Aku Nadira, bukan Nada!

603 50 0
                                    

Selamat membaca ❤️

"Malam Nadira," sapa Cakra saat sambungan telepon tersambungkan.

"Malam juga Cakra," jawab Nadira dengan sangat bahagia.

"Apa kabar dengan Ratu ku yang kini jauh di mata tapi dekat di hati? hemm."

'Ratu?' ucap Nadira dalam hati

Nadira tidak salah dengar kan? Ia cukup terkejut dengan Cakra yang memanggilnya dengan sebutan 'Ratu'

Panggilan yang menggelitik hatinya itu berhasil membuatnya sangat tersipu.

Bukan hanya itu, ia juga cukup terkejut dengan Cakra yang ternyata bisa menggombal. Bayangkan saja, seorang Cakra dengan gaya dinginnya dengan mudahnya menggombal seorang Nadira.

"Ratu?" tanyanya bingung.

"Iya sayang, kan kamu ratunya Cakra Denta Emilio."

Ahh, rasanya Nadira benar-benar terbang. Rona merah sudah mengembang di kedua pipinya, seutas senyum sedari dari tak lepas dari wajahnya.

"Jadi kalo aku Ratunya, terus kamu Rajanya gitu?"

"Iya dong, kita kan sepasang hemm. Yaudah jawab dong kan tadi aku udah nanya kabar kamu."

"Kabar ku baik Raja, bagaimana dengan kamu yang jauh di sana?"

"Aku baik."

Lalu keduanya saling tertawa, sungguh percakapan keduanya terlalu lucu.

"Kamu lucu tau gak," kata Nadira yang masih tertawa kecil.

"Kalau lucu berarti imut dong."

"Kalo kamu bukan imut, tapi kamu ganteng."

"Kan aku memang ganteng haha," jawabannya dengan sangat pede.

"Iya deh iya, most wanted sekolah yang ganteng haha."

"Tapi kan kamunya juga cantik."

Blussss

Lagi-lagi Cakra berhasil membuat Nadira tersipu malu.

"Aku masih gak nyangka tau gak, kamu yang dinginnya kayak es batu ternyata orangnya sweet banget tau gak."

"Kan aku orangnya kayak gini dari dulu Nada ku sayang."

Deg

'Nada.'

Entah angin dari mana tiba-tiba saja Cakra menyebut nama Nada. Seketika Nadira mematung, menatap kosong ke arah depan dengan panggilan nama Nada yang masih terngiang itu.

Nadira kira, Cakra sudah melupakan Nada tapi ternyata tidak. Ia masih mengingat tentang Nada, bahkan menyebut nama Nada tanpa rasa bersalah.

"Iya, tadi kamu ngomong apa?" ujar Nadira yang berusaha menahan tangis yang membuat suara sedikit lain.

"Suara kamu kok lain?"

"Iya, aku agak pilek soalnya. Kayaknya aku mau minum obat dulu deh abis itu mau tidur," alasan Nadira yang berusaha agar telepon berhenti.

"Yaudah cepet sembuh ya cantik, selamat malam Nada ku sayang."

Tutt

'Nada lagi.'

Tes

Kali ini Nadira benar-benar menangis, tetes demi tetes air mata turun membasahi pipinya.

"Aku kira hati kamu sepenuhnya untuk aku, tapi ternyata enggak, kamu masih kepikiran tentang Nada. Bahkan kamu kira aja aku Nada hiks hiks."

Air mata Nadira tak bisa dibendung, ia benar-benar merasakan sakit yang sangat mendalam. Bagaimana tidak sakit, orang yang saat ini ia cintai dan ia percayai ternyata hatinya masih bersemayam di hati orang lain.

****

"Nada, Nada," ucap Cakra sambil tersenyum.

Ia membuka room chat wa nya, dan ia membaca nama kontak paling pertama yang ada di hpnya.

"Nadira."

Deg

"Akhhhh dasar Cakra bodoh. Lo itu nelpon Nadira, bodoh, bukan sama Nada."

Sadar akan kesalahannya Cakra langsung menelpon Nadira kembali, tapi sayangnya handphone Nadira sudah tak aktif lagi.

Cakra terus menelpon Nadira berkali-kali, tapi tetap saja handphone Nadira tak aktif.

"Akhhh Cakra bodoh."

Cakra langsung mengambil jaket hitam dan juga kunci motornya, ia pun membawa motornya menuju ke rumah Nadira dengan gila-gilaan.

"Kenapa lo bodoh banget sih Cakra," rutuknya yang terus menyalahkan dirinya sendiri.

Bodoh, ya Cakra memang bodoh. Bisa-bisanya ia melukai hati Nadira tanpa sadar.

Kini Cakra sudah sampai tepat di depan rumah Nadira, tapi ia sadar saat ini sudah sangat malam sehingga tak mungkin ada yang akan membukakan pintu gerbang.

Cakra mencari segala cara agar ia bisa bertemu dengan Nadira. Pandangan Cakra tertuju pada sebuah tangga kayu yang tak jauh dari rumah Nadira.

Ia mengambil tangga itu dan mengarahkan pada balkon kamar yang ia tebak bahwa balkon itu adalah kamar Nadira.

Setelah sampai di balkon itu Cakra langsung mengetuk pintu kaca yang mengarah ke sebuah kamar.

Tok tok tok

"Nadira aku minta maaf."

"Nadira aku tau kamu belum tidur."

"Nadira aku mohon buka pintunya."

Berkali-kali Cakra mengetuk dan memohon agar Nadira membukakan pintu untuknya. Tapi, Nadira tak membukakan pintu kaca itu sama sekali.

"Pokoknya aku bakalan tetap di sini sampai kamu buka pintu ini," ucap Cakra yang terus berdiri di depan pintu kaca itu.

Ceklek

Pintu terbuka, dan terlihatlah Nadira yang matanya masih terlihat merah karena baru saja menangis.

"Nadira, aku minta maaf," lirih Cakra dengan sangat tulus.

"Minta maaf soal apa, hemm minta maaf soal APA CAKRA."

" Aku kira cuman aku yang ada di hati kamu, ternyata enggak. Bisa-bisanya kamu nyebut nama cewek lain, bisa-bisanya kamu anggap aku orang lain. Aku ini Nadira, Nadira Prisilia bukan Nada, CAKRA hiks."

"Kalo kamu belum bisa ngelupain Nada, tolong jangan deketi aku. Lebih baik aku gak dapet cinta dari kamu, daripada aku harus ngerasain ini. Ngerasain cinta dari seseorang yang belum bisa ngelupain orang lain hiks."

Air mata Nadira langsung turun dari kedua pipinya, padahal ia sudah berusaha untuk menahan tangisnya dengan sekuat tenaga. Tapi ia tak sanggup, sangat sakit baginya untuk merasakan hal ini.

"Maaf," ungkap Cakra yang langsung memeluk Nadira.

"Kamu jahat, kamu JAHAT hiks," ucap Nadira sambil memukuli dada Cakra.

"Maaf, aku mohon maaf. Aku bakal ngejelasin semua yang belum kamu tau."

" Jelasin ke aku tentang Nada," ucap Nadira yang diangguki Cakra dengan berat hati.

Kata-kata untuk:

Nadira

Cakra

Atau Nada?

Senin, 25 April 2022

See you ❤

NADICAKRA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang