Tumbukan Ela

444 32 0
                                    


Selamat membaca ❤️

Malam ini Ela duduk tepat di balkon kamarnya, menikmati udara malam yang perlahan menusuk tubuhnya.

Hari ini ia tidak tidur di rumah Nadira karena kedua orangtuanya harus keluar kota dan hal itu mengharuskan Ela untuk tetap tinggal di rumah.

Ela melipat kedua tangannya di dada, pikirannya berkecamuk tentang Abrar yang selalu membuatnya bertanda tanya. Hari ini Abrar tetap menjadi Abrar yang dingin dan datar, dan hal itu semakin membuat Ela pusing memikirkan Abrar.

"Apa gue ajak ketemuan aja ya kak Abrar?" ucapnya dengan sedikit ragu.

Lalu Ela meraih handphonenya yang ada di meja. Ia menuliskan sebuah pesan kepada Abrar, tapi ia hapus lagi karena ia ragu apakah ia harus mengajak Abrar atau tidak.

"Ajak aja deh."

Akak Abrar 😊

                                        Kak ini gue Ela
                           Bisa ketemuan gak di   taman rasa?

Bisa
Jam?

                                 Sekarang bisa   enggak?

Bisa
Gue otw

"Saatnya beraksi."

    
                              ****

Saat ini Abrar sudah sampai di taman rasa, ia duduk di salah satu tempat duduk di taman itu.

Taman rasa saat itu sangat sepi, bahkan tak ada satu orang pun karena hari yang sudah sangat malam. Ia menatap sekeliling, mencari sosok yang tadi mengajaknya ketemuan yang saat itu belum kelihatan sama sekali.

Sepuluh menit ia sudah menunggu Ela, tapi Ela tak kunjung datang juga.

"Ke mana dia?" tanyanya pada dirinya sendiri dengan datar.

Abrar berdiri dari duduknya, ia menatap sekeliling taman. Ia menatap dari arah pintu masuk yang bertepatan di sebelah kanannya, lalu melihat sekeliling taman lagi. Dan tiba-tiba

Bugh

Satu bogeman mentah mendarat di pipi Abrar.

"LO APA-APAAN SIH? HAH!?" kesal Abrar dengan amarah pada Ela yang baru saja datang langsung membogem pipi kanannya.

"YANG ADA KAKAK YANG KENAPA."

"MAKSUD LO APA? HAH!?"

"Kakak berubah, kakak bukan kak Abrar yang aku kenal. Kak Abrar yang aku kenal itu, kak Abrar yang pemalu, kak Abrar yang aku suka itu bukan kak Abrar yang datar kayak gini, dan kak Abrar yang aku suka bukan kak Abrar yang dingin kayak gini juga," ucap Ela yang tanpa sadar telah mengungkapkan seluruh hatinya kepada Abrar.

"Jadi lo suka sama gue?" tanya Abrar dengan nada turun satu oktaf yang membuat Ela sedikit terkejut.

"Iya."

'Keceplosan, keceplosan dah situ orang gue emang beneran suka sama nih orang,' ucap Ela dalam hati yang menyadari dengan apa yang dia katakan tadi.

Grebbb

"Maaf."

Ela yang dipeluk secara tiba-tiba dibuat sangat terkejut, bahkan jantungnya sudah berdetak dengan tak karuan.

'Astaga, jantung gue gak aman.'

Tapi Ela berusaha tetap tenang dan menutupi rasa terkejutnya itu.

"Maafin gue. Maaf, karena gue buat lo gak nyaman, dan maaf karena sikap gue yang berubah," ucap Abrar dengan sangat tulus.

Ela yang mendengar perkataan Abrar seketika luluh, dan membuatnya sangat gugup.

"Kakak gak perlu minta maaf sama gue, kakak seharusnya minta maaf sama diri kakak sendiri," ucap Ela saat pelukan mereka sudah terlepas.

"Iya, gue tau gue salah, Gue gak jadi diri gue yang sebenarnya. Tapi, ada alasan yang membuat gue jadi dingin kayak tadi," ungkap Abrar yang membuat kening Ela berkerut seolah-olah bertanya tentang alasan Abrar yang berubah secara tiba-tiba.

"Maaf, untuk hal itu gue belum bisa cerita ke orang lain," sambung Abrar yang disenyumi Ela.

"Iya, gak papa kok kak. Lagian kan, gak semua hal yang kita rasai harus kita ceritain ke orang lain kan ?"

Ela mengerti dengan perasaan Abrar saat itu, dan ia juga yakin ada alasan yang membuat Abrar berubah.

"Iya."

Ela mendekati Abrar, lalu tangan kanannya mengelus-elus pipi Abrar yang sedikit membiru karena ulahnya tadi.

"Biar cepet sembuh, dan maaf juga karena udah numbuk kakak," ucap Ela yang masih mengelus-elus pipi Abrar.

Abrar hanya tersenyum malu dengan sikap yang dilakukan Ela, ia seperti tak bisa berbuat apapun.

"Makasih ya," ucap Abrar yang membuat tangan Ela berhenti mengelus-elus pipi Abrar.

"Untuk?" tanya Ela dengan kening yang agak berkerut.

"Karena lo udah sadarin gue, kalo gue salah," ucap Abrar yang diangguki Ela.

Sabtu, 4 juni 2022

Bye

NADICAKRA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang