Selamat membaca ❤️
Tiba sudah hari minggu, jangan tanyakan Nadira akan apa di hari minggu ini. Sudah pasti ia akan molor di tempat tidur kesayangannya. Padahal, jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan kurang, tapi Nadira belum juga bangun dari mimpi indahnya.
Kringggg kringg
Nada dering di handphone Nadira tiba-tiba saja berbunyi, sedangkan Nadira yang masih tertidur dan ia terlalu malas untuk mengangkat telepon saat itu juga. Ia membiarkan handphonenya bunyi begitu saja.
Tapi, nada dering itu tak kunjung berhenti dan hal ini berhasil membuat Nadira sangat kesal. Tangan kanannya meraih handphonenya yang berada di atas nakas dengan sangat malas.
"Siapa sih yang nelpon pagi-pagi kayak gini sihh, kayak gak ada kerjaan lain aja," kesalnya sambil meraih handphonenya yang berada di nakas.
Nadira mengusap mata kanannya sambil terduduk di atas kasur. Ia membaca nama orang yang ada di layar yang merupakan sang penelepon yang menggangu tidurnya.
Sedetik kemudian Nadira sangat terkejut melihat siapa yang menelponnya saat itu, bahkan matanya sampai melotot.
"Whattt Kak Cakra, ngapain kak Cakra nelpon gue coba!?"
"Ha-halo kak, ada apa ya kak?"
"Gue di depan rumah lo."
Mendengar perkataan Cakra barusan membuat Nadira berlari menuju ke jendela kamarnya, membuka sedikit kain jendelanya dan ya Cakra ada di bawah sana tepatnya di depan pagar rumah Nadira.
Di rumah Nadira tak ada satpam untuk menjaga rumahnya, sehingga Nadira harus mandiri membuka dan menutup pintu gerbangnya.
"Yaudah, sekarang gue kedepan," ujar Nadira yang bingung harus melakukan apa.
Nadira langsung keluar dari kamarnya, menuruni tangga, dan berjalan menuju ke depan rumahnya.
"Kakak ngapain pagi-pagi ke sini?" tanya Nadira yang bingung dengan Cakra yang sekarang ada di depannya.
"Lo baru bangun tidur?" tanya Cakra balik yang membuat Nadira menatap ke bajunya yang ia pakai.
Bahkan Nadira saja lupa bahwa ia masih memakai baju tidur berwarna biru polos miliknya.
"Itu gak penting, yang penting itu kakak ngapain pagi-pagi kesini? ke rumah gue?"
"Gue mau ajak lo jalan," tukas Cakra enteng yang membuat Nadira melongo.
Bagaimana mungkin seorang cewek bisa langsung siap ketika diajak jalan? cewek itu ribet kalau di ajak pergi, dari yang harus mencari baju, menata rambut hingga make up nya yang sangat lama.
"Kakak tau ini jam berapa kan?!"
"Jam tujuh lewat tiga puluh tiga menit dua puluh enam detik," jawab Cakra tanpa melihat jam.
Segabut itu kah Cakra sampai-sampai detik waktu saja di hitung.
"Yaudah gini aja, kakak beneran mau ngajak gue jalan?"
"Iya."
"Yaudah gue siap-siap dulu, kakak nunggu di dalem aja ya," kata Nadira yang hanya dijawab deheman.
****
Dua puluh menit berlalu.
"Kak," panggil Nadira yang membuat Cakra menatap datar ke arahnya.
Lalu terlihatlah Nadira yang memakai kaos putih lengan pendek, celana jeans, juga sepatu berwarna hitam putih. Rambut yang dikuncir kuda dan tas samping berwarna hitam.
Lain halnya dengan Cakra, kalian pasti sudah bisa menebak ia memakai pakaian apa . Yaps, jaket hitam, jeans hitam dan sepatu hitam miliknya.
"Gue udah siap."
Cakra bangkit dari duduknya lalu berjalan ke arah depan rumah yang diikuti oleh Nadira.
"Nih," Cakra langsung menyodorkan sebuah helm bogo berwarna hitam kepada Nadira yang langsung di pakai Nadira.
"Kak kita mau ke mana?" tanya Nadira sambil menaiki motor.
"Nanti juga lo tau," jawab Cakra yang langsung menjalankan motornya dengan kecepatan rata-rata.
Motor Cakra terus melesat, karena hari masih pagi akhirnya mereka sampai ke tempat tujuan dengan cepat.
"Cafe Alunan," ucap Nadira saat mereka sampai di sebuah Cafe yang sangat aesthetik.
"Ini Cafe kedua gue, namanya Cafe Alunan. Gue mau lo jadi pengunjung pertama gue disini," ujar Cakra yang membuat Nadira menatap ke arahnya.
Awalnya Nadira sedikit tersipu, tapi ia berusaha untuk menutupi hal itu.
"O-oke."
****
Nadira menatap sekeliling Cafe, indah dan sangat nyaman untuk sekedar tempat tongkrongan ataupun tempat berfoto.
Lalu seorang cowok datang dengan membawa buku menu dan orang itu tak lain adalah Cakra.
"Silahkan di pesan."
"Masa pelayan kayak gitu, senyum dong ciss," canda Nadira.
Tapi Cakra tak ingin senyum, ia hanya menunjukkan giginya lalu membuat muka datar kembali.
Melihat wajah Cakra yang seperti itu membuat Nadira tertawa. Jarang sekali ia melihat Cakra bercanda seperti itu.
"Kakak lucu."
Selasa,5 April 2022
Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhan ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
NADICAKRA (End)
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ❤️ Dia Cakra Denta Emilio, seorang cowok tampan, kaya, pintar, jago bela diri, dan seorang cowok yang sangat suka dengan warna hitam. Bahkan ia juga sering di panggil dengan nama Sang Hitam. Dia Nadira Prisilia, seorang c...