Selamat membaca ❤️"Nah ini dia orang yang hutang penjelasan sama kita, sini loh," sergah Tara yang sudah seperti seorang preman sambil menarik-narik tangan Melan.
"Apaan sih?"
Melan yang di tarik pun sedikit risi tapi tetap mengikuti Tara dari belakang, lalu mereka berempat langsung duduk di kursinya masing-masing.
"Sekarang, lo harus jelasin ke kita bertiga soal kemarin lo pulang sama kak Galen."
'Kena sidang dah gue,' kesal Melan.
Melan hanya menatap malas ke arah Tara, Nadira, dan juga Ela secara bergantian. Andai saja mereka tau akhir dari kisah Galen dan Melan kemarin.
"Iya, iya gue jelasin. Jadi gini ceritanya……"
Melan langsung saja menceritakan kejadian yang ada di perpustakaan kemarin. Dari awal dia membantu Galen hingga Galen yang tersenyum manis padanya.
"Whatt, jadi kak Galen ngajak lo beli buku di Gramedia?" heboh Tara yang diangguki Melan.
"Yoi."
"Tapi, dari yang gue liat. Kok lo kayak murung gitu sih?" tanya Nadira yang bingung pada sikap Melan.
"Tau nih."
"Gimana gak murung, orang kak Galen aja semalam beli buku juga dan buku itu katanya mau di kasih sama gebetan dia. Mana bukunya di titipin ke gue lagi," ucapnya dengan wajah yang sangat-sangat murung.
Tetapi ucapan Melan berhasil membuat ketiga temannya tertawa keras, sedangkan Melan malah semakin murung karena hal itu.
'Sesuai dugaan.'
"Buset, sad girl bhahaha."
"Anjir lu."
"Eh tapi tunggu-tunggu, kalo misalnya dia mau ngasih ke gebetannya. Kenapa gak ngasih langsung aja? Kenapa harus di titipin ke lo?" heran Ela.
"Nah itu dia masalahnya, soalnya kak Galen bilang mau ngasih buku itu kalo dia udah siap."
"Siap? siap untuk?"
"Nembak gebetannya."
"Bhahahahahhaha," tawa Ela, Tara, dan Nadira bercampur aduk sampai hampir memenuhi seluruh ruangan kelas.
"The real sad girl."
"Malangnya nasibmu kawan bhahahah."
*****
Saat ini Cakra dan Nadira sedang berada di Taman Rasa sambil memakan semangkuk es krim stroberi yang berada di tangan mereka.
"Kamu udah dapet berita soal papa kamu?" tanya Cakra sambil menatap Nadira yang memasukkan es krim ke mulutnya.
Nadira menatap ke arah Cakra, lalu menggelengkan kepalanya dengan sedikit kuat.
"Kamu udah dapat?" tanyanya balik.
"Hemm kasih tau gak ya," ucap Cakra dengan jail.
Lantas Nadira langsung membuat wajah cemberut, ia kesal dengan Cakra yang masih saja jail di saat-saat serius seperti ini.
"Serius ihhh."
"Hahaha iya, iya. Gemes banget sih," ucapnya sambil mencubit pipi Nadira pelan.
"Aku udah dapet beberapa berita tentang papa kamu."
"Seriusan?" tanyanya yang membuat Cakra menganggukan kepalanya.
"Iya, setelah aku luncurkan beberapa orang suruhan -"
"Hah ? Orang suruhan?"
Nadira cengo sendiri mendengar kata 'orang suruhan' dari mulut Cakra. Lantas hal itu pun berhasil membuat Cakra terkekeh kecil.
"Iya, aku punya beberapa orang yang aku suruh langsung untuk cari berita tentang papa kamu."
"Ngapain pakai kayak begituan sih Cakra?"
"Jadi mau pakai cara gimana lagi hmm? kamu tau kan kalo keluarga kamu tertutup."
Yaps, Nadira langsung bungkam dengan perkataan Cakra. Memang benar kalau keluarga Nadira benar-benar tertutup, bahkan dia sendiri saja tidak tau keluarga aslinya kalau tidak membaca surat itu. Surat perjanjian antara keluarga mama dan papanya.
"Jadi, emm berita apa aja yang udah kamu dapet?"
"Kamu tau kan berita tentang mol yang katanya mau di buka itu?"
Nadira sedikit mengerutkan keningnya, lalu menganggukkan kepalanya.
"Iya aku tau, emang kenapa?"
"Mol itu adalah milik papa kamu, dan mol itu adalah cabang kesepuluhnya."
"Hah? cabang kesepuluh?"
"Iya, itu masih cabang yang ada di Indonesia. Belum lagi yang ada di luar negeri, dan inget itu masih mol. Belum lagi hotel dan beberapa perusahaan yang dipimpin langsung oleh papa kamu."
"Wah gila sih, papa aku kaya banget ternyata."
Bahkan, Nadira yang notabenya anak dari Arsenio Fathian Reihandra tercengang mendengarkan kekayaan papanya sendiri.
Sedangkan Cakra yang mendengarkan kata Nadira lagi-lagi dibuat terkekeh kecil. Dia sangat suka dengan wajah heboh dari Nadira.
"Tapi ada lo yang lebih kaya dari papa kamu."
"Hah?"
"Iya, keluarga kita berdua nantinya."
Blusss
"A-apaan sih, aneh kamu."
"Jadi kamu gak mau menua bareng cogan satu ini? hemm"
"Idihh."
Nadira menatap Cakra dengan tatapan mengintimidasi. Lalu,
"Ya mau lah hahaha, iya kali gak mau."
"Ada-ada aja ya kamu ini," ucap Cakra sambil mengacak rambutnya Nadira.
"Cakra ihhh, jadi berantakan kan rambut aku. Hemm."
"Iya, iya, ini aku rapiin."
Cakra langsung saja merapika rambut Nadira, lalu menyelipkan rambut Nadira di belakang telinganya. Ia tertegun menatap Nadira yang memakan es krim nya yang sudah sedikit mencair.
'Cantik.'
Cakra kali ini benar-benar tertegun, ia terus menatap Nadira yang sudah beberapa kali memakan es krim nya.
'Mirip seperti Nada. '
Sabtu, 2 juli 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
NADICAKRA (End)
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ❤️ Dia Cakra Denta Emilio, seorang cowok tampan, kaya, pintar, jago bela diri, dan seorang cowok yang sangat suka dengan warna hitam. Bahkan ia juga sering di panggil dengan nama Sang Hitam. Dia Nadira Prisilia, seorang c...