Sang Hitam

1.1K 73 0
                                    

Selamat membaca ❤️

"Kantin kuy," ajak Melan pada kedua temannya, dan jangan lupa dengan Nadira yang kini telah menjadi teman baru mereka.

"Kuy lah. Oh iya, jangan lupa, entar pas di kantin kita kenalin Nadira sama Sang Hitam dan kawan-kawannya," ucap Tara dengan semangat, memang kalau soal cowok Tara lah yang paling semangat di bandingkan dengan Melan dan juga Ela.

"Emang ya nih bocah paling semangat kalo soal cowok. Tapi, kalo kita mau ketemu Sang Hitam berarti kita ke kantin yang satu lagi dong," ucap Melan.

Info penting nih guys, di SMA Cakrawala ini ada dua kantin. kantin satu yang hanya kantin biasa dan satunya lagi untuk anak-anak yang di atas kata biasa.

'Sang Hitam?' pikir Nadira yang sedikit bingung.

******

"Kantinnya rame bener dah," heran Melan yang melihat kantin yang sangat ramai.

"Kalo lo mau sepi ke kuburan sana,"ucap Tara.

"Kata siapa kuburan sepi," saut Ela tiba-tiba.

"Kalo lo yang liat mah, udah pasti rame," sambung Tara.

"Lo bisa liat hantu El?" tanya Nadira yang diangguki Ela.

"Yaudah kapan kita masuknya kalo cuman ngomong terus."

Kini Nadira dan teman-temannya telah duduk di meja kantin yang kosong. Beruntung mereka masih kebagian tempat duduk, karena sebentar lagi Sang Hitam dan kawan-kawannya akan segera datang.

"Oh iya, lo pada mau pesen apa biar gue yang pesenin," kata Melan.

"Gue bakso sama es teh aja," ucap Ela.

"Gue samain aja," ucap Tara.

"Gue-"

"SANG HITAM DATANG GUYS."

Teriakan itu begitu menggelegar, membuat semua murid yang ada di kantin itu mengubah arah pandangannya ke arah pintu masuk kantin. Bahkan Nadira sedikit terkejut yang membuat dirinya berhenti bicara.

Lantas dari arah pintu, masuklah empat orang cowok dengan wajah di atas kkm alias. Ganteng.

"GILAK KAK CAKRA GANTENG BANGET."

"KAK CAKRA GANTENGNYA GAK KALENGAN."

"KAK GALEN MAU GAK JADI PACAR AKU?"

"KYA KAK ABRAR WAJAHNYA NGANGENIN."

"KAK DAREN MAKIN GANTENG AJA."

"WOY UANG GUE ILANG NIH."

Begitulah kurang lebih pekikan yang terdengar dari seluruh kantin.

'Dia kan cowok yang tadi pagi, 'batin Nadira yang menatap ke arah Cakra.

Tiba-tiba Tara yang duduk di sebelah Nadira menyenggol dirinya, yang membuat Nadira menatap ke arahnya.

"Mereka berempat itu Sang Hitam, cowok paling populer di sekolah ini. Yang paling depan itu namanya kak Cakra, Cakra Denta Emilio cowok paling ganteng diantara empat lainnya. Kak Cakra itu orangnya pinter, udah gitu kaya lagi, dan dia itu juga jago bela diri. Ets satu fakta lagi, sekolah ini milik orang tua dari kak Cakra sekaligus donatur terbesar di SMA Cakrawala. So, lo bisa definisikan gimana kaya nya kak Cakra. Keluarga kak Cakra juga termasuk keluarga terpandang, lo tau lah ya kan keturunan Emilio yang kaya nya sampe tujuh turunan itu. "

Begitulah definisi Cakra menurut Tara, cowok yang bisa dibilang sempurna dengan apa yang ada dalam dirinya. Ditambah lagi dengan keluarga Cakra yang kaya raya.

"Tapi sayangnya kak Cakra itu orangnya dingin, gak mau berbaur sama siapapun bahkan untuk senyum aja dia jarang. Suatu keajaiban kalo misalnya Kak Cakra mau ngomong panjang kali lebar kali tinggi, apalagi kalo sama cewek," ucap Tara.

"Terus yang kedua itu kak Abrar Denta Alrizki, cowok tampan tapi pemalu. Tapi diantara keempat-empatnya kak Abrar itu orangnya paling bijak, dan baik. Satu hal yang harus lo tau, kak Abrar itu gebetannya Ela," tambah Tara yang membuat Nadira menatap ke arah Ela yang diam-diam menatap ke arah Abrar.

Iya, Abrar itu orangnya memang sedikit pemalu, dari awal masuk ke kantin saja ia hanya menunjukkan senyum kikuk ditambah lagi dengan kepala yang sedikit tertunduk.

"Loh liat sendiri kan, tapi gue heran kenapa tuh anak bisa suka sama kak Abrar yang pemalu."

"Selanjutnya ada kak Galen Ardana Syareza, dia sih orangnya biasa aja tapi senyumnya tuh bikin meleleh tau gak sih. Tandai aja, kalo misalnya kak Galen senyum sama cewek sambil natap mata tuh cewek. Behhh udah pasti, kak Galen suka sama tuh cewe."

Galen ini bisa dibilang sederhana tapi spesial, jika hanya untuk meluluhkan hati cewek itu mudah baginya. Cukup tersenyum manis di depan cewek itu, pasti cewek itu akan meleleh. Seperti mentega yang terkena panasnya api.

"Dan yang terakhir itu kak Daren Alkana Mahardika, cowok yang paling playboy diantara empat lainnya. Gak tau deh gue apa hebatnya tuh cowok."

Kalo yang satu ini jangan ditanya. Daren, yaitu sang playboy kelas kakap.

Bahkan ia pernah memacari tiga cewek sekaligus, itu gimana ngatur waktunya coba?

"Lo liat aja tuh, dia udah godain berapa cewek coba. Gue mah paling gak suka sama cowok yang playboy kayak gitu," tunjuk Tara ke arah cowok yang terus mengumbar senyumnya.

"Jadi, lo suka sama yang mana?" tanya Nadira.

"Gue, gak ada, karena gue tau gue gak akan ngedapetin salah satu dari mereka jadi gue cukup mengaguminya aja," ucap Tara yang diangguki Nadira.

Kasihan ya awokawok.

Ets, jangan berfikir mereka berempat itu anak geng motor ya. Sang Hitam itu sebenarnya hanya nama panggilan untuk Cakra, tetapi karena ketiga temannya itu yang selalu nempel seperti perangko akhirnya mereka berempat disebut Sang Hitam.

"Nih guys makanannya, empat es teh dan empat bakso," ucap Melan tiba-tiba sambil membawa nampan berisi pesanan mereka.

"Makasih ya Lan," saut Nadira balik.

"Udah deh Tar, kalo lo cerita terus kapan kita makannya," sela Melan yang sudah sangat tau, bahwa Tara sudah panjang lebar menjelaskan tentang Sang Hitam dan kawan-kawannya.

You know lah.

"Oke oke, lo makan duluan aja, gue mau cuci mata dulu," ucap Tara yang sama sekali tak memalingkan matanya dari empat sekawan itu.

Hyadhey

*******

Lonceng pulang sudah berbunyi lima belas menit yang lalu, Tara, Melan, dan Ela sudah pulang duluan. Sedangkan Nadira masih menunggu jemputannya di depan sekolah. Netra matanya terus melirik ke arah kanan dan kiri, melihat mobil jemputannya yang tak kunjung tiba.

"Pak Mor mana ya?" monolognya yang bertanya pada dirinya sendiri.

Tapi, entah angin dari mana, rintik hujan mulai turun secara tiba-tiba. Nadira langsung membuka tasnya secara cepat, mengambil payung merah yang bisa digulung menjadi kecil. Membuka payung, lalu Nadira berlari ke arah halte bus terdekat.

Tapi, karena terburu-buru mengambil payung, tanpa di sadari Nadira, buku hitam miliknya jatuh di tempat tadi ia berdiri dan tanpa sadar juga seorang cowok mengambil buku itu.

'My diary.'

Kamis, 3 maret 2022

NADICAKRA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang