Riasan wajah telah selesai dilakukan, rambut pun sudah ditata sedemikian rupa. Setelah itu semua selesai, para pekerja keluar dari ruangan itu. Menyisakan sang mempelai wanita dan dua lainnya.
"Cantik, Ky," puji Tira dengan tulus. "Aku berharap banyak kebahagiaan untuk kamu buat yang sekarang ini."
"Makasih, Kak."
Tira memberi senyumannya pada Kyara. Kemudian tiba-tiba ponselnya berbunyi, dia menemukan nama sang suami di bar notifikasi.
"Aku keluar ya, Ky. Ghea nangis. Maaf gak bisa nemenin kamu sampai nanti."
"Iya, Kak, gak papa. Kasian keponakanku nangis nyari ibunya."
"Oke. Kamu tenangin diri aja, Ky. Percaya diri. Kamu berhak untuk dapat kebahagiaan ini."
Kakak iparnya itu pun meninggalkan ruangan dengan langkah tergesa. Kepergiannya membuat atmosfer ruangan kembali hening.
Tarik napas, embuskan dengan perlahan. Kemudian ulangi lagi. Tarik napas dalam-dalam, embuskan dengan perlahan.
Terus seperti itu selama beberapa menit terakhir, dia sedang berusaha menenangkan diri, mengikuti ucapan Tira. Meskipun ini bukanlah pernikahan pertamanya, tetapi rasanya tetap menegangkan dan membuat dia gugup setengah mati. Apalagi yang dia nikahi bukan orang biasa.
Sebuah tangan hinggap di pundaknya, membuat Kyara menoleh pada wanita yang akan menjadi kakak iparnya. Tangan itu meremas pelan pundaknya untuk menyalurkan kehangatan, dengan harapan dapat membantu Kyara untuk lebih tenang.
"Gugup banget, ya?"
"Iya, Mbak."
Setelah Kyara dikenalkan dengan keluarga Sebastian hari itu, Sesya memutuskan bahwa pernikahan mereka lebih baik segera dilaksanakan. Alhasil sebulan kemudian, tepatnya hari ini, tubuh Kyara berbalut sebuah gaun berwarna putih dengan gradasi soft blue pada ujung gaun yang menyentuh lantai.
Warna gaun itu diusulkan oleh Ayli ketika gadis itu mendengarkan diskusi mereka mengenai gaun pernikahan. Kyara tidak keberatan dengan usul gadis itu, lagipula gaun yang dia pakai sekarang terlihat sangat cantik.
"Ayo, kita keluar sekarang."
Kyara meraih tangan Nura yang diulurkan padanya. Keluar dari ruangan, Kyara bisa merasakan jantungnya berdetak lebih cepat.
Keluar dari resort, Kyara bisa melihat para tamu undangan yang memakai pakaian serba biru tua sesuai dresscode. Tidak banyak, karena hanya mengundang keluarga dan teman dekat. Nura mengantarnya hingga duduk di sisi Sebastian. Ada kakaknya, Hafi, yang menjadi wali pada pernikahannya kali ini-juga pada pernikahannya yang lalu. Sang ayah yang telah pergi sejak dia berusia tiga tahun membuat Hafi yang mengambil alih tugas itu.
Sekali lagi kakaknya duduk sebagai walinya dalam pernikahan, Kyara berharap pernikahannya yang sekarang menjadi yang terakhir.
Pengucapan janji suci berlangsung dengan lancar sampai menghapus kekhawatiran yang sebelumnya membayangi benak Kyara. Matanya pun sampai berkaca-kaca setelah menandatangani buku pernikahannya.
Acara terus berlanjut. Orang-orang bergantian memberi selamat kepada dua mempelai tersebut, selesai bertepatan dengan sesi ramah-tamah. Sebastian dan Kyara menggunakan waktu itu mengganti pakaian mereka.
Ketika kembali, keduanya telah dibalut pakaian berwarna soft blue seperti keluarga yang lain.
"Kamu bisa menemui teman atau yang lainnya, saya akan menemui rekan bisnis."
Kyara hanya mengangguk kecil dan melihat pria itu beranjak. Masih membicarakan bisnis di acara seperti ini, yang benar saja? Namun, tidak ingin terlalu menghiraukan hal itu, Kyara mengedarkan pandangannya hingga menemukan Ayli di salah satu meja. Dia pun memutuskan untuk menghampiri gadis yang telah resmi menjadi putrinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Our Princess
Teen FictionMerupakan putri tunggal dari sang papa, apalagi papanya itu orang tua tunggal, membuat Ayli harus menerima semua aturan yang dibuat. Sebenarnya bukan hanya status sebagai putri tunggal dari sang papa yang dia sandang, tetapi juga cucu perempuan satu...