Our Princess 22 :: Hari Istimewa

3.3K 235 2
                                    

Meja-meja berbentuk lingkaran ditata dengan apik hingga menyisakan ruang di depan ballroom. Di sudut yang berlawanan dengan pintu masuk terdapat meja panjang yang disusun membentuk huruf L, merupakan meja prasmanan dengan dua orang pekerja di kedua ujung yang siap membantu kapan pun. Warna putih dan baby blue mendominasi seluruh ruangan. Para undangan yang memakai pakaian serba putih sesuai dress code telah mengambil tempat masing-masing di setiap meja.

Musik instrumen, yang tentunya bukan pilihan sang pemilik acara, mengalun lembut. Terdengar ke setiap sudut ballroom itu, untuk menghibur para undangan sambil menunggu puncak acara.

Sang pemilik acara, Ayli Anzhara Nugrata, sedang berkeliling untuk menyapa para tamu yang kebanyakan adalah teman sekelasnya. Sebenarnya juga ada rekan bisnis sang papa, tetapi pria itu bersama Gama yang menyapa para tamu tersebut.

Kini Ayli sedang berada di meja yang ditempati oleh Amaya, Zelia, Nera dan beberapa teman laki-laki mereka.

"Makasih udah datang, ya!" Ayli berucap dengan tulus. Dia berdiri di antara kursi Amaya dan Nera.

"Makasih juga, lho, udah ngundang kita-kita." Alvano, salah satu teman laki-laki sekelasnya, membalas untuk mewakili mereka yang berada di meja itu.

"Pokoknya kalian gak boleh pulang sebelum bener-bener nikmatin acaranya."

"Tenang aja, Ayli. Kalau ada makanan, mah, gue bakal nikmatin acaranya," sahut Davian dengan bersemangat. "Ngomong-ngomong, acara ramah-tamahnya masih lama gak? Gue udah sengaja ngosongin perut sebelum ke sini."

"Yeeuuu!" Seruan dari penghuni meja itu menjadi balasan untuk kalimat terakhir Davian.

"Maaf, ya, kalau udah nunggu. Ayli nanti langsung bilang ke Papa abis dari sana," ucap gadis itu sambil menunjuk meja yang tidak jauh dari sana. Meja itu diisi oleh Raia, Nisa, Yuna, Arista.

"Gak usah dengerin si Vian, Ay. Biarin aja dia mati kelaparan," timpal Amaya setelah melayangkan tatapan tajam pada Davian-memberi peringatan tanpa berbicara. "Oh, ya. By the way lo cantik banget kali ini, maksudnya cantik lo nambah daripada yang biasanya." Dia menatap Ayli dari atas hingga bawah.

Untuk acara ulang tahunnya ini, Ayli memakai gaun asimetris berwarna putih dengan gradasi baby blue dari pinggang hingga ke bawah. Bagian depan gaun yang tingginya pas di bawah lutut menampilkan sepasang kakinya yang dibalut high heels setinggi 3 centimeter, sedangkan bagian belakang gaunnya memanjang hingga tumit.

"Makasih." Ayli tersenyum malu. "Amaya juga cantik, kok."

"Kalau gitu Ayli ke sana, ya," imbuhnya.

Tiba di meja yang ditempati keempat temannya, Ayli disambut suara cempreng Nisa.

"Ayliii! Ayo, ayo, duduk sini sebelah gue!" Gadis itu pun langsung menarik tangan Ayli untuk duduk di kursi di samping.

"Selamat ulang tahun, ya, Ayli." Yuna berujar dengan tulus. "Oh, iya, ini gue bawa kado buat lo." Sebuah paper bag dia ulurkan pada Ayli melalui Raia.

"Gue juga, nih." Raia ikut-ikutan menunjukkan paper bag merah berukuran sedang, lalu mengangsurkan miliknya dan milik Yuna pada Ayli.

"Makasih banyak, ya. Padahal gak perlu repot-repot, datang aja Ayli udah seneng." Lalu Ayli memanggil salah satu pekerja untuk menyimpan hadiah dari kedua temannya bersama hadiah yang lainnya.

Yuna dan Raia memperhatikan pekerja itu hingga menemukan meja berisi tumpukan hadiah berbagai ukuran. Mata keduanya membola karena terkejut.

"Anjim, kado lo banyak banget, Ay."

"Kado dari gue sama Raia berasa remahan."

"Ehehe." Ayli tersenyum canggung. "Itu kebanyakan dari temannya papa Ayli."

[✓] Our PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang