Selamat membaca ❤️
"Pagi guysss," sapa Ela pada ketiga temannya dengan senyum yang sangat sumringah.
"Pagi," jawab ketiganya yang sedikit bingung dengan Ela.
Ela duduk dan meletakkan tasnya.
"Lo sakit ya?" tanya Melan.
"Lo gila?" tanya Tara lagi.
"Lebih dari itu, gue benar-benar bahagia banget," ucapnya lagi dengan senyuman.
"Emang apa yang buat lo bahagia?"
"Jadi tuh gini ceritanya....."
Ela langsung saja menceritakan tentang kejadian dirinya bersama Abrar pada hari sabtu.
"Anjir, kak kucing ternyata sweet juga. Ahhhhhh kok jadi gue yang baper sih," ucap Tara setelah selesai mendengarkan cerita Ela.
"Gila sih, kak Abrar dengan mudahnya kayak gitu. Wow amazing, fix sih orang yang miliki dia pasti beruntung," ucap Melan yang agak lebay.
"Jadi kalian tau kan, kenapa gue suka sama kak Abrar? itu alasannya," ucap Ela.
"Tapi kok lo bisa tau sih, kalo kak Abrar orangnya kayak gitu dan lo bisa suka sama dia ?" tanya Melan.
"Karena hantu," ucap Ela yang membuat ketiga temannya sangat terkejut.
"Gue pernah duduk di taman dekat rumah kak Abrar, terus gue ketemu hantu. Terus gue tanya, 'lo penghuni mana?' terus dia jawab 'gue penghuni rumah itu' dan dia nunjuk ke rumah kak Abrar. Sebelum itu gue belum tau kalo itu rumah kak Abrar, jadi gue tanya lagi. 'Apa yang buat lo betah di situ dan siapa orang yang tinggal di situ?' terus dijawab 'aku betah karena penghuninya orangnya baik' terus dia bilang salah satu penghuni rumah itu adalah kak Abrar. Kaget dong gue, ternyata kak Abrar yang pemalu itu orangnya baik dan mulai saat itu gue suka sama dia."
"Kok gampang banget sih, pengen juga gue punya indra," ucap Tara.
"Jangan, gue aja kalo bisa ditutup gue mau ditutup. Gak nyaman soalnya."
"Oh iya satu lagi, ada hal yang belum gue tau tentang kak Abrar. Yaitu penyebab kenapa dia jadi orang yang pemalu."
"Pagi anak-anak," sapa seorang guru yang baru saja masuk ke kelas yang membuat percakapan mereka terhenti.
****
Ini kali ketiga Nadira pulang bersama Cakra yang sudah pasti dengan paksaan Cakra. Walau Nadira menolak tapi Cakra selalu saja memaksa.
Motor Cakra terus melesat dengan kecepatan rata-rata, membuat Nadira bisa menikmati pemandangan sekitar. Meneliti setiap tempat-tempat yang ia lewati.
Tapi, Nadira masih memikirkan tentang apa yang dikatakan Ela, tentang alasan kenapa Abrar menjadi orang yang pemalu yang membuatnya sedikit melamun.
Cakra yang melihat Nadira melamun dari kaca spion pun menghentikan motornya secara tiba-tiba, yang membuat Nadira hampir menubruk punggung Cakra dari belakang.
"Jangan bengong, entar kesambet," ucap Cakra datar dan langsung menjalankan motornya kembali.
'Dasar tukang paksa,' kesal Nadira dalam hati yang menatap Cakra dari samping.
Tapi Nadira baru tersadar, ternyata jalan yang mereka lewati bukanlah jalan menuju rumah Nadira. Tak tau entah kemana, tapi Nadira mencoba untuk bertanya kepada Cakra.
"Kak, kita mau ke mana ?" tanyanya pada Cakra.
Tapi Cakra tak menjawabnya sama sekali, membuat Nadira semakin kesal dengan Cakra. Bahkan wajah Nadira saja sudah cemberut yang membuat kesan imut untuk dirinya.
Berbeda dengan Cakra, ia malah tersenyum tipis melihat wajah cemberut Nadira dari kaca spionnya.
Motor Cakra berhenti tepat di depan sebuah perpustakaan yang cukup terkenal, Cakra langsung masuk ke dalam perpustakaan tersebut dan meninggalkan Nadira di parkiran tanpa memperdulikan Nadira yang masih sangat kesal kepadanya.
Tapi Nadira tetap mengikuti kemana Cakra pergi, Nadira mengikuti Cakra yang sedang mencari-cari buku.
"Gak usah cemberut, lo jelek kalo cemberut," ejek Cakra datar sambil memilih-milih buku.
Nadira yang mendengar hal itu pun naik pitam, tangannya sudah terkepal ke arah atas.
"Lo mau ngapain?" sergap Cakra yang melihat tangan Nadira ke atas.
Nadira gelagapan," Gu-gue mau ngambil buku ini kok hehe," gugup Nadira yang mengambil buku secara asal.
"Lo suka belajar kimia?" tanya Cakra yang mengambil buku yang dipegang Nadira.
'Mampus, gue salah ambil buku lagi,' rutuk Nadira dalam hati.
"Su-suka, suka" bohong Nadira.
"Yaudah kapan-kapan kita belajar bareng."
Mendengarkan kata-kata dari Cakra hanya membuat Nadira tersenyum kikuk dan menganggukkan kepalanya secara ragu.
'Mampus.'
"Lo duluan duduk di kursi depan, gue masih agak lama. Jadi lo baca buku yang lo pinjem, hari sabtu kita belajar bareng," ucap Cakra datar sambil mencari buku.
Nadira berjalan ke depan sambil menatap buku kimia yang ia pegang tanpa melihat jalan. Hal itu membuatnya menabrak seseorang dan buku yang sedang ia pegang terjatuh ke lantai.
"Oh maaf-maaf, saya gak sengaja," ucapnya kepada orang yang ditabraknya.
Baru saja Nadira mau mengambil buku itu, tapi seorang cowok sudah mengambil bukunya duluan. Ia menatap cowok itu, seperti tak asing menurutnya. Setelah ia menatap wajah cowok itu ia baru tersadar kalau orang tersebut adalah
"Alan."
Senin, 21 Maret 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
NADICAKRA (End)
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ❤️ Dia Cakra Denta Emilio, seorang cowok tampan, kaya, pintar, jago bela diri, dan seorang cowok yang sangat suka dengan warna hitam. Bahkan ia juga sering di panggil dengan nama Sang Hitam. Dia Nadira Prisilia, seorang c...