Berada di samping Sebastian, mereka yang duduk di dalam mobil tengah diselimuti kekhawatiran karena tidak menemukan Ayli di mana pun. Juga, dari keterangan satpam sekolah, para siswa telah pulang sejak satu-setengah jam yang lalu.
Sebastian sudah menghubungi orang-orang yang bisa saja sedang bersama Ayli sekarang. Dimulai dari Darian dan Ravi, kakaknya sendiri yang suka iseng, sampai Javiar yang nyatanya tidak lagi berada di satu sekolah yang sama. Namun, tidak ada jawaban memuaskan yang didapatkannya. Tidak ada yang sedang bersama dengan Ayli saat ini, pun tidak ada yang tahu di mana gadis itu sekarang.
"Aku ... inget, tadi Ayli hubungin aku di sekitar jam pulangnya. Cuma nanyain kapan kita jemput, gak bilang kalau sekolahnya selesai lebih awal."
"Dan kamu gak tanya balik ke Ayli? Gak merasa Ayli punya tujuan lain dengan tanya seperti itu?"
Kyara menggeleng dengan lemah. Tadinya dia pikir Ayli hanya sekadar iseng bertanya, sekadar ingin menghubunginya. Sama sekali tidak terlintas di kepalanya kalau Ayli bertanya seperti itu karena hal lain.
Sebastian mengembuskan napasnya dengan kasar begitu melihat jawaban tanpa suara Kyara. Tidak ingin semakin tersulut oleh emosinya, hal terpenting sekarang adalah menemukan putrinya. Dia pun kembali menyalakan mesin mobil dan melaju dari sana.
Dia berharap putrinya tidak pergi terlalu jauh dari sekitar sekolah dengan ponsel yang tidak bisa dihubungi sama sekali.
Sungguh, setelah ketenangan yang menghiasi kehidupan keluarga kecilnya, kini Ayli kembali membuatnya khawatir. Entah mengapa, Sebastian merasa putrinya itu semakin tidak menghiraukan peraturannya setelah dia memberikan seorang mama untuknya. Gadis itu sepertinya merasa memiliki sekutu sekarang.
Begitu menemukan Ayli, Sebastian memastikan bahwa gadis itu akan mendapatkan hukuman.
Namun, mau memutari sekitar sekolah berapa kali pun, tetap saja Sebastian tidak melihat Ayli di mana pun. Kekhawatiran semakin menguasai dirinya. Kedua tangannya mencengkram roda kemudi dengan erat, sembari itu berusaha mengusir segala pemikiran buruk di dalam kepalanya.
"Aku minta maaf ... seharusnya aku bisa lebih peka dan nanya balik ke Ayli. Kalau aku lakuin itu pasti gak akan kayak gini."
"Kya, berhenti." Sebastian segera berujar dengan nada tegas. "Saya butuh untuk tenang dan berpikir. Jangan bicara lagi." Merasa Kyara mendengarkan, kemudian dia meraih ponsel di atas dashboard untuk menghubungi kakaknya. Dia akan meminta bantuan pada pria itu.
Setelah berbicara dengan Gama melalui sambungan telepon, Sebastian kembali melajukan mobil yang sempat dia hentikan di tepi jalan. Dia akan pulang, bisa saja putrinya sudah pulang sekarang walaupun belum ada kabar apa pun dari Bu Nawa. Yang bisa dia lakukan sekarang adalah banyak berdoa.
Sayangnya begitu tiba di rumah, Ayli masih tidak ditemukannya di mana pun. Javiar yang sudah dihubunginya dari tadi pun datang ke rumah karena sama khawatirnya begitu mendengar kabar Ayli.
"Om, Jav udah minta Papa buat bantu cariin Ayli," ujar laki-laki itu setelah turun dari motornya.
"Iya, terima kasih."
Di sisi lain, Kyara masih terus berusaha menghubungi Ayli walaupun sama seperti sebelumnya, hanya suara operator yang menjawab panggilan itu.
Kyara merasa semakin bersalah. Jika saja tadi dia menjadi lebih peka pada gadis itu, pasti sekarang mereka tidak akan menunggu dengan tidak pasti seperti ini. Sebagai seorang ibu seharusnya dia bisa memahami putrinya.
Segala pemikiran di dalam kepalanya berkecamuk, hingga tanpa disadari cairan bening menetes dari ujung matanya.
·
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Our Princess
Teen FictionMerupakan putri tunggal dari sang papa, apalagi papanya itu orang tua tunggal, membuat Ayli harus menerima semua aturan yang dibuat. Sebenarnya bukan hanya status sebagai putri tunggal dari sang papa yang dia sandang, tetapi juga cucu perempuan satu...