Matahari telah menampakkan diri. Julio yang telah selesai bersiap-siap langsung menuju ruang makan. Dia sarapan dengan cepat, perlu tiba lebih awal di sekolah karena hari ini merupakan jadwal piketnya.
"Ma, Abang berangkat sekolah!"
"Tunggu dulu, Abang!" Sang mama menghentikan Julio untuk mengambil langkah kedua. "Ini bekal kamu," ucapnya sambil memindahkan tas kotak bekal ke tangan putranya.
Julio memasang wajah bingung sambil menatap tas bekal yang sudah ada di tangannya. "Abang gak minta dibuatin bekal, Ma."
"Mama tahu. Tadi Mama masak lebih waktu buatin bekal adek kamu, jadi sekalian aja buat kamu juga." Sang mama menjawab dengan ringan.
Mengembuskan napas kecil, Julio terpaksa membawa tas bekal itu.
Sambil melanjutkan langkahnya ke luar rumah, Julio memasukkan tas bekal itu ke dalam tasnya. Rasanya akan terlihat aneh jika orang-orang melihatnya membawa tas bekal.
Hanya membutuhkan hampir sepuluh menit sebelum motor besarnya terparkir rapi di parkiran sekolah. Julio turun dari motornya, lalu membuka jaket sebelum melanjutkan langkah ke lobi sekolah. Menyapa guru piket yang berjaga di lobi, kemudian langsung menuju gedungnya
Begitu tiba di kelas, dia langsung duduk dan mengeluarkan buku untuk mata pelajaran pertama. Bukan. Julio sebenarnya tidak termasuk ke dalam daftar para siswa rajin dan teladan, hanya saja hal itu sudah menjadi kebiasaannya. Jika di mata orang lain terlihat seakan dia mempersiapkan diri untuk mengikuti pelajaran, bagi dirinya sendiri itu dilakukan agar tidak membuatnya repot terburu-buru mengambil buku untuk mencatat.
Dia terlalu malas untuk berada dalam keadaan terdesak.
Pelajaran pertama adalah fisika dan berlangsung selama dua jam pelajaran, kemudian dilanjutkan dengan pelajaran bahasa Indonesia. Berlangsung hingga istirahat, dan sebenarnya dilanjutkan lagi setelah jam istirahat. Namun, sang guru lebih sering meniadakan kelasnya di waktu tersebut sehingga kelasnya mendapatkan jam kosong.
Kali ini, tidak membiarkan jam pelajaran setelah istirahat kosong, sang guru memberikan tugas yang harus dikumpulkan begitu jam pelajaran tersebut selesai. Julio dan beberapa teman sekelasnya yang lain langsung mengerjakan tugas tersebut saat waktu istirahat agar nantinya bisa menikmati jam kosong.
Dia bahkan menolak saat Javiar dan yang lainnya mengajaknya ke kelas Ayli. Tidak apa kali ini dia tidak ikut. Istirahat kedua nanti, Julio pastikan akan memonopoli Ayli untuk dirinya sendiri.
Julio berhasil menyelesaikan tugas itu beberapa saat sebelum bel kembali berbunyi untuk menandakan jam pelajaran yang kembali dimulai. Karena free class, dia memutuskan untuk memejamkan mata sebentar.
Semalam dia tidur sedikit larut karena terjebak dalam keseruan diskusi English Club. Sang guru mengirimkan link meet yang awalnya tidak Julio tahu untuk apa, dia hanya diminta untuk bergabung. Ternyata setelah bergabung dia diminta untuk ikut memperhatikan jalannya latihan untuk lomba debat yang akan diikuti oleh juniornya.
Ayli juga ikut ke dalam latihan itu walaupun sebenarnya tidak menjadi peserta dalam lomba. Pak Rizal hanya membuat semua anggota klub ikut latihan agar nantinya, saat ada kesempatan lagi, mereka sudah bisa dan tinggal menyempurnakan beberapa hal.
Untungnya gadis itu tidak ikut latihan daring itu hingga selesai. Jika tidak, pasti kantuk sudah menyerangnya seperti yang Julio rasakan sekarang.
Yah, meskipun mengantuk Julio terhibur saat kembali mengingat latihan para juniornya semalam. Mereka tampak 'lebih' walaupun masih harus lebih percaya diri lagi. Arinda yang semalam berada di kubu opposite tampak menguasai materinya sehingga terlihat jelas kelompoknya unggul dalam mosi yang mereka gunakan saat latihan itu. Argumen-argumen gadis itu pun Julio akui cukup bagus. Penguasaan tekniknya pun demikian.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Our Princess
Teen FictionMerupakan putri tunggal dari sang papa, apalagi papanya itu orang tua tunggal, membuat Ayli harus menerima semua aturan yang dibuat. Sebenarnya bukan hanya status sebagai putri tunggal dari sang papa yang dia sandang, tetapi juga cucu perempuan satu...