Ragu Akan Hati

998 70 0
                                    

Selamat membaca ❤️

"Guys, Pak Danu gak datang," ucap Tio yang membuat satu kelas kegirangan.

"Yes, free class," senang Tara.

"Guys, cabut keluar yuk," ajak Tara kepada ketiga temannya.

"Ayolah, gue juga bosen kalo terus di dalam kelas," kata Melan.

Lalu Tara, Melan, Ela, dan Nadira pun keluar dari kelas. Baru saja beberapa langkah keluar dari kelas, tapi mereka berempat berhenti secara tiba-tiba karena Tara.

"Guys, guys, guys" ucapnya yang membuat mereka berhenti sambil menghalangi mereka.

"Kenapa sih Tar?" ucap Melan yang sedikit kesal.

"Tau nih, tiba-tiba berhenti," saut Ela sambil memegang permen lolipopnya.

"Itu kak Cakra bukan sih?" ucapnya yang menunjuk ke arah seorang cowok yang sedang dihukum di lapangan.

"Eh iya ya, itu kan kak Cakra," saut Melan sambil menatap ke arah Cakra.

"Emang kak Cakra dihukum karena apa ya? " tanya Tara bingung.

"Gak tau deh," jawab Melan.

Tapi berbeda dengan Nadira, dia terus menatap ke arah Cakra bahkan ia tak mendengarkan percakapan teman-temannya itu.

'Kenapa gue jadi kasihan ya sama kak Cakra? Dan kenapa juga kejadian ini mengingatkan gue sama dia!' ucap Nadira dalam hati yang masih tetap memperhatikan Cakra.

"Nad, Nadira."

"Ha, i-iya," kaget Nadira yang sedikit gelagapan karena panggilan Tara yang membuyarkan lamunannya.

"Cie cie, Nadira diam-diam liatin kak Cakra cie cie," tuduh Tara yang memang benar.

"Eh, eng-enggak kok," kata Nadira yang makin gelagapan.

"Yaelah Nad, santai aja kali. Kalo suka yaudah suka aja kali, lo boleh liatin kak Cakra sepuasnya kok. Asal hal itu gak buat kak Cakra risih," ucap Melan yang diangguki Tara dan Ela.

Ucapan Melan membuat Nadira terdiam, ia kembali melihat ke arah Cakra yang masih berdiri di lapangan dengan matahari yang sedikit terik.

'Haruskah aku membuka hatiku kembali.'

"Yaudah yuk cabut, gue bosen nih di sini," ucap Ela

"CAKRA."

Teriakan itu cukup kuat dan bisa didengar oleh para cewek-cewek itu, teriakan yang cukup mereka kenal dan orang itu tak lain adalah Daren.

Bahkan Ela yang tadinya mengajak pergi dari tempat itu malah membalikkan badannya, karena dia tau pasti sang gebetan yaitu Abrar pasti ada di situ.

"Mulai deh mulai, yang ngajak pigi siapa yang menetap siapa. Memang nih anak satu beda ya," omel Tara yang sudah berjalan dua langkah.

"Yaelah santai kali Mel, namanya juga ketemu gebetan," ucap Melan yang membela Ela.

Ela yang melihat Abrar yang berada tak jauh dari depannya pun langsung tersenyum miring, melipat tangannya di dada sambil memegang permen lolipop.

Tapi mereka berempat cukup terkejut saat tiba-tiba saja Cakra dan ketiga temannya mendekat ke arah mereka, sedangkan yang didekati cukup bingung dengan hal ini.

Cakra terus berjalan hingga dia berdiri tepat di depan Nadira.

"Nih, punya lo," ucapnya cepat dan datar sambil menyerahkan sebuah kertas.

Nadira yang melihat kertas itu langsung saja merampasnya, sedangkan yang lainnya hanya memperhatikan interaksi antara Cakra dan Nadira.

"Kayaknya ada sesuatu diantara mereka," bisik Tara kepada orang yang ada di sebelahnya sambil melipat tangannya di dada.

"Iya, gue setuju sama lo," ucap orang yang berada di sebelah Tara sambil menyandarkan satu tangannya di bahu Tara, yang tak lain adalah Daren.

Nadira melihat kertas itu dan Cakra secara bergantian.

"Loh apa-apaan sih," teriak Tara tiba-tiba yang mengalihkan mereka semua.

"Gara-gara lo gue harus mandi kembang tujuh rupa."

"Yaelah cuman kayak gini doang, lebay amat lo," ucap Daren yang kembali menyandarkan tangannya di bahu Tara.

"Awas deh lo, dasar Playboy."

"Dasar cerewet," balas Daren.

"Lo."

"Ya, lo."

"Pulang sekolah lo bareng gue, dan gak ada penolakan," bisik Cakra tiba-tiba kepada Nadira dengan sedikit dingin. Sedangkan Nadira, hanya menatap ke arah wajah Cakra dengan sedikit datar.

Selasa, 8 Maret 2022

NADICAKRA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang