Selamat membaca ❤"Kamu beneran gak papa mama tinggal selama sebulan?" tanya mama Nadira dengan sangat khawatir.
"Aku gak papa kok ma," jawab Nadira yang kelewat santai.
Pagi ini tepatnya pukul 06:00 wib, mama Nadira ingin pergi dan meninggalkan Nadira selama sebulan.
Setelah kejadian kemarin yang terungkap bahwa Nadira berpacaran dengan Cakra, dan berakhir membuat Cakra harus meneraktir temannya dan juga teman Nadira di cafe Alunan. Hingga membuat mereka harus pulang jam sebelas malam dan untung saja mama Nadira tidak marah.
"Beneran?" tanya mamanya lagi.
Mama Nadira benar-benar sangat khawatir dengan Nadira yang tinggal sendirian. Tapi Nadira malah santai-santai saja, karena hal ini juga akan menjadi peluang besar agar ia bisa mencari tahu tentang papanya dan membaca berkas-berkas yang selalu di simpan di kamar mamanya.
"Iya ma."
Mama Nadira yang sudah siap dengan dua koper di sebelahnya pun memegang kedua pundak Nadira.
"Yaudah, kalo kamu ada apa-apa langsung telepon ke mama ya."
"Iya mamaku sayang."
"Atau suruh aja Cakra sering-sering ke sini, biar dia bisa jagain kamu," ujar mamanya dengan wajah sumringah.
"Ma, jangan mulai deh," kesal Nadira dan membuat mamanya sedikit terkekeh.
"Yaudah mama pergi dulu ya," ucap mamanya sambil memeluk Nadira dan langsung dibalas oleh Nadira.
"Iya ma."
"Hati-hati ya," sapa Nadira ketika mamanya sudah masuk ke dalam mobil sambil melambaikan tangannya.
"Saatnya beraksi."
Saat sudah memastikan bahwa mamanya sudah pergi, Nadira langsung masuk ke dalam rumahnya. Tujuannya sekarang adalah kamar mamanya.
Sesampainya di kamar mamanya, Nadira langsung menuju ke lemari besar yang berisi baju-baju mamanya.
Ia membuka laci yang ada lemari itu, dan tatapan pertamanya tertuju pada surat putih yang berada di paling atas.
Nadira mengambil surat itu dari laci, dan duduk tepat di pinggir tempat tidur mamanya. Tapi, saat membaca judul berkas itu Nadira di buat bingung.
"Perjanjian pernikahan," monolognya dengan bingung.
"Maksudnya apa perjanjian pernikahan?" tanyanya pada dirinya sendiri.
"Gue foto aja deh nih surat," ujar Nadira sambil mengambil handphone yang ada di sebelahnya.
Baru saja Nadira mengambil handphonenya untuk memfoto surat tersebut, tapi ia buru-buru membereskan semua berkas itu karena waktu sudah sudah menunjukkan pukul 06:30 wib.
"Mampus gue," umpatnya sambil memasukkan berkas ke dalam laci dengan cepat.
****
"Lo kok lama banget sih?" tanya Melan pada Nadira yang baru saja datang.
"Iya, gue kesiangan hehehe," bohong Nadira.
"Untung aja lo gak terlambat," sambung Tara.
"Kayaknya kita perlu suruh kak Cakra jemput dia tiap pagi deh, biar gak terlambat," ujar Melan yang membuat Nadira terkejut.
"Gak, gak, gak. Yang ada, gue yang makin ketahuan kalo gue ada hubungan sama kak Cakra."
"Kan emang iya," kata Tara.
"Ya kan gue mau nutupi hal itu," ucapnya dengan serius.
"Iya deh iya."
"Oh iya, lo pada udah siap ngerjain tugas dari bu Yola? Yang disuruh buat kata-kata quotes?" tanya Ela.
"Udah dong," jawab Melan, Nadira, dan Tara secara serentak.
"Pagi anak-anak."
"Pagi bu."
"Oke, ibu mau tagih tugas kalian yang ibu suruh buat kata-kata quotes tentang cinta."
"Yahh," ucap satu kelas dengan kesal.
"Sudah-sudah, ibu akan mulai dari absen pertama ya."
"Arai, ayo maju ke depan."
Siswa maupun siswi maju kedepan kelas secara bergantian, dan kini giliran Ela.
"Diamku bukan berarti ku tak ada rasa, tetapi diam ku akan selalu mengagumimu walau ku tak tau kau memiliki rasa kepada ku atau tidak sama sekali," kata Ela datar.
"Kalo Ela mah, udah pasti menyuarakan hatinya tentang kak Abrar," tebak Tara yang memang benar.
Lalu giliran Melan, "Senyumanmu begitu manis, sehingga membuatku menyukai rasa manis itu," kata Melan dengan tersenyum.
Kini giliran Nadira," Biarkan aku yang menjadi mataharimu ketika kau sedang hujan, sehingga kita bisa membuat pelangi yang indah. Tapi, aku juga berharap kau akan menjadi matahariku ketika aku sedang hujan, sehingga pelangi akan tetap bersinar," kata Nadira.
"Anjay," ucap Tio tanpa sadar dan membuat satu kelas menatap ke arahnya.
"Siapa itu?" tanya bu Lola.
"Tio bu," teriak Derlan sambil menunjuk ke arah Tio.
"Tio maju ke depan."
"Ta-tapi bu-"
"Gak ada tapi-tapian, maju ke depan."
Tio berjalan dengan lesu menuju ke depan kelas sambil membawa buku tulisnya.
"Ayo baca."
"Baik bu. Huh, rasa yang berbeda tak akan pernah bersatu, tetapi rasa ini akan tetap mengagumi dari jauh," kata Tio sambil menatap Ela secara sekilas.
"Bagus, bagus. Sekarang giliran Tara."
"Cinta tak pasti dari mu selalu mengombang-ambingkan hatiku, sedangkan cinta dari dia selalu datang secara tiba-tiba yang membuat aku bimbang."
"Hah, emang siapa yang datang tiba-tiba?" tanya Melan bingung.
"Iya, gue juga bingung," sambung Nadira.
"Gak perlu bingung, gue yakin dia pasti suka sama dua cowok sekaligus," ujar Ela yang membuat Nadira dan Melan menatap ke arahnya.
Senin, 9 Mei 2022
Bye
KAMU SEDANG MEMBACA
NADICAKRA (End)
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ❤️ Dia Cakra Denta Emilio, seorang cowok tampan, kaya, pintar, jago bela diri, dan seorang cowok yang sangat suka dengan warna hitam. Bahkan ia juga sering di panggil dengan nama Sang Hitam. Dia Nadira Prisilia, seorang c...