Tangannya terangkat untuk menutupi mata yang masih dikuasai kantuk. Dilakukan untuk menghalangi cahaya matahari yang berhasil lolos dari barikade tirai jendela. Beberapa saat setelahnya, dia mengubah posisi menjadi duduk. Kemudian meregangkan tubuhnya hingga terdengar bunyi.
"Papa," gumamnya pelan.
Melihat jam yang tergantung di dinding kamarnya, Ayli jadi tahu bahwa papanya telah berangkat ke kantor. Begitu pula dengan sang mamy.
Mendorong tubuhnya untuk turun dari tempat tidur, kemudian Ayli menuju kamar mandi. Dia perlu menyegarkan diri atau kantuk akan menguasainya lagi. Juga, dia perlu untuk sarapan atau sang papa akan 'mengancam' dengan jadwal check up-nya lagi.
Selang beberapa menit kemudian Ayli telah berdiri di depan pintu kamarnya untuk keluar. Kaus berwarna abu yang mencapai paha dan celana setinggi lutut terpasang di tubuhnya.
Tiba di ruang makan, Ayli tidak mendapati siapa pun. Bu Nawa kemungkinan besar sedang berada di belakang dan sibuk dengan pekerjaannya. Alhasil Ayli sarapan sendirian dengan malas.
Selesai dengan sarapannya, Ayli kembali ke kamar.
Tidak banyak yang bisa dia lakukan selama libur karena kelas 12 yang sedang ujian sekolah. Memutar lagu melalui ponselnya dan mengatur volume agar terdengar memenuhi kamar, lalu Ayli mengambil salah satu novel miliknya. Dia memilih duduk di atas karpet di dekat kaki ranjang.
Dia tenggelam dalam bacaan, sesuai harapan, sampai-sampai tidak menyadari waktu yang berjalan dengan cepat. Hampir setengah dari total jumlah halaman novel itu berhasil Ayli baca. Gadis itu sangat fokus, sampai play list lagunya telah terulang untuk yang kedua kalinya.
Asik dengan dunianya, tiba-tiba lagu yang mengalun berubah menjadi nada dering yang memekakkan telinga. Tubuh Ayli sampai tersentak dibuatnya. Lalu dia segera bangkit dan menuju ponselnya yang sebelumnya diletakkan di atas meja belajar.
Nama sang kakak terlihat ketika Ayli meraih ponselnya.
"Ada apa, Kak Jav?" Ayli langsung bertanya tanpa melontarkan basa-basi.
"Kamu di rumah, Ra?"
"Iya. Emangnya kenapa?"
"Gue sama yang lain mau ke rumah."
"Ngapain?" Kerutan muncul di kening Ayli.
"Mau belajar. Lo temenin, ya."
Merasa sepi di rumah sendirian, Ayli akhirnya menyetujui ucapan kakaknya itu. "Oke, Ayli tunggu."
Setelahnya sambungan telepon itu terputus.
Layar ponsel kembali ke aplikasi pemutar lagunya. Ayli memutuskan untuk keluar dari sana, kembali ke laman utama. Kemudian dia meraih novel yang tadi diletakkan di atas tempat tidur.
Ayli keluar dari kamarnya untuk langsung menunggu Javiar dan lainnya di ruang tamu. Tiba di sana, gadis itu meletakkan ponsel serta novelnya di atas sofa lalu teringat bahwa sebagai tuan rumah dia harus menyiapkan sesuatu.
Dia beralih ke dapur. Menghampiri lemari yang sangat dia hapal digunakan Bu Nawa untuk menyimpan berbagai cemilan. Keripik kentang, kacang telur, dan rolls mini rasa cokelat diambilnya dari lemari itu kemudian diletakkan di atas kitchen island saat dia mencari toples.
Cemilan yang sudah dipilihnya tadi dimasukkan ke dalam toples. Begitu selesai toples-toples itu dibawa Ayli ke ruang tamu dan ditata di tengah meja berkaki pendek yang ada di sana. Bersamaan dengan itu, terdengar suara mesin motor dari luar.
Ayli segera keluar untuk menyambut. Namun, dua langkah keluar dari pintu, dia hanya mendapati Raga.
"Kakak yang lain mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Our Princess
Dla nastolatkówMerupakan putri tunggal dari sang papa, apalagi papanya itu orang tua tunggal, membuat Ayli harus menerima semua aturan yang dibuat. Sebenarnya bukan hanya status sebagai putri tunggal dari sang papa yang dia sandang, tetapi juga cucu perempuan satu...