Our Princess 36 :: Suasana Hati

2.1K 194 19
                                    

Cahaya matahari yang berhasil menerobos tirai jendela sebenarnya sudah berhasil pula mengganggu tidur nyenyak si penghuni kamar. Namun, kelopak mata yang masih terasa berat membuat dia enggan untuk bangun dan memulai hari. Apalagi berada di bawah selimut yang hangat dan nyaman, rasanya dia benar-benar tidak ingin beranjak dari atas tempat tidur. Alhasil mengubah posisi tidurnya menjadi membelakangi jendela.

Sudah akan kembali menyelami lautan mimpi, tetapi tusukan pelan yang terasa di pipi kirinya yang menghadap atas membuat dia kembali terganggu. Ingin dia biarkan, tetapi lama-kelamaan jari itu malah memainkan pipinya lebih ganas.

"No, Papa. Ayli masih ngantuk," ujar gadis itu dengan suara serak, sambil berusaha menjauhkan jari itu dari pipinya.

Namun, bukannya menuruti ucapan Ayli, si pelaku malah mulai mencubit kecil pipi gadis itu.

"Setengah jam lagi, Papa," rengek Ayli seraya menarik selimut untuk menutupi setengah wajahnya.

"Ini Mamy, Ayli. Kamu keliatan ngantuk banget, ya, tapi tadi papa Ayli nyuruh Mamy bangunin Ayli buat sarapan."

"Mamy.. Ayli beneran masih ngantuk." Dia benar-benar tidak bisa menang melawan rasa kantuknya sendiri. Rasanya ingin menangis karena tidak dibiarkan tidur dengan tenang.

"Udah setengah tujuh, Ayli. Kamu harus sarapan dulu." Kyara masih berusaha membujuk gadis itu. "Yang lainnya juga pasti udah nungguin kita buat sarapan."

"Ayli gak papa makannya nanti. Ayli mau tidur." Gadis itu semakin merengek pada Kyara, membuat wanita jadi tidak tega. Apalagi mata bulatnya yang telah terbuka terlihat berkaca-kaca.

"Sarapan dulu, ya, setelah itu baru tidur lagi."

"Euh.. Mamy, Ayli masih ngantuuk!"

Tangis Ayli pecah di detik berikutnya. Kyara dibuat merasa serba salah. Ternyata baru hari kedua Kyara menjadi ibu gadis itu, dia sudah dihadapkan pada sisi keras kepala yang pernah disebutkan Sebastian.

"Ayli, tidurnya lanjut nanti aja, ya. Gak bagus tidur lebih lama, apalagi sampai ngelewatin sarapan. Bangun, ya, ikut Mamy sarapan sama yang lain."

"Tapi Ayli masih pengen tidur, Mamy." Ayli membalas di sela senggukannya.

"Ayli?" Suara berat itu terdengar, disusul munculnya sosok pria dari balik pintu.

Begitu masuk, Sebastian bisa melihat Kyara yang berlutut di sisi ranjang agar menyamakan posisinya dengan Ayli di atas ranjang, kemudian juga putrinya yang sedang menangis. Pria itu berjalan mendekat, kemudian memosisikan dirinya di samping Kyara.

"Ini masih pagi, lho. Putri Papa kenapa nangis, hm?" Sebastian bertanya dengan nada lembut sembari menghapus jejak basah di pipi putrinya.

"Ayli masih pengen tidur, tapi Mamy bilang harus sarapan. Ayli, kan, bisa makan nanti."

"Mamy bener, Ayli, harus sarapan dulu. Kalau nanti kamu sakit gimana? Jadwal check up-nya mau tiga bulan lagi?"

"Nggak, Papa. Ayli gak mau!" Gadis itu sontak menggeleng cepat. "Jangan lagi! Ayli capek."

"Kalau gitu bangun, ya. Sarapan dulu. Nanti kalau masih ngantuk, tunggu jam tidur siang."

Meskipun enggan, akhirnya Ayli menyingkirkan selimut hangat itu dari atas tubuhnya. Dia meraih uluran tangan sang mamy dan mengikuti wanita itu ke kamar mandi. Hanya mencuci muka dan sikat gigi.

Begitu selesai dan keluar dari kamar mandi, Sebastian masih berada di sana. Dia yang tadinya duduk di atas ranjang segera bangkit.

Keluarga kecil itu tiba di dining room, dengan yang lainnya telah menunggu di sana.

[✓] Our PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang