Siapa Dia?

1.5K 81 0
                                    

Selamat membaca ❤️

Brumm Brumm Brumm

Suara deru motor itu terdengar sedikit nyaring ditelinga, motor ninja hitam itu membelah jalanan yang langsung mengarah ke arah sekolah SMA Cakrawala. Cowok yang berseragam SMA Cakrawala itu tak lain dan tak bukan adalah Cakra. Ya, Cakra sang hitam yang selalu menunjukkan wajah datarnya.

Jam masih menujukkan pukul enam lewat dua puluh menit tepatnya di pagi hari. Cakra tak sama seperti murid biasa yang sudah pasti masih bergelut dengan selimutnya di waktu sepagi ini.

Namun, ia juga memiliki alasan mengapa ia bisa cepat berangkat kesekolah di hari yang masih pagi ini. Misi, ada sebuah misi yang mengharusnya berangkat sepagi ini. Entahalah, entah apa misi yang sedang ia jalankan, intinya misi ini sangat penting bagi dirinya.

Kini, motor ninja hitamnya telah terparkir manis di parkiran sekolah. Parkiran masih sangat sepi, bahkan hanya motor Cakra yang masih terparkir diparkiran itu.

Mematikan mesin motornya, lalu membuka helmnya. Tangan kirinya langsung mengacak rambutnya dengan sedikit asal. Ia turun dari motornya dan tak lupa memasukkan kunci motor ke dalam saku celananya.

Kakinya melangkah masuk ke dalam area sekolah dengan kedua tangan yang ia masukkan kedalam saku celananya, dan tak lupa juga dengan wajah datarnya.

Langkah demi langkah, tiba-tiba seorang cewek melintasinya tepat didepannya. Cewek itu tersenyum tipis kepadanya yang membuat Cakra berhenti ditempat dengan kedua alis yang saling bertautan.

Siapa dia? pikir Cakra tanda tanya kepada cewek yang melintasinya.

la kira hanya dirinya saja yang datang sepagi ini, nyatanya tidak. Ada seseorang yang tak ia kenali dan datang sepagi ini. Ia terus menatap cewek berambut sebahu itu yang terus berjalan lurus.

****

Kringgg

Bel masuk SMA Cakrawala telah berbunyi, seluruh murid telah masuk ke dalam kelasnya masing-masing. Tapi berbeda dengan kelas yang satu ini, yaitu kelas sebelas ipa tiga yang beberapa muridnya masih duduk didepan kelasnya tanpa memperdulikan sang ketua kelas yang sudah menyuruh mereka masuk ke dalam kelas.

"Woy, Lo semua masuk ke dalam kelas cepetan, sebelum Bu Mita masuk," teriak Tio yang sudah cukup kesal. Akan tetapi, mereka tak memperdulikan hal itu. Mereka terus saja memainkan handphonenya, dan menganggap ucapan Tio bagaikan angin lalu.

"Udah, Lo masuk aja duluan." Derlan, cowok yang paling fokus memainkan handphonenya akhirnya angkat bicara.

Gini nih, ciri-ciri cowok kalau udah main bareng (mabar) pasti tidak bisa di ganggu. Apalagi kalau sudah mendapatkan WiFi gratis dari sekolah, sudah pasti tak akan pernah mau pindah dari tempat itu.

Karena Tio sudah sedikit lelah, akhirnya ia melangkah masuk ke dalam kelas. Berjalan mendekati bangku paling ujung dan menyenggol tangan seorang cewek yang sedang membaca buku komik yang membuat buku komiknya
hampir terjatuh.

"Lo apa-apaan sih!" kesalnya.

Dia Ela, Ela Fransizka Dwinata. Seorang cewek berambut sedagu yang pagi-pagi sudah memakan lolipop berwarna pink rasa stroberi dan membaca komik Detektif Conan.

"Lo bilangin mereka sana, suruh masuk ke kelas sebelum Bu Mita datang."

Ela menatap Tio dengan tatapan jengah, "Idih, siapa Lo nyuruh-nyuruh gue? Lagian, kan, itu tugas Lo!" kata Ela yang memasukkan kembali lolipopnya ke dalam mulut.

Tapi, Tio tak kehabisan akal, ketua kelas itu langsung merogoh saku celananya dan mengeluarkan satu permen lolipop rasa stroberi dengan merk chupa cups.

Sebenarnya, hal seperti ini sering terjadi, namun Tio tak perduli akan hal itu. Lebih memilih untuk memberikan banyak permen kepada Ela di banding ia harus mendengarkan omelan Bu Mita setiap hari.

Tio langsung menyodorkan permen itu tepat didepan Ela,"Nih."

Ela tersenyum senang, ia langsung saja merampas lolipop itu,"Nah, gitu dong."

Ela langsung beranjak dari tempat duduknya setelah melempar buku komiknya ke dalam laci secara asal. Berjalan ke arah luar kelas, dan langsung mendekati kelima cowok itu.

"Ekhem, ekhem, Lo semua mau masuk ke dalam kelas sendiri atau mau gue buat masuk ke uks?" ancamnya dengan nada datar, tertanda la sedang serius.

Lantas, para kelima cowok itupun berhenti memainkan gamenya, menatap ke arah Ela yang saat itu sudah berkacak pinggang dengan wajah datarnya. Tak lupa juga dengan alis kiri yang sedikit terangkat.

"Eh ada Ela, lima menit lagi ya La," tawar Derlan dengan sedikit kekehan.

Ela tertawa remeh,"Oh, jadi Lo mau masuk ke uks? hemm?" Ela mengepalkan tangannya di udara dan tak lupa dengan permen lolipop yang masih berada di genggaman tangannya.

"Gak La, gak."

Kelima cowok itu langsung berlari masuk ke dalam kelas dengan cepat, mereka tak akan mau habis babak belur di hari yang masih pagi ini. Mereka tak akan mau, wajah mereka di beri make up dengan begoman tangan Ela.

Karena mereka tau, saat kelas satu Ela pernah memukul teman cowoknya dan membuat cowok itu hampir kritis. Hal tersebut terjadi karena teman cowoknya mengambil buku komik milik Ela dengan seenaknya, dan megoyaknya begitu saja.

Alhasil, Ela yang terbakar amarah langsung memukul cowok tersebut tanpa ampun. Jadi, mereka tak akan mau bernasib sama dengan cowok tersebut.

Tak berselang lama, Bu Mita dan seorang murid masuk ke dalam kelas. Seketika atensi para murid yang ada di kelas berubah ke arah seorang murid yang ada di sebelah Bu Mita.

"Selamat pagi anak-anak," sapa Bu Mita, wali kelas sebelas IPA Tiga.

"PAGI BU."

"Pagi ini, kelas kita kedatangan murid baru. Ayo nak, perkenalkan namamu."

Murid tersebut menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. "Baik Bu. Kenalin nama gue Nadira Prisilia, kalian bisa panggil gue Nadira dan gue pindahan dari sekolah SMA Raja Wijaya. Salam kenal"

"SALAM KENAL NADIRA"

"Oke Nadira, sekarang kamu boleh duduk disebelah Ela ya. Ela angkat tangan kamu nak," titah Bu Mita yang langsung membuat Ela mengangkat tangannya.

"Kalau begitu, bu tinggal duu ya Selamat pagi."

"PAGI BU"

Bu Mita keluar dari kelas, meninggalkan Nadira yang sudah melangkah menuju tempat duduk kosong yang ada disebelah Ela.

"Kenalin gue Ela, ini Melan dan yang disebelahnya Tara," kata Ela yang memperkenalakan dirinya dan dua cewek yang duduk didepannya.

"Gue Nadira, dan semoga kita bisa berteman dengan baik ya."

"Pasti dong, lo juga jangan sungkan ya sama kita-kita," ucap Melan yang diangguki Nadira.

NADICAKRA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang