Markas The Black

439 35 0
                                    

Nih, mungkin ada dari kalian yang penasaran sama markas The Black

Oke, selamat membaca ya❤️

Brummm brumm

Dua buah motor ninja hitam melesat masuk ke dalam sebuah rumah yang sangat mewah. Sang pengendara dari dua motor ninja hitam itu tak lain dan tak bukan adalah Galen dan Daren.

Saat sampai di parkiran, meereka berdua langsung melepaskan helm hitam yang tadi mereka pakai.

"Ketua sama sang penasehat belum dateng nih," ucap Galen setelah membuka helm hitamnya.

"Tau tuh. Kita masuk duluan aja kalo gak," sambung Daren yang diangguki Galen.

Lalu mereka berdua masuk ke dalam rumah mewah itu yang tak lain adalah markas mereka berempat yang dibeli langsung oleh Cakra.

"Siang tuan," sapa seorang pembantu setengah paruh baya dengan senyuman saat mereka masuk di marksa itu.

"Siang mbok Rati," jawab Galen dan Daren dengan senyum.

Mbok Rati adalah seorang pembantu yang ada di markas mereka, tetapi mbok Rati tidak sendirian di markas itu. Di markas itu ada seorang chef yang langsung Cakra sewa agar mereka tidak terbiasa untuk makan-makanan cepat saji yang ada di pinggir jalan. Di depan juga ada seorang satpam yang menjaga langsung markas itu.

Walaupun mereka berempat tak setiap hari berada di markas, tetapi Cakra tau kalau Mbok Rati dan suaminya yang menjadi satpam di gerbang depan merupakan orang yang kurang mampu. Sehingga Cakra mengizinkan agar mereka dan satu anak mereka tinggal di markas miliknya.

"Kita langsung ke atas aja ya mbok."

"Iya tuan, nanti kalo ada apa-apa bisa langsung panggil saya."

"Iya mbok."

Galen dan Daren langsung menuju ke lantai dua, dan mengarah ke sebuah tempat yang biasa menjadi tempat santai mereka berempat.

Di markas itu tersedia tempat gym, kolam renang, ruangan untuk menonton bioskop, lapangan basket, lima buah kamar, tempat untuk bernyanyi (karaoke), dan terutama ruangan yang khusus untuk bermain game. Etss ada satu lagi, yaitu garasi mobil Cakra yang bisa memuat sepuluh buah mobil. Dari mobil Ferrari 458 Speciale Coupe, sampai mobil Bugatti Centodieci tersedia di garasinya dan semua mobilnya sudah pasti berwarna hitam.

"Mana nih ketua sama sang penasehat? Kok lama amat sih ?" tanya Daren yang sudah bosan menunggu Cakra dan Abrar.

"Tau tuh, lama amat."

"Daripada bosen kita ke ruang karaoke aja yok, nyanyi seperti hidup lampu ya zayang," ucap Daren dengan nada lagu seperti mati lampu.

"Seperti mati lampu oon, bukan seperti hidup lampu," kesal Galen yang membuat Daren terkekeh.

"Mau ke mana lo berdua?" tanya Abrar datar yang baru saja masuk dan melihat Daren dan Galen yang ingin keluar.

"Buset, pipi lo kenapa ?" tanya Daren balik saat melihat muka Abrar yang sedikit biru.

"Di tonjok Ela," ucap Abrar dengan santai sambil berjalan ke arah tempat duduk.

"HAH?" teriak Daren dan Galen secara bersamaan yang menatap bingung ke arah Abrar yang duduk dengan santai.

"Gimana ceritanya?"

"Iya, gimana ceritanya tangan kanan dari The Black mphhh," ucap Daren terpotong saat Galen membekap mulutnya.

"Anjir lo," umpat Daren pada Galen yang sudah cengengesan.

"Iya, soalnya dia heran sama sifat gue yang berubah dingin. Jadi, kemarin dia ngajak gue ketemuan di taman rasa. Terus gue setuju dan gue langsung gerak ke taman rasa. Gue udah nunggu sekitar sepuluh menitan, terus tiba-tiba dia datang dan nonjok pipi gue. Gue langsung naik pitam-"

"Tapi lo gak kelepasan kan?" tanya Daren yang memotong ucapan Abrar.

Mereka berdua sudah tau alasan mengapa Abrar menjadi dingin dan datar, bahkan mereka berdua sudah sangat memahami dengan emosi Abrar yang terkadang bisa meletup secara tiba-tiba.

"Untungnya gak, gue gak kelepasan dan gue berhasil nahan emosi gue. Tapi, gue jadi tau kalo dia suka sama gue," ucap Abrar yang membuat Daren dan Galen melongo dengan mulut yang sedikit menganga.

"Gi-gimana ceritanya, sih Ela kan, sih Ela yang sangar itu suka sama lo yang pemalu kayak gini?" ungkap Galen yang masih terkejut dengan apa yang dikatakan Abrar sambil menunjuk Abrar.

"Bagaikan langit dan bumi, aku dan engkau, selamanya tak kan pernah bisa-"

"Jodoh gak akan kemana," ucap Abrar yang menyela nyanyian Daren yang membuat Daren dan Galen saling bertatapan.

*****
"Cakra," panggil Abrar datar kepada Cakra yang saat itu sedang berdiri di balkon.

Mereka saat ini masih berada di markas, dan jangan tanyakan keberadaan Daren dan Galen. Sudah pasti mereka berdua sedang berdisko ria dengan musik dangdut yang biasa mereka dengar.

Cakra mengangkat satu alisnya, seolah-olah bertanya 'apa?'

"Lo beneran suka sama Nadira?"

Cakra sedikit terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Abrar.

"Iya, gue suka dia," jawab Cakra enteng.

Abrar terkekeh datar," Gue tau lo orangnya gimana, lo gak akan mungkin secepat itu melupakan Nada dan dengan mudahnya jatuh hati sama Nadira yang belum lama lo kenal."

"Terus?" tanya Cakra sambil menaikkan satu alisnya.

"Gue tau, pasti ada maksud terselubung kan yang menyebabkan lo harus deket sama Nadira," ungkap Abrar yang membuat Cakra menatap ke arahnya dengan tatapan datar.

Segini dulu ya, bye bye

Selasa, 14 juni 2022

NADICAKRA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang