Keuntungan Ela

802 63 0
                                    

Selamat membaca ❤️

Kini Ela telah sampai di depan kelas. Karena lolipopnya yang tertinggal di laci, mengharuskannya untuk kembali ke kelas.

"Untung aja nih kelas belum di kunci sama Pak Untung, emang untung deh gue," ucapnya dengan senang.

Lalu ia berjalan ke meja paling belakang, mengambil lolipop yang ada di laci, dan berjalan ke arah luar kelas.

Tapi ia menghentikan langkah kakinya bertepatan di tengah kelas karena handphone yang ada di kantong bajunya berdering, menandakan bahwa ada seseorang yang menelpon Ela.

"Halo."

"....."

"Yaudah, nanti Ela pulang naik taksi aja pa."

"......"

"Iya, gak papa kok pa."

"...."

"Iya pa," ucapnya lagi setelah orang di seberang sana mematikan telepon secara sepihak.

"Padahal gue pengen banget pulang bareng papa, huh" ucap Ela lesu sambil menundukkan kepalanya.

Ela terus berjalan sambil menundukkan kepalanya karena rasa kecewanya, hingga ia tak sadar bahwa ada orang yang sedang melintas tepat di depannya. Alhasil Ela menabrak bagian samping tubuh dari orang tersebut.

Brukk

"Aduhhh," ucapnya sambil mengelus-elus kepalanya yang sedikit sakit.

"Kalau jalan hati-hati dong, sakit nih" bentaknya kepada orang yang sudah menabrak dirinya sambil mengelus-elus kepalanya yang sedikit sakit.

Gini nih, kalau mood Ela lagi rusak. Pasti ia takkan peduli dengan siapa orang yang tengah ia hadapi.

"M-maaf-maaf a-ada sakit gak? " tanya orang yang menabraknya dengan sangat khawatir sambil menatap Ela dengan nada bicaranya yang terkesan malu-malu.

'Kak Abrar.'

Ela cukup terkejut mendengar suara dari orang yang sudah ia tabrak, jangankan dari wajahnya dari suaranya saja ia sudah tahu pasti bahwa orang tersebut adalah Abrar sang pujaan hatinya.

Ela yang masih memegangi kepalanya dengan tangan kirinya pun dibuat mematung, ia terus menatap ke arah Abrar.

"H-hei, a-ada yang sakit gak ?" tanya Abrar lembut.

Abrar yang melihat tangan kiri Ela masih berada di kepalanya pun langsung mengusap kepala Ela, yang membuat tangan Ela jatuh secara perlahan.

"Ini yang sakit ya, sorry ya, gue gak hati-hati tadi jalannya jadi gue nabrak lo deh," ucap Abrar yang masih mengelus-elus kepala Ela dengan Lembut.

Sedangkan Ela masih menatap mata Abrar yang kini juga menatap mata Ela,  membuat elusan di kepala Ela berhenti sejenak.

'Astaga demi apa, demi apa. Mana kak Abrar ganteng banget lagi,' senang Ela dalam hati yang masih saling menatap dengan Abrar.

"Astaga," ucap Abrar sambil memalingkan wajahnya.

Abrar langsung menundukkan kepalanya,
"S-sekali lagi maaf ya, gu-gue pamit dulu," pamit Abrar yang langsung melengos pergi dengan kepala sedikit tertunduk.

Sedangkan Ela hanya menganggukkan kepalanya, lalu melihat Abrar yang berjalan ke arah gerbang sekolah.

"Yaaa, pangeran kok pergi sih," kecewa Ela.

"Tapi gak papa deh," ucap Ela sambil mengelus kepalanya yang tadi di elus Abrar dengan senyuman manisnya.

                       

                        *******

Tingg

Handphone Nadira berbunyi, terdengar notif pesan dengan nama 'TRARA'

TRARA

Nad, kayaknya besok
gue gak bisa deh
soalnya oma gue sakit
jadi besok gue sama
keluarga gue mau jenguk oma.

                                  Oh yaudah gpp kok, 
                                   Gws buat oma lo ya.

Sorry ya Nad
And thanks udah
doain oma gue

                                               Iya gpp kok
                                              Sama-sama

Selesai menjawab pesan dari Tara, Nadira membaringkan dirinya di kasur king size miliknya. Menatap langit-langit, lalu menutup matanya secara perlahan.

Tanpa sadar Nadira membayangkan seorang cowok, seorang cowok yang dulu selalu menemani Nadira. Seorang cowok yang selalu membuat Nadira tersenyum, dan tertawa.

"Alan."

Iya, namanya Alan. Seorang cowok yang dulu selalu ada di samping Nadira, tapi sekarang berbeda. Jangankan untuk bertemu Alan, berkomunikasi dengan Alan saja Nadira tidak mau. Malah, sekarang Nadira ingin menghapus Alan dari hidupnya.

Cowok humoris yang selalu Nadira sukai, cowok jail yang dulu Nadira sayang. Nadira benar-benar memikirkan tentang Alan, tentang bagaimana kisah dia bersama Alan dulu.

"Dira kangen Alan hiks," ucapnya yang sudah mengeluarkan air mata dengan kedua mata yang masih terpejam.

"Tapi Dira mau ngelupain Alan hiks, Dira bingung Lan Dira bingung hiks hiks. Dira mohon ya, pergi dari pikiran Dira. Tapi Dira masih gak rela untuk melepas Alan hiks hiks."

Nadira benar-benar merasa sakit mengingat tentang Alan, ia sudah berusaha untuk melupakan Alan tapi sulit, sulit sekali.

"Kenapa sih, kenapa harus rindu yang menarik paksa diri ini untuk memikirkan dirimu. Dirimu yang ingin ku lupakan."

Kamis, 17 Maret 2022

NADICAKRA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang