Selamat membaca ❤Hari minggu tiba, dan waktu sudah menunjukkan pukul dua belas lewat lima menit siang hari. Nadira sudah bersiap-siap untuk pergi ke Cafe Nada, yaitu Cafe pertama yang dibuat oleh Cakra. Dan Cafe yang dipersembahkan untuk Nada.
Setelah selesai, Nadira langsung berangkat ke Cafe Nada dengan diantar oleh supirnya yaitu Pak Morgan.
Kini Nadira telah sampai di Cafe Nada, Cafe sederhana yang sangat aesthetic.
Kringgg
Lonceng di pintu berbunyi saat Nadira membuka pintu Cafe.
Kesan pertama saat Nadira masuk ke Cafe Nada adalah kenyamanan di Cafe itu. Cafe yang bernuabsa warna putih itu sangat tenang untuk dinikmati saat waktu luang dan kalau Nadira boleh jujur Cafe Nada lebih menenangkan dibandingkan Cafe Alunan.
Dari Cafe ini Nadira dapat merasakan bagaimana nyamannya Cakra saat ia berdekatan dengan Nada. Nadira dengan mudah bisa menebak hal itu, karena Cafe kedua Cakra adalah nyamannya Cakra saat dekat dengan Nadira.
Nadira duduk di bangku yang berada tepat di sebelah kaca yang jadi pembatas antara luar dan dalam Cafe, sehingga ia bisa melihat jalan yang ada di depan Cafe. Ia juga memesan latte art yang ada di sana.
9 September 2020
Dear diary
Memang benar ya, melupakan tak semudah yang kita kira. Jika hanya menyuruh orang lain melupakan, itu memang mudah.
Tapi kita tak pernah membayangkan, bagaimana kalau kita menjadi dia. Dia yang terus berusaha melupakan dan yang terus di tekan untuk melupakan orang yang harus dilupakan.
Semua butuh proses, seperti pelangi yang terlahir karena adanya hujan dan matahari yang datang bersamaan.
Kita mungkin bisa saja menjadi hujan yang sedih, dan kita juga bisa menjadi matahari yang ceria sehingga hal itu bisa membentuk pelangi.
Jujur saja, aku tak pernah mengikuti kata hatiku karna aku tak bisa mendengar kata hatiku. Sulit untuk mendengarkan kata hati, sehingga aku terus berusaha untuk meyakinkan diriku.
Diriku yang masih berusaha melupakan dia.
CAFE NADA
DARI AKU, NADIRA.
Setelah menuliskan kata-kata itu di diary nya, Nadira meminum latte art yang tadi ia pesan. Lalu, menatap ke arah jalanan yang tidak terlalu ramai. Sehingga membuat Nadira sangat tenang.
****
Malam tiba, Cakra sedang berada di balkon kamarnya sambil menikmati dinginnya malam. Ia sangat menikmati udara malam yang menusuk tubuhnya, dan ia tak kedinginan sama sekali.
Kringg
Handphone Cakra berdering, dan langsung diangkat olehnya saat itu juga.
"Cak, Cafe Alunan di serang!" ucap Daren dengan sangat panik.
"Gue kesana," jawab Cakra cepat yang langsung memutuskan sambungan telepon secara sepihak.
Cakra langsung mengambil kunci motor dan jaket hitam yang biasa ia pakai. Cakra membawa motornya dengan ugal-ugalan, tujuan sekarang adalah Cafe Alunan.
Ia sangat terkejut dengan apa yang dikatakan Daren, bahwa Cafe Alunan telah di serang.
Cakra memang bukan lagi anak geng motor, tapi ia masih memiliki musuh yang kapan saja bisa menyerangnya.
Sesampainya di Cafe Cakra di buat bingung, bagaimana tidak bingung melihat Cafe yang baik-baik saja padahal kata Daren cafe tersebut di serang.
Kringg
Cakra masuk ke dalam Cafe, dan saat masuk ke dalam Cafe pandangan pertama Cakra lihat adalah Nadira.
"Nadira."
"Cakra."
Blamm
Semua lampu tiba-tiba mati, karena terkejut Nadira langsung memegang tangan Cakra.
"Aku disini, jangan takut," ucap Cakra yang membuat Nadira sedikit tenang sambil mengusap tangan Nadira.
Lampu kuning yang berada di atas mereka tiba-tiba hidup, tapi lampu yang lainnya tetap mati.
Lalu dari sisi kanan mereka keluarlah, Daren, Galen, Abrar, Ela, Melan, dan juga Tara.
Mereka semua menatap ke arah Nadira yang masih memegang tangan Cakra dengan tatapan mengintimidasi. Sadar akan hal itu, Nadira langsung melepaskan tangannya dari Cakra.
"Jelasin ke kita ada hubungan apa kalian sebenarnya!" tegas Daren yang berlagak seperti detektif.
"Iya, kita mau kalian ngomong jujur, sejujur-jujurnya," sambung Tara sambil melipat kedua tangannya di dada.
Cakra dan Nadira saling menatap.
"Kita harus jujur," kata Cakra yang membuat Nadira meneguk salivanya.
"Kita pacaran," ucap Cakra dan Nadira secara bersamaan.
"WHAATT," teriak mereka kecuali Ela dan juga Abrar.
"Tunggu-tunggu, otak gue ngelek. Jadi kalian berdua beneran pacaran gitu?" bingung Galen.
"Iya," jawab Cakra dan Nadira.
"Kenapa lo gak bilang ke kita Nadira?" kesal Melan.
"Iya, hal ini kan penting gitu!" sambung Tara.
"Karena gue gak mau satu sekolah tau, kalo gue dan kak Cakra pacaran," jawab Nadira.
"Kalo soal itu, kan kita semua bisa tutup mulut," ucap Melan.
"Iya," jawab Tara dan Daren secara bersamaan.
"Gak usah ikut-ikut deh lo, gue jawab iya lo ngikut jawab iya juga," kesal Tara.
"Idih, siapa juga yang ikut-ikut lo. Yang ada lo yang ikut-ikut gue," jawab Daren dengan sedikit sewot.
Rabu, 4 Mei 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
NADICAKRA (End)
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ❤️ Dia Cakra Denta Emilio, seorang cowok tampan, kaya, pintar, jago bela diri, dan seorang cowok yang sangat suka dengan warna hitam. Bahkan ia juga sering di panggil dengan nama Sang Hitam. Dia Nadira Prisilia, seorang c...