Selamat membaca ❤️
"Nadira, lo pulang bareng gue," ujar Cakra datar yang membuat mereka bertiga menatap ke arah Cakra.
Kalau ketiga teman Cakra sudah pasti masih berada di dalam Cafe, Cakra keluar dari Cafe karena ia tau Nadira dan ketiganya temannya akan pulang saat itu juga.
"Iya, deh iya," jawab Nadira dengan pura-pura terpaksa.
"Kalo gitu gue sama kak Cakra duluan ya guys," kata Nadira saat sudah menaiki motor Cakra.
"Oke, hati-hati ya," ucap Melan yang melambaikan tangan ke arah Nadira.
'Ada sesuatu di antara mereka,' curiga Ela dalam hati sambil menatap ke arah Nadira dan Cakra yang sudah melesat dari cafe itu.
"Oh iya El, lo mau pulang bareng gue atau gimana?" tanya Melan pada Ela saat mobil jemputannya telah sampai.
"Gue naik taksi aja," ucap Ela yang tak Ingin merepotkan Melan.
"Yaudah terserah lo aja deh, kalo gitu gue duluan ya daaa," pamit Melan yang melambaikan tangannya dan memasuki mobil hitam miliknya.
Kini tinggal Ela sendiri menunggu taksi yang ingin ia tumpangi, kalau Tara tadi sudah dari tadi pulang duluan.
Netra mata Ela menatap ke arah kanan, menunggu taksi yang tak kunjung lewat juga.
"Mana ya taksinya?" monolog Ela yang sudah agak bosan.
"Ya lo sih udah tau cewek orang masih aja lo goda, alhasil kena gebuk kan lu," ucap Galen pada Daren saat mereka baru saja keluar dari cafe.
"Ya kan gue gak tau, lagian lo tau kan peraturan kita kayak gimana?" balas Daren.
"Iya gue tau, etss tunggu-tunggu itukan Ela ya kawannya Nadira kalo gak salah kan?" kata Galen lagi sambil menunjuk ke arah Ela yang sedang menunggu taksi
"Kerjain sang penasehat yok," bisik Daren pada Galen.
"Caranya gimana?"
"Bentar-bentar."
"Brar," panggil Daren pada Abrar yang baru saja keluar dari pintu Cafe.
"Tuh ada cewek, daripada dia nungguin taksi yang gak jelas datengnya-"
"Iya, kayak doi," sambung Galen tiba-tiba.
"Lo diam dulu bambang, daripada dia nungguin taksi yang gak jelas datangnya, lebih baik lo anter," ujar Daren yang membuat Abrar sedikit terkejut.
"Nah betul itu," setuju Galen.
"Gak, gak, gak, gue gak mau. Kalian aja deh, gue malu soalnya," kata Abrar yang menolak suruhan mereka.
"Yaelah, gak usah malu-malu minta di tabok kayak gitu lah," kesal Daren.
"Yoi, tapi gue siap kok jadi jasa tabok lo," ujar Galen dengan santai.
"ELA," panggil Daren pada Ela yang membuat Ela menatap ke arah mereka.
Ela tak menjawab sama sekali, ia hanya menaikkan satu alisnya. Karena mood nya yang sudah turun membuatnya malas bicara.
"Tuh liat, dia aja dingin banget," ungkap Abrar yang masih berusaha menolak.
"Halah udah lah, sana" paksa Daren yang mendorong Abrar ke arah Ela.
Abrar mendekati Ela, sedangkan Ela yang didekati Abrar sudah sedikit gugup. Tapi Ela berusaha untuk menutupi rasa gugupnya itu dengan wajah datarnya.
" Emm, lo ma-mau pulang bareng gue gak?" tanya Abrar malu-malu sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Mendengarkan pertanyaan Abrar membuat Ela sangat terkejut, bagaimana tidak terkejut yang mengajak pulang bareng adalah Abrar yang notabenenya adalah gebetan Ela.
"Gue mau kok," jawab Ela santai.
'Aduh gimana nih! Terus gue harus ngomong apa?' bingung Abrar dalam hati.
"Emm ya-yaudah gue ambil motor gue dulu ya," kata Abrar.
Ia pun langsung menuju ke motor ninja hitam miliknya, menghidupkan mesin motor, memakai helm lalu menjalankan motornya menuju ke arah Ela.
"Ayo naik," ujar Abrar.
Setelah Abrar dan Ela pergi dari Cafe itu Galen dan Daren langsung tertawa terbahak-bahak, sudah seperti melihat komedi yang benar-benar sangat lucu.
"Ngakak brutal gue tau gak bhahah," ungkap Galen yang dari tadi tak berhenti tertawa.
"Ternyata sang penasehat gampang juga ya di kerjain hahaha," sambung Daren yang masih juga tertawa.
****
"Emm rumah lo di mana?""Masih jauh kok kak," kata Ela yang berusaha tetap santai dan sabar.
Bagaimana tidak sabar, Abrar saja membawa motor nya seperti siput. Ingin rasanya Ela menggantikan Abrar membawa motor itu.
Gini nih, definisi cowok yang gak pernah bonceng cewek apalagi cowok itu orang yang pemalu seperti Abrar.
"Kak, boleh gak gue aja yang bawa motornya?" tanyanya pada Abrar.
"Emang kenapa ? Lo ga nyaman ya? Atau gue yang bawa motornya kekencangan?"
'Kekencengan dari mana bambang, lo bawa motornya aja ngalah-ngalahin siput kalo kayak gini.'
"Gak kok kak," jawab Ela yang tak tahu harus menjawab apa.
Tapi, tiba-tiba Abrar memberhentikan motornya tepat di pinggir jalan karena handphone nya yang berdering. Ia merogoh saku celananya, dan langsung mengangkat telepon.
"Halo," ucapnya sambil mengangkat telepon.
"Halo, Brar gue cuman mau ngingetin lo bawa motornya jangan kayak siput ya," kata orang di seberang sana yang tak lain adalah Daren.
"Gue takut dia gak nyaman," jawab Abrar sambil berbisik di handphonenya.
"Karena lo bawa motornya kayak siput lah dia jadi gak nyaman, lo tau kan Ela kayak gimana orangnya. Dia itu orangnya dingin plus sangar," kata Daren lagi.
"Iya, iya gue gak bakal bawa motor kayak siput lagi deh," jawab Abrar yang lagi-lagi sambil berbisik.
Lalu sambungan telepon pun terputus karena Abrar yang mematikan panggilan secara sepihak.
Sebenarnya Daren dan Galen mengikuti ke mana perginya Ela dan juga Abrar, sehingga mereka tau kalau Abrar membawa motornya lambat seperti siput.
Abrar menatap Ela dari kaca spionnya, di kaca spion Ela tampak tenang-tenang saja meskipun jantungnya sudah berdetak kencang dengan tak karuan.
'Harus bisa,' ucap Abrar dalam hati.
Abrar mulai menjalankan motornya, tapi kali ini dua kali lipat lebih cepat dari yang tadi.
'Nah, kalo gini kan enak. Bawa motornya gak kayak siput,' ucap Ela dalam hati.
Setelah memastikan bahwa Abrar membawa motornya dengan sedikit cepat, akhirnya Daren dan Galen pulang ke rumah masing-masing.
"Emmm rumah lo dimana?" tanya Abrar pada Ela dengan sedikit keras.
"Simpang tiga belok kanan kak," jawab Ela.
Abrar menganggukkan kepalanya, lalu membelokkan motornya ke arah kanan.
"Berhenti kalian."
Kamis,14 April 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
NADICAKRA (End)
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ❤️ Dia Cakra Denta Emilio, seorang cowok tampan, kaya, pintar, jago bela diri, dan seorang cowok yang sangat suka dengan warna hitam. Bahkan ia juga sering di panggil dengan nama Sang Hitam. Dia Nadira Prisilia, seorang c...