Ujian telah terlewati, rapor telah dibagikan, dan sekarang adalah waktunya liburan. Mendapatkan peringkat pertama lagi di kelas 4 ini, Ayli diperbolehkan sang papa meminta apa pun yang diinginkannya. Kesempatan itu dimanfaatkannya dengan baik. Dia meminta pada sang papa untuk memelihara seekor kucing.
Karena itu, kedua ayah dan anak itu berada di sebuah pet shop sekarang.
Sedari masuk Ayli sudah tidak bisa menahan diri untuk mengelilingi tempat itu dan melihat hewan-hewan yang ada di sana. Kebanyakan adalah kucing, anjing, dan kelinci. Ingin rasanya dia membawa pulang mereka semua. Namun, dia sudah meminta kucing pada sang papa, tidak mungkin dia diperbolehkan memelihara lebih banyak.
"Ih, Ayli jadi bingung!" Gadis kecil itu menekan kedua pipinya dengan telapak tangan sambil menatap kandang-kandang berisi kucing berbagai ras. "Papa, kucingnya imut-imut semua! Ayli bingung!" Dia berjongkok di depan salah satu kandang. Memandang kucing berbulu jingga di dalamnya, lalu kembali melihat yang lainnya.
"Pilih yang paling kamu suka, terserah yang mana aja."
Hah, papanya tidak membantu. Dia seperti itu, kan, untuk meminta bantuan sang papa dalam memilih.
"Kalau gitu Ayli mau lanjut liat-liat dulu," ujarnya seraya bangkit dan melihat ke kandang yang lain.
Sebastian menunggu Ayli seraya berkonsultasi dengan pegawai pet shop itu untuk urusan merawat hewan nantinya. Dia yang awalnya berpikir kegiatan ini akan memakan waktu yang lama, malah sudah dikejutkan dengan seruan sang putri yang memanggilnya tidak lama kemudian. Dia pun menuju sumber suara untuk menghampiri putrinya.
Ayli terlihat berjongkok di depan sebuah kandang kucing berwarna abu-putih. Jari telunjuk gadis itu melewati jeruji kandang dan mengelus kecil kepala si kucing.
"Gimana, Ayli?" Sebastian bertanya pada putrinya.
"Ayli mau yang ini."
Sebastian mengangguk kecil, lalu beralih pada pegawai pet shop yang mengikutinya. "Kami ambil yang itu."
"Baik, Pak. Mohon ditunggu sebentar."
"Ayli, ayo tunggu di depan!"
Karena kandang kucing itu sudah diambil alih oleh si pegawai, Ayli pun menuruti ucapan sang papa. Sembari menunggu di atas sebuah kursi yang ada, Ayli tidak henti-hentinya mengayunkan kaki dengan riang, senyum pun betah terukir lama-lama di wajahnya.
"Hei, seneng banget, ya, bisa pelihara kucing?"
Pertanyaan sang papa menarik gadis itu untuk memandangnya. Detik berikutnya dia langsung mengangguk dengan semangat sebagai jawaban.
Beberapa menit kemudian, kucing yang tadi dipilih Ayli sudah bisa dibawa pulang. Sebastian sekalian membeli makanan kucing dan wadah makanannya, tidak lupa untuk minumnya juga.
Ayli sangat tidak sabar untuk bermain dengan kucingnya, yang sekarang sudah resmi dia beri nama Blue.
Jadi, sesampainya mereka dia rumah utama, dan si kucing sudah boleh dikeluarkan dari kandang, Ayli langsung mengajaknya bermain di taman belakang yang luas.
Sebastian dan Ayli memang sedang tinggal di rumah utama. Sehari setelah mengambil rapor, mereka langsung ke sana atas permintaan Sesya, dan hari ini adalah hari kelima sejak ayah dan anak itu menginap di sana.
Membiarkan Ayli bermain dengan peliharaan barunya, Sebastian mengistirahatkan diri di sofa. Tidak lama setelahnya, terdengar langkah kaki mendekat. Tanpa perlu menebak, suara yang mengalun menyertai langkah itu memberi tahu.
"Ayli ada di mana, Bas?"
"Lagi main sama kucingnya di taman belakang, Ma."
Sesya mendudukkan dirinya di sofa depan Sebastian. Pria itu merasa tumben ayahnya tidak ikut ke sini, biasa kedua orang tuanya itu selalu bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Our Princess
Teen FictionMerupakan putri tunggal dari sang papa, apalagi papanya itu orang tua tunggal, membuat Ayli harus menerima semua aturan yang dibuat. Sebenarnya bukan hanya status sebagai putri tunggal dari sang papa yang dia sandang, tetapi juga cucu perempuan satu...