Our Princess 37 :: Peran Ibu

2.2K 193 13
                                    

Matahari baru menyembulkan dirinya di ufuk timur, berkas cahaya yang belum seberapa itu pun tidak cukup mampu mengganggu tidur para penghuni bumi. Namun, bagi mereka yang sudah terbiasa bangun bersamaan dengan munculnya fajar, sekarang sudah memulai aktivitas mereka. Seperti Kyara dan Bu Nawa yang sudah berkutat dengan bahan makanan di dapur.

Awalnya Bu Nawa telah melarang Kyara untuk membantunya. Sudah merupakan pekerjaan bertahun-tahun untuk melayani keluarga Nugrata kecil itu. Jadi, rasanya tidak patut jika nyonya keluarga membantunya. Akan tetapi, Kya yang memaksa akhirnya tidak dapat wanita itu tolak.

"Setiap makan harus ada sayur ya, Bu?"

"Iya, soalnya Non Ayli harus makan sayur."

"Ayli punya alergi gak, Bu?"

"Gak ada, Nyonya. Cuman kalau kebanyakan makan makanan yang rasa cokelat bisa sakit tenggorokan. Makanya Pak Bastian jarang bolehin Non Ayli jajan gituan."

Kyara mengangguk kecil. Akhirnya dia mendapatkan alasan gadis mungil itu sering dilarang makan ini dan itu oleh papanya.

Makanan yang sudah matang dipindahkan ke atas meja makan. Kyara juga menyusun peralatan makan sebelum kembali bergabung dengan Bu Nawa.

"Eh, udah biar saya aja yang nyuci!" Bu Nawa segera mengambil alih wajan dari tangan Kyara. "Udah, Nya, mending nunggu Pak Bastian sama Non Ayli di meja makan."

"Gak papa, Bu. Saya juga masih mau bantu-bantu."

"Haduh, Nya, gak usah. Biar saya aja, kan, ini memang tugas saya. Udah cukup dibantu masak tadi."

"Beneran gak papa kok, Bu."

"Mamy!" Kemunculan si gadis yang telah berbalut seragam mengambil alih atensi keduanya. "Mamy ngapain di sini? Padahal Ayli seringnya gak boleh di sini."

"Nah, Nyonya temenin aja Non Ayli sarapan," ujar Bu Nawa. "Lagian ini gak banyak juga yang harus dicuci. Saya masih bisa sendiri."

Akhirnya Kyara memilih untuk mengalah. "Kalau gitu terima kasih ya, Bu."

"Terima kasih juga udah dibantuin buat sarapan, Nya."

"Bukan apa-apa kok, Bu." Kemudian Kyara beranjak dari sana, juga mengajak Ayli.

"Ayli gak pernah dibolehin bantu Bu Nawa," celetuk remaja perempuan itu. "Kapan-kapan Mamy buatin kukis lagi, ya, biar Ayli bisa bantu."

"Iya, kapan-kapan."

Kedua ibu dan anak itu mengambil duduk dengan posisi berseberangan. Kemudian, tidak lama setelahnya sang kepala keluarga turut hadir di ruang makan, juga Bu Nawa yang selesai mencuci peralatan masak dengan cepat.

"Kalian janjian buat bangun pagi?" Sebastian bertanya seraya mendudukkan diri. "Ayli juga biasanya Papa yang bangunin. Kalau kamu rajin gini, kan, Papa gak perlu capek bangunin kamu lagi."

"Kalau gitu mulai sekarang Papa gak usah bangunin Ayli, karena sekarang udah ada Mamy."

"Jadi sekarang gak mau sama Papa?"

"Papa duluan yang mulai, jadi jangan nanya-nanya."

"Gitu, ya, giliran ada Mamy kamu ninggalin Papa."

"Papa jangan mulai lagi, deh. Ayli tinggalin beneran nanti."

"Emangnya bisa?" Sebastian bertanya dengan nada menggoda.

"Nggak bisa ...."

Lihat! Mau bagaimanapun, Sebastian adalah pemenang atas putrinya.

"Kalau gitu cepet selesaiin sarapannya, biar gak telat ke sekolah."

"Mamy ikut nganterin Ayli, kan?"

Kyara yang sedari tadi diam memperhatikan interaksi ayah dan anak itu dibuat kikuk. Jika dia ikut mengantar Ayli, berarti juga akan berangkat ke kantor dengan Sebastian. Dia belum siap menjadi objek pergosipan pemuja Sebastian di kantor.

[✓] Our PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang