan harus bersama ketika memasuki hutan nanti.

Begitu menemukan keberadaan Ayli yang sedang bersama kelompoknya, beberapa meter di depan mereka, Javiar langsung memanggil nama gadis itu hingga akhirnya menoleh.

"Nanti kelompok lo jalan bareng kelompok gue."

"Mana bisa? Emangnya Kak Jav gak denger kalau Pak Damar bilang masuknya satu-satu?"

"Gue denger." Javiar menjawab dengan malas. Dia tahu, pasti Ayli tidak mau bersama kelompoknya. "Lebih untung kalau kelompok lo jalan sama kelompok gue. Nanti benderanya bisa lebih banyak."

"Apa jaminannya kalau benderanya bakal lebih banyak? Ayli gak mau, ya, kalau nanti kelompok Ayli dikit aja."

"Gue bisa pastiin itu!"

"Tapi Kak Jav gak bisa ngejamin, 'kan? Udah, deh, mendingan masing-masing aja. Nanti malah kelompok Ayli risih kalau jalan sama kelompok Kak Jav."

"Hutan itu bahaya, Anzhara." Javiar menekan setiap kata yang dilontarkannya. Dia ingin Ayli hanya menurutinya tanpa memberikan protes ataupun penolakan. Lagipula ini juga demi kebaikan gadis itu.

Ayli jadi gemas sendiri dengan sikap kakaknya yang selalu pemaksa itu. Jika ini menyangkut dirinya, seharusnya pendapat yang dia lontarkan juga dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan. Hish! Pasti jarang memperhatikan saat pelajaran kewarganegaraan jadinya Javiar seperti itu, pikirnya dengan jengah.

"Hei! Kenapa kalian malah berkumpul di situ?" Seruan Pak Damar membuat kedua kelompok itu seketika menoleh. "Itu, kelompok yang cowok masuk duluan sana! Sebagai cowok kalian harus pastikan jalan yang akan dilalui kaum Hawa aman. Ayo, cepat jalan!"

Tidak bisa melawan, kelompok Javiar pun harus segera beranjak dari sana. Namun, sebelum benar-benar melangkah, Javiar menekankan sekali lagi pada Ayli untuk mengikuti jalur yang sama dengan kelompoknya.

Setelah kelompok Javiar dan satu kelompok lainnya memasuki hutan, kini giliran kelompok Ayli dan teman-temannya.

"Kita ke sana aja, yuk!" usul gadis itu sambil menunjuk arah yang tidak dipilih banyak kelompok.

[✓] Our PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang